Jumat, 20 Maret 2020

K A R Y A


PUISI MARJUDIN SUAEB


Karantina Jiwa 

Ingatkah saat Dia tak sekedar kiblat
Tak sekedar di julukan kesalihan
Tak sekedar di fasih dan lantunan merdu
Tak sekedar di bungkus mode kealiman

Rasakan juga saat harus sendiri
Terisolasi terasa terdakwa sumber sakit
Sarat sah syariah terhalangi apapun
Hmm. Kau kian terasa terdekat

Terdekat di ucap doa
Di ujung hidup dan usia
Di saat tanpa sanak saudara
Kenapa. Kian hanya Kau Gusti..

Yk.2020

Marjudin Suaeb, penyair senior Kulonprogo pernah berguru pada Umbu Landu Paranggi di Persada Studi Klub (PSK) Malioboro tahun 1978-an. Jebolan IKIP Yogyakarta (sekarang UNY) ini selain menulis puisi juga cerpen dan geguritan. Buku kumpulan puisi tunggalnya Bulan Bukit Menoreh (Sabdamedia, 2016). Karyanya juga masuk di beberapa buku antologi, diantaranya: Nyanyian Bukit Menoreh (antologi puisi 27 penyair Kulonprogo 2015), Gondomanan 15 (Antologi alumni Renas, 2016), Syair-syair Ke-Indonesiaan (Dies Natalis UNY, 2016), Sanja Wewira (Antologi Geguritan Disbud DIY, 2019) dan Kembar Mayang (Kumpulan Cerpen, 2019). Tinggal di Bumirejo Lendah Kulonprogo.


*** ----- ***



PUISI TRI WAHYUNI


Cerita Corona

Sesuatu tak terlihat
Menggegerkan jagat
Menyebarkan sengsara
Sebab ulah manusia sendiri sebenarnya

Semua sibuk membicarakan corona
Bahkan menyebarkan berita palsu agar banjir kekhawatiran dan derita
Ini virus belaka
Tetapi mampu mengusir nyawa
Ya inilah, kiamat kecil kembali menyapa

Gaya hidup sehat selalu menjadi kunci
Tetapi takdir akan selalu membuntuti
Manusia pribumi terserang dua biji
Seluruh masyarakat lari ketakutan, mengetuk apotek, membeli sabun cuci tangan, memborong masker, menimbun masker, bahkan memulung masker bekas untuk dijual lagi
Hingga yang dulunya semurah permen kini dilambungkan tinggi tanpa hati
Parah sekali, darurat akhlak tahun ini

Apa yang ada di otak manusia yang berhaha-hihi diatas penderitaan?
Hingga merelakan otaknya diduduki sekawanan setan
Apa mereka pikir harta dari hal busuk dapat membuat kekal di dalam kubur yang penuh kegelapan?
Semoga selalu diberi kewarasan, fisik, mental dan pikiran

Yogyakarta, 4 Maret 2019


TRI WAHYUNI, lahir 16 Juni 2001, mahasiswi Jurusan Sastra Inggris di FBS UNY. Pegiat di Komunitas Sastra-Ku ini menulis puisi sejak SMA, buku puisinya yang sudah terbit: Hujan Merindu (Guepedia Publisher, 2019),Berlutut Di Bawah Kaki Purnama (Guepedia Publisher, 2020). Tinggal di Sidorejo Lendah Kulonprogo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...