EVA NURUL
KHASANAH
Perih
Batin
Seharian di
depan layar
Menatap
ketidakmampuan dalam berselancar
menghitung kedip
asa yang tersisa
Hingga mata
lelah meraba usia
Huruf dan angka
berloncatan, resah
Ke sana, ke
mari
Tak pindah, tetap
di sini
Lelah benar
menjaga tanah mengeja ranah
Pikir
hati-hati, lari-lari
Di kamar, di
dapur, di serambi
Pindah kamar
mandi
Sama sekali tak
rapi
perihal pasti
di tangan Illahi
Lupa kalau
detik tak henti
Hanya saya di
sini
Tanpa pasti?
Sidorejo,
08 Desember 2020
Eva Nurul Khasanah, lahir di Kulonprogo 1
Juni 1999, mahasiswi Prodi PBSI Universitas PGRI Yogyakarta (UPY). Puisi berjudul "105 Kata untuk Mimpi
Ku" mendapat juara 3 di Pekan Jurnalistik yang diadakan oleh UKM
Jurnalistik Persada UPY. Disela-sela kuliah ia masih menyempatkan untuk menulis,
mengajar TPA, berorganisasi dan bekerja sebagai penjahit. Tinggal di Lendah
Kulonprogo.
***----------***
YUSTINA EKA
Mengeja wajahmu
Mengeja wajahmu
dengan terbata-bata
Banyak huruf
samar buram
Apakah itu u?
Apakah itu n?
Mengeja wajahmu
dengan terbata-bata
Tak semudah
menikmati relief alam raya
Mengeja wajahmu
dengan terbata-bata
Tersirat
tersurat penuh isyarat
Mengeja wajahmu
dengan terbata-bata
Tak butuh mata
terpana
Cukup dengan
rela
Tanpa tanya
mengapa
Kulon Progo,
November 2020
Yustina Eka Astutiningsih, lahir
di Kulonprogo, 1 April 1976. Penulis dengan aktivitas keseharian mengurus rumah
tangga. Senang nulis aforisma, sedang belajar menulis puisi dan cerpen. Karya
dari alumni workshop Belajar Menulsi Bersama Jati Moncol ini dimuat di buku Kluwung Lukisan Maha Cahaya. Tinggal di Giripeni Wates.
***----------***
FARRAS PRADANA
Dunia
Mengeras
dunia mengeras,
dalam artiannya
yang paling krusial
membentuk
pohon-pohon
untuk tak lagi
tumbuh menjulang
dan membiarkan
arak-arakan hujan tetap jatuh,
meski berhenti
mengusap
lalu sang
penakluk, laksana Colombus di Karibia
atau De Houtman
di Hindia Timur,
mungkin juga
seperti kekasih yang kau bayangkan
di pelataran
alun-alun keraton
membunuh
sebagian dari dirinya
dengan lidah
seperti Ontoseno sebelum Baratayudha
-Kampus,
2021
Farras Pradana, lahir di Lombok Timur, 26 Mei 2001, mahasiswa
jurusan Pendidikan Sejarah UNY. Menulis
puisi, cerpen dan novel. Puisinya yang berjudul “Ruang Putih Demokrasi” meraih
juara ketiga Lomba Cipta Puisi Pemilu Bersih (Bawaslu Kulonprogo, 2020). Cerpennya
yang berjudul “Si Lidi Pemesan Peti Mati” terpilih sebagai salah satu cerpen
pilihan Festival Sastra Bengkulu 2019 (FSB-BWF). Bergabung di komunitas
Sastra-Ku dan tinggal di Pengasih Kulonprogo.
***----------***
ROHMAT
Asal
Makan
Tanah menyerap
air hujan
Malam menghisap
sunyi
Semerbak aroma
tanah menusuk hidung
Ditelan tidak
melihat kiri dan kanan.
Menitis pada
mekar bunga mewangi
Bagai pabrik
butir besi
Tidak
menghitung kebutuhan serbuk sari
Dimuntahkan
tetapi dihisap lagi
Duduk jegang
tanpa meja saji
Lendah,
14..1..2021
Rohmat, sering menggunakan nama Kemad, jebolan UIN Sunan Kalijaga. Pernah menekuni berbagai bidang
pekerjaan: buruh, petani, pedagang, pendamping budaya, Korcam di Dewan Kebudayaan
Kulonprogo dan Forum Seni Religi Kulonprogo. Beberapa puisi pernah dimuat laman
Sastra-Ku dan buku Kluwung Lukisan Maha
Cahaya. Saat ini tercatat sebagai imam besar di masjid dusun Kwarakan,
Sidorejo, Lendah.
***----------***
A. SAMSUL MA’ARIF
Penonton
di Negri Nenek
Tak da lagi
jelaga, kayu, juga blarak
Tinggal
hamparan semen besi dan robot
Kata nenek
hilang kumandang dan kedung
Pribumi hanya
menonton
Karena tiada
sertipikat
Apalagi pengalaman
Hanya bisa
berharap
Pada Mas Kualat
Kalau tidak di
bumi
Besok di
akherat
Keadilan, akan
tegak
Jika pahlawan
hadir
Tak hanya
nyinyir
Bumi hanguskan
semua
Dengan segenap
Ridlo
Ikhlas dan
KasihNya
Galur,
14.1.2021
A. Samsul Maarif, jebolan UIN Sunankalijaga, salah satu pegiat
Komunitas Lumbung Aksara. Beberapa karyanya masuk di buku antologi bersama,
antara lain: Seorang Gadis Sesobek
Indonesia (antologi puisi Kulonprogo, 2006) dan Antariksa
Dada (Temu Sastra Tiga Kota, 2008). Tinggal di Galur Kulonprogo.
***----------***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar