Jumat, 27 Maret 2020

K A R Y A


GURIT NYAI DEWI DERSANALA

Kidung Kalis Corona

1.
Pamintaku mring Hyang Maha Suci
Kalisa saking malaning jagat
Nyenyadhong reksa Gustiné
Murih tinemu hayu
Kabirata corona iki
Sirep ponang memala
Gya sirna pageblug
Kang lara temah waluya
Salugune kabèh anèng Asta Gusti
Mugya paring usada

2.
Lah punika Sabda Dalem Gusti
Wus kaweca tinulis ing Sastra
Bakal ana lindhu gedhé
Janmi bumi sadarum
Gya tinerak mangsa paceklik
Pageblug pan sumebar
Gawe miris bingung
Mangga sami nunggal rasa
Jiwanira langgeng tentrem lan lestari
Ngimanana mring Hyang Suksma

3.
Lambarane kawruhana sami
Jok gumampang ngadhepi corona
Yen tan udani jatine
Kudu santosing kalbu
Sabarang reh tankena gigrik
Tansah teteg trang hing cipta
Tatag tanggon tangguh
Sasat ana ing palagan
Ngudi jaya murih Corona sigra sumingkir
Jaya sanusantara..

Sapinggiring kali Serang, 27-03-2020


Nyai Dewi Dersanala,  perempuan yang mempunyai nama asli Bardal, S.Pd.Jas ini adalah seorang pendidik di SD N 2 Wonorejo Nanggulan.  Karya geguritannya dimuat di sejumlah media cetak dan online, termasuk di buku Tilik Wewisik: Antologi Geguritan (terbitan Dinas Kebudayaan DIY, 2019). Saat ini aktif di kepengurusan Forum Sastra dan Teater Kabupaten Kulonprogo. Tinggal di Dayakan Pengasih Kulonprogo.



*** ----- ***



PUISI HAYYUNI NUR AINI


Covid – 19

Tiga bulan silam
Aku mengenalmu pelan
Kini, mendadak kau menyentak dunia
Hingga lumpuh diterjang prahara

Spesiesmu menjadi trending topik
Melebihi popularitas artis paling cantik
Tak butuh waktu lama
Kau kian menyayat telinga
Menelan ribuan nyawa

Dengan sengaja,
Kau buat sekat tanpa sela
Mengharuskan kami mengisolasikan diri
Memutus mata rantai kematian…
Yang terus berkesinambungan

Corona…
Tidak semua luka sembuh dengan sempurna
Tidak semua duka menyisakan air mata
Apalah daya, aku hanya manusia
Yang hanya punya keyakinan dan doa
Semoga populasimu segera sirna
Biarkan bumi bersinar kembali selayaknya
Mari kita Aamiinkan bersama-sama
                                     
Kulonprogo, Maret 2020



HAYYUNI NUR AINI, siswi kelas XII SMK Kesehatan Citra Semesta Indonesia yang beralamat di Jl. Kolonel Sugiono No.44, Gn. Gempal, Giri Peni, Wates  Kulonprogo. Tahun 2019 pernah meraih juara kedua lomba baca puisi tingkat SMA se-Kulonprogo yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Kulonprogo.

Jumat, 20 Maret 2020

K A R Y A


PUISI MARJUDIN SUAEB


Karantina Jiwa 

Ingatkah saat Dia tak sekedar kiblat
Tak sekedar di julukan kesalihan
Tak sekedar di fasih dan lantunan merdu
Tak sekedar di bungkus mode kealiman

Rasakan juga saat harus sendiri
Terisolasi terasa terdakwa sumber sakit
Sarat sah syariah terhalangi apapun
Hmm. Kau kian terasa terdekat

Terdekat di ucap doa
Di ujung hidup dan usia
Di saat tanpa sanak saudara
Kenapa. Kian hanya Kau Gusti..

Yk.2020

Marjudin Suaeb, penyair senior Kulonprogo pernah berguru pada Umbu Landu Paranggi di Persada Studi Klub (PSK) Malioboro tahun 1978-an. Jebolan IKIP Yogyakarta (sekarang UNY) ini selain menulis puisi juga cerpen dan geguritan. Buku kumpulan puisi tunggalnya Bulan Bukit Menoreh (Sabdamedia, 2016). Karyanya juga masuk di beberapa buku antologi, diantaranya: Nyanyian Bukit Menoreh (antologi puisi 27 penyair Kulonprogo 2015), Gondomanan 15 (Antologi alumni Renas, 2016), Syair-syair Ke-Indonesiaan (Dies Natalis UNY, 2016), Sanja Wewira (Antologi Geguritan Disbud DIY, 2019) dan Kembar Mayang (Kumpulan Cerpen, 2019). Tinggal di Bumirejo Lendah Kulonprogo.


*** ----- ***



PUISI TRI WAHYUNI


Cerita Corona

Sesuatu tak terlihat
Menggegerkan jagat
Menyebarkan sengsara
Sebab ulah manusia sendiri sebenarnya

Semua sibuk membicarakan corona
Bahkan menyebarkan berita palsu agar banjir kekhawatiran dan derita
Ini virus belaka
Tetapi mampu mengusir nyawa
Ya inilah, kiamat kecil kembali menyapa

Gaya hidup sehat selalu menjadi kunci
Tetapi takdir akan selalu membuntuti
Manusia pribumi terserang dua biji
Seluruh masyarakat lari ketakutan, mengetuk apotek, membeli sabun cuci tangan, memborong masker, menimbun masker, bahkan memulung masker bekas untuk dijual lagi
Hingga yang dulunya semurah permen kini dilambungkan tinggi tanpa hati
Parah sekali, darurat akhlak tahun ini

Apa yang ada di otak manusia yang berhaha-hihi diatas penderitaan?
Hingga merelakan otaknya diduduki sekawanan setan
Apa mereka pikir harta dari hal busuk dapat membuat kekal di dalam kubur yang penuh kegelapan?
Semoga selalu diberi kewarasan, fisik, mental dan pikiran

Yogyakarta, 4 Maret 2019


TRI WAHYUNI, lahir 16 Juni 2001, mahasiswi Jurusan Sastra Inggris di FBS UNY. Pegiat di Komunitas Sastra-Ku ini menulis puisi sejak SMA, buku puisinya yang sudah terbit: Hujan Merindu (Guepedia Publisher, 2019),Berlutut Di Bawah Kaki Purnama (Guepedia Publisher, 2020). Tinggal di Sidorejo Lendah Kulonprogo.

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...