Jumat, 31 Mei 2019

KARYA

PUISI DWI WINARNO



Titik Temu

Titik terhubung terkumpul
Ujung hari berkaca pada luasnya samudra
Padam segala api
Gulita menyayat pekat
Bias warna pendarkan lembayung
Kembali dibalik cakrawala

Kasongan,29-05-2019

 ***-------***



PUISI FAJRI SUSANTI


Suatu Ketika

ingatlah aku dengan sepatah kata
paling memuakkan
sampai hatimu terbelah oleh
sebilah kata paling tajam hingga
dadamu terbakar,
nalurimu ingkar,
pun matamu memar

dirajam sembilu

dan kedua bibirmu mengetuk langit
untuk mencabut rindumu padaku

Pelangi_Kata, 131018

 ***-------***



PUISI ALIFA TIRA


Hati Sakit 

 Jatuh itu sakit
Sakit hati lebih sakit
Memang hati itu penyakit
Lebih baik hati-hati biar hidup lebih baik

              Perasaan   
              terluka
              Luka lama
              yang tumbuh
              Kau jadikan
              hati ini
              Bagaikan
              goresan pisau

     Haruskahku
     tancapkan pisau
     itu
     Tidak.......
      Akan ku jahit
      goresan itu
      Hingga hati
      menjadi utuh...
      Dan cinta mulai 
      tumbuh

                       KP. 2019

Sabtu, 25 Mei 2019

KARYA


PUISI WAHYU PURWADI


Jati Yang Hilang

Jangan pernah tanya pada ilalang
Sebab dia tak tau jawaban
Jangan mencari di tumpukan jerami
Sebab dia tak lagi berisi

Jangan kira air tenang itu diam
Sekali membrontak semua kan tenggelam
Jangan senang dengan semilir angin
Sekali ribut tumbanglah poho beringin

Jangan kira makmur itu tujuan
Kalo hanya masih sebagai bahan
Jangan kira adil itu berkemanusiaan
Jika tak ada lagi sopan

Lendah KP 2019


 ***-------***


PUISI TRI WAHYUNI

 Mei 2019

Akan terlukis sejarah baru
Dalam hiruk pikuk tuan politik dan berita
Yang berlalu lalang bersama hoax dan provokasi
Ada yang perlahan bertanya dimana kedewasaan?

Seluruh suara telah menimbulkan kesimpulan pada satu pilihan
Negara yang berdiri karena ribuan pulau kini merasa sedikit cemas atas beberapa tahun kedepan
Bukan karna siapa yang memimpin atau siapa yang dipimpin

(ada yang perlahan menjawab)
Ini tentang kebijakan menerima dan menghargai perbedaan


Kulon Progo,2019


 ***-------***



PUISI WIDA

Kuat erat dalam ikatan
Menyatu dalam kedamaian.
Teriring solidaritas tinggi yang menjadi junjungan.
Tuk menggapai masyarakat madani yang jadi impian. 

Haru biru menggebu menyeruak.
Memecah kedamaian di dalam jiwa.
Krena lisan yang tak takut dosa
Hingga berujar tanpa tahu tata krama. 

Sejatinya kalau kita mau
Menyingkirkan angkara murka di dalam dada.
Hidup damai sejahtera kan tergapai
Dalam naungan rahmad LIllahi Robbi

Jumat, 17 Mei 2019

KARYA

PUISI IRANDA Y


Meretas Jiwa –Jiwa Merdeka 

Tubuh ini telah bergelimang keringat
Di antara deru mesin-mesin pabrik yang bergerumuh
Mengais segelintir beras untuk menyambung hidup
Pusaran sang waktu telah membunuh tubuhku

Aku hanyalah sekeping besi rongsok di matamu Tuan
Sebuah rongsokan yang dapat dibuang sewaktu-waktu
Kaulah yang menghegemoni tubuhku
Mendedahku, mengekspolitasi seluruh tubuhku

Mulutku pun Kau bungkam hingga tak mampu bersuara
Kau rudakpaksa raga yang letih ini
Aku pun hanya bisa melemah pasrah
Raga yang telah habis terkuras bersama sang waktu

Tapi ingatlah Tuan..
Meski ragaku ini dapat Kau renggut dengan kuasamu
Tapi tidak jiwaku Tuan
Karena Jiwaku adalah jiwa yang merdeka
Jiwa yang bebas mengarungi alam raya

Sanggar Bumi Menoreh, 2017


Nyanyi Bisu Anak-Anak Bangsa 

Kita pernah berkelindan dalam ruang yang sama
Mencoba menggapai matahari yang hangat di cakrawala
Kau bawa aku mengarungi gugusan nusa yang menawan
Menari bersama gumpalan kabut yang tersaput angin

Kau bilang semesta alam raya ini milik kita bersama
Tiada yang membedakan antara aku dan kau
Kita terlahir dari lenguh nafas dan rahim yang sama
Rahim yang mengorbankan jiwanya demi kelahiran kita

Tapi kini rahim ini telah terkoyak-koyak oleh keangkaramurkaan
Dia bukan lagi milik kita bersama
Tanah yang subur ini tiba-tiba menjadi kering kerontang
Kau gantikan dengan padang pasir yang tandus

Kata-kata kasar penuh kebencian menghujam dengan keras
Mengisi setiap lorong-lorong ruang dan waktu
Tiada lagi nyanyian kedamaian yang mengiringi tarian anak-anak bangsa
Semua tergantikan oleh hingar bingar syahwatmu yang busuk

Sanggar Bumi Menoreh, 2019


 
***-------***


PUISI TRI WAHYUNI


 Asaku Meminta Derita

Sehabis isyak burung-burung beristirahat berkicau
Seluruh anak semesta lelap memanjakan mimpinya yang hampir mencapai ketidak mungkinan (ya,karena tidur)

Aku baru saja pulang hari ini
Sesudah seharian penuh memaksa otak,tangan,kaki,dan seluruh tubuh bekerja lebih sigap menuruti kewajiban
(Aku harus mandiri) hanya itu kataku setiap malam sebelum Tuhan menyabut nyawaku semestara untuk memejam
Demi senyum-senyum bapak mamakku yang menginginkan lebaran lebih ramai
(Aku kuat) demi masa tua bapak mamakku tanpa membanting tulang kembali
(Kan kukejar asa itu) meski aku harus jatuh bangun menghabiskan jatah gagal dari Tuhan

Kulon Progo,16 Mei 2019

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...