FAJAR
R AYUNINGTYAS
Jasadku Disalibkan Pada HarapanHarapan
1
bertahun ini, aku berkarib dengan bangkai lautan
penuh anyir dan asin. mengisyaratkan masa lalu yang luka dan nanah
apa yang terbaca dari setumpukan menit gelisah,
setiap kali membinasakanmu ke dalam mimpi buruk berlarutlarut
hingga lupa hari berganti?
tapi di tengah mimpi buruk ia menemukan
kepastian itu; mengeras dalam pias angin senja lautan
tentang kejujuran yang masih terasa menyakitkan
sampai keesokan harinya. kemudian seperti biasa
pertanyaanpertanyaan menyergapnya seperti angin dari semua penjuru
yang menjelma putingbeliung
(lalu, selalu erangnya parau di kamar mandi!)
batang kenangan itu sepanjang apa. badai setiap malam
membasahi jarak ke ujung bernama ingatan tempat bercampur segala
suara dari kedalaman masa; tak memiliki padanan ketika dibahasakan
kau tahu rasanya saat ketakutan mendatangimu?
tak berjawab sebab kau telah dimantra waktu.
menjadi batu di tengahtengah keranyas pilu yang menghujan
di atas matamu; bangkai lautan itu
2
di kota ini aku terpaksa membunuh puisimu
tentang lelaki perempuan yang dilemparkan dari surga
sebab ia menjadi mata bagi kesedihanku; merangkum
gempa waktu yang terjadi berulangkali dan disuling ke dalam nadi
lalu biasanya aku bangun pada dinihari yang aneh
tak ada yang menyeranta kesedihan tapi ia selalu datang
disisipi kekecewaan yang paling marah. tentang mengapa
perempuan mesti terbujuk. katakata
;maka ia menjelajah bumi asing yang lesap dalam badai
aku memerah. aku memarah. aku hendak membunuh
setiap puisi yang baru lahir dari pikiranmu
3
aku mengasihi setiapnya. tapi aku menyerah
jasadku disalibkan pada harapanharapan.
apakah kau dapat mempercayainya; kekasihmu yang memaku jasadmu?
Fajar R Ayuningtyas, lahir Kulonprogo pada 29 April. Bersastra secara intens sejak 2007 bersama komunitas Lumbung Aksara dengan menulis cerpen dan puisi. Buku cerpen tunggalnya Lukisan Gelombang (2021). Puisinya berjudul “Semaian Mimpi di Garis Bidara” menjadi salah satu puisi terbaik Lomba Cipta Puisi Dinas Kebudayaan Kulonprogo (2021). Belakangan juga menulis esai dan liputan untuk web tempatnya bekerja. Pernah meraih juara kedua sayembara esai kalurahan budaya DIY tahun 2021 dengan esai berjudul “Generasi Muda Garda Depan Kalurahan Budaya”. Sementara di tahun 2022 lewat esainya berjudul “Argo Maritim Kulonprogo: Wisata Tematik dalam Bingkai Keistimewaan” meraih terbaik pertama sayembara esai Inkubator Literasi Pustaka Nasional (Wilayah Kulonprogo).
***________***
ARIS
SETYANTO
Setengah Wajahmu
payungmu kuning
maka, hujan
rontok sepanjang jalan
kaujelangi
selasar sunyi
setengah
wajahmu, untuk Tuhan
setengah
wajahmu, lagi
untuk istri,
untuk dua anak lelaki,
atau,
untuk engkau
sendiri? untuk aku?
2021
Aris
Setiyanto, lahir 12 Juni 1996. Tinggal di Temanggung, Jawa
Tengah. Karyanya termuat dalam beberapa antologi bersama; Progo 5(2018), 20
Pesan Cerita Hebatkan Anak Indonesia(2019), Jazirah 2: Segara Sakti Rantau
Bertuah(2019), Progo 6(2020), Pringsewu Kita(2020), Desir Pesisir (2020),
#DiRumahAja(2020), Gambang Semarang(2020), Nadjmi Adhani: Jalan Lapang Menuju
Kebaikan(2020), Antologi Puisi Dukungan Gowes Literasi(2021), Refleksi-Resolusi
(2021) dan Ini (bukan) Perayaan(2021).
***________***
DZAKWAN ALI
Aku
Menjelma Bersama Tinta
Satu
cerita
Beribu-ribu
budaya
Berpetualang
lewat karya sastra
Membuka
manunskrip bahasa
Kota
berjaya tak pernah sirna
Aku
ingin bertamasa lewat sajak
Yang
tak pernah lapuk termakan jarak
Jogja
kota inspirasi bangsa
Menabur
bunga harum sepanjang masa
Aku
ingin menjelma tinta
Agar
bersahaja bersama karya
Aku
ingin mengisi kota jogja
Dengan
membaca sejarah
Cirebon, 15 Agustus 2021
Dzakwan
Ali,
lahir di indramayu. Menyukai aksara dan berkreasi dengan sastra. Bergiat di seniman Indramayu dan seniman
kampus. Karya tunggalnya yang sudah
terbit ada empat buku. Sejumlah karyanya juga terbit di media cetak, online dan
buku antologi bersama.