Sabtu, 23 Januari 2021

K A R Y A

 

EVA NURUL KHASANAH

 

 

 

Perih Batin

 

Seharian di depan layar

Menatap ketidakmampuan dalam berselancar

menghitung kedip asa yang tersisa

Hingga mata lelah meraba usia

 

Huruf dan angka berloncatan, resah

Ke sana, ke mari

Tak pindah, tetap di sini

Lelah benar menjaga tanah mengeja ranah

 

Pikir hati-hati, lari-lari

Di kamar, di dapur, di serambi

Pindah kamar mandi

Sama sekali tak rapi

perihal pasti di tangan Illahi

 

Lupa kalau detik tak henti

Hanya saya di sini

Tanpa pasti?

 

Sidorejo, 08 Desember 2020

 

 

Eva Nurul Khasanah, lahir di Kulonprogo 1 Juni 1999, mahasiswi Prodi PBSI Universitas PGRI Yogyakarta (UPY).  Puisi berjudul "105 Kata untuk Mimpi Ku" mendapat juara 3 di Pekan Jurnalistik yang diadakan oleh UKM Jurnalistik Persada UPY. Disela-sela kuliah ia masih menyempatkan untuk menulis, mengajar TPA, berorganisasi dan bekerja sebagai penjahit. Tinggal di Lendah Kulonprogo.

 

***----------***

 

 

 

 

YUSTINA EKA

 

 

 

Mengeja wajahmu

 

Mengeja wajahmu dengan terbata-bata

Banyak huruf samar buram

Apakah itu u?

Apakah itu n?

 

Mengeja wajahmu dengan terbata-bata

Tak semudah menikmati relief alam raya

 

 

Mengeja wajahmu dengan terbata-bata

Tersirat tersurat penuh isyarat

 

Mengeja wajahmu dengan terbata-bata

Tak butuh mata terpana

Cukup dengan rela

Tanpa tanya mengapa

 

Kulon Progo, November 2020

 

 

 

Yustina Eka Astutiningsih, lahir di Kulonprogo, 1 April 1976. Penulis dengan aktivitas keseharian mengurus rumah tangga. Senang nulis aforisma, sedang belajar menulis puisi dan cerpen. Karya dari alumni workshop Belajar Menulsi Bersama Jati Moncol ini dimuat di buku Kluwung Lukisan Maha Cahaya. Tinggal  di Giripeni Wates.

 

***----------***

 

 

 

 

 

FARRAS PRADANA

 

 

Dunia Mengeras

 

dunia mengeras,

dalam artiannya yang paling krusial

membentuk pohon-pohon

untuk tak lagi tumbuh menjulang

dan membiarkan arak-arakan hujan tetap jatuh,

meski berhenti mengusap

lalu sang penakluk, laksana Colombus di  Karibia

atau De Houtman di Hindia Timur,

mungkin juga seperti kekasih yang kau bayangkan

di pelataran alun-alun keraton

membunuh sebagian dari dirinya

dengan lidah seperti Ontoseno sebelum Baratayudha

 

-Kampus, 2021

 

 

Farras Pradana, lahir di Lombok Timur, 26 Mei 2001, mahasiswa jurusan Pendidikan Sejarah UNY.  Menulis puisi, cerpen dan novel. Puisinya yang berjudul “Ruang Putih Demokrasi” meraih juara ketiga Lomba Cipta Puisi Pemilu Bersih (Bawaslu Kulonprogo, 2020). Cerpennya yang berjudul “Si Lidi Pemesan Peti Mati” terpilih sebagai salah satu cerpen pilihan Festival Sastra Bengkulu 2019 (FSB-BWF). Bergabung di komunitas Sastra-Ku dan tinggal di Pengasih Kulonprogo.

 

***----------***

 

 

 

 

ROHMAT

 

 

 

 

Asal Makan

 

 

Tanah menyerap air hujan

Malam menghisap sunyi

Semerbak aroma tanah menusuk hidung

Ditelan tidak melihat kiri dan kanan.

 

Menitis pada mekar bunga mewangi

Bagai pabrik butir besi

Tidak menghitung kebutuhan serbuk sari

Dimuntahkan tetapi dihisap lagi

Duduk jegang tanpa meja saji

 

Lendah, 14..1..2021

 

 

Rohmat, sering menggunakan nama Kemad, jebolan UIN Sunan Kalijaga. Pernah menekuni berbagai bidang pekerjaan: buruh, petani, pedagang, pendamping budaya, Korcam di Dewan Kebudayaan Kulonprogo dan Forum Seni Religi Kulonprogo. Beberapa puisi pernah dimuat laman Sastra-Ku dan buku Kluwung Lukisan Maha Cahaya. Saat ini tercatat sebagai imam besar di masjid dusun Kwarakan, Sidorejo, Lendah.

 

***----------***

 

 

A. SAMSUL MA’ARIF

 

 

 

Penonton di Negri Nenek

 

 

Tak da lagi jelaga, kayu, juga blarak

Tinggal hamparan semen besi dan robot

Kata nenek hilang kumandang dan kedung

 

Pribumi hanya menonton

Karena tiada sertipikat

Apalagi pengalaman

 

Hanya bisa berharap

Pada Mas Kualat

Kalau tidak di bumi

Besok di akherat

 

Keadilan, akan tegak

Jika pahlawan hadir

Tak hanya nyinyir

Bumi hanguskan semua

Dengan segenap Ridlo

Ikhlas dan KasihNya

 

Galur, 14.1.2021

 

 

A. Samsul Maarif, jebolan UIN Sunankalijaga, salah satu pegiat Komunitas Lumbung Aksara. Beberapa karyanya masuk di buku antologi bersama, antara lain: Seorang Gadis Sesobek Indonesia (antologi puisi Kulonprogo, 2006) dan  Antariksa Dada (Temu Sastra Tiga Kota, 2008). Tinggal di Galur Kulonprogo.  

***----------***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...