Jumat, 26 Juli 2019

KARYA

PUISI TRI WAHYUNI

Bila Suatu Waktu

Bila suatu waktu aku bertemu denganmu
Pada tatapan yang sama ketika angin menyapu wajahku dan wajahmu yang menunduk menahan senyum
Akan aku kisahkan sehabis perjumpaan dan perkenalan itu pada kertas yang aku kumpulkan
Menjadi saksi kelak,ketika aku akan memintamu menjaga hidupku

Bila suatu waktu sehabis masa hidupku habis
Akan aku tunggu kisah kita selanjutnya di alam yang menuntut perubahan
Aku tak akan nampak lagi di mata sayumu itu
Namun,aku berdoa di surga aku bisa memelukmu tanpa ada masa hidup

Kulon Progo, 2019

***-------***



PUISI AMBAR SETYAWATI

Pada Senja Berkabut

Teduh itu.. ada di sini.
Sejuk itu.. masih di sini ..
Di dalam sanubari.
Di dalam cara pandang pada hidup..
Dalam menyikapi panas terik, onak duri, gelombang ganas dari semua sisi yg menyerangmu..

Apapun itu..
Tetaplah sejukkan hatimu..
Teduhkan cara berfikir mu.. damaikan suasana hatimu..

Onak duri tak memilih siapa yg akan merasakan perihnya..
Panas terik membagi rata semua sinarnya..
Ombak ganas akan menerjang apapun yg dilewatinya..

Samigaluh, 25 Juli 2019

Jumat, 19 Juli 2019

KARYA


 ESAI: TRI WAHYUNI



Tentang Menulis Puisi


Aku adalah

Aku adalah awan
Bungkam setiap siang,merindukan senja
Cepat atau lambat,tetap ingin menatap

Aku bukan awan,bila aku tiada setia
Bersama semesta telah kubuang ragu
Cinta ini sepenuh hati,sebab aku akan menerima dalam jingga sempurna atau gelap sekalipun

Kulonprogo, 2018

Diatas adalah puisi yang tertuliskan saat penulis di mabuk cinta. Ditulis dengan diksi diksi yang bermakna. Lalu menurut Anda apa itu puisi?
Apakah karya yang dianggap terlalu lebay dalam menggunakan kata-kata? Yang mungkin hanya sekedar kalimat yang terangkai indah namun biasa saja?

Puisi  sejatinya adalah sebuah karya yang ditulis oleh sang penulis untuk mengungkapkan perasaan dan ide yang bisa dimaknai oleh para pembacanya. Puisi awalnya merupakan sastra lama yang  berupa syair lalu berkembang menjadi puisi baru, sekitar 20 – 40 tahun lampau. Belakangan, berkembang lagi dengan puisi yang banyak jenis dan genre nya hingga sekarang lebih terkenal jenis puisi kontemporer. Karya puisi yang tidak terikat oleh pakem-pakem tertentu sehingga penulis lebih bebas dalam menulis.
Namun,jangan dianggap terlalu bebas, karena diatas kebebasan itu masih ada aturan yang harus dipatuhi seperti isi puisi tidak menyinggung SARA, tidak mengandung porno dan tentunya bukan plagiat.

Dari sudut pandang penulis, puisi dianggap istimewa. Pertama,karena dengan menulis puisi kita akan lebih memperhatikan diri kita sendiri,contohnya saat kita terluka kita akan membangkitkan diri kita dengan menulis puisi yang membara.
Kedua,lebih bijak dalam mengekspresikan kesedihan atau kebahagiaan. Misal kita sedang ditimpa kesedihan maka kita tak perlu mencari kesenangan lain di luar sana yang tidak baik kita hanya mengambil pena dan mencurahkan semua yang ada di perasaan kita.
Dan yang ketiga, menulis puisi adalah menulis keabadian. Dengan terus menerus menulis sejarah hidup kita otomatis akan tertata rapi dalam sajak-sajak yang indah,apalagi suatu saat dapat di bukukan. Dan di setiap puisi pasti mengandung amanat atau maksud tertentu yang bisa menyadarkan setiap yang membaca.

Untuk menjadi penulis puisi yang membanggakan: jangan pernah berhenti belajar sastra. Jangan pernah berhenti menulis. Jangan pernah berhenti membaca. Karena membaca dan menulis adalah jantungnya literasi. Dan akhirnya, jangan pernah berhenti berkarya.

So, jangan hanya berkhayal menjadi hebat. Mari bergerak. Mari membaca. Mari menulis memajukan literasi Indonesia ! Karena kita bisa luar biasa dengan menulis.


Jumat, 12 Juli 2019

KARYA

PUISI FAJAR R. AYUNINGTYAS


Tersebabmu Tak Ada Puisi di Hari-hari Ini

; kepada Kinan

Payah kurangkai kata. Rima di mana entah
Maka bahasa serupa bincang seharihari

Kau tergelak. Memekik. Memanggil dengan liuk lengking meninggi
yang seksi. Melentingkan gairah agar gegas mendekapmu
pada dadaku. Menujumu kutinggalkan kisah
yang belum usai di sudutsudut rumah;  kosakata
tercecer di tengah denting perkakas makan,
membulir lalu berpencar di antara percik air kran kamar mandi,
terbengkalai dalam keranjang pakaian,
ada yang menyelinap di balik selimut flanel
dan menyusup di balik renda kelambu

Maka tak ada puisi di hari-hari ini
Sebab aku mabuk. Keindahanmu
membuyarkan kalimat

Duhai,
Barangkali kali ini tubuhmu yang jadi puisi
lahir dari rahim tubuhku
setelah menunggu. Sembilan purnama

Kulonprogo, 2019


 ***-------***


 PUISI FARAS PRADANA


Rebut Senyumku dan Perang

rebut senyumku setiap hari dengan palak tawa kalian.
kuyakini angkasa kan mengering.
kesepian menghampar jauh dari sini hingga ujung
yang tak dapat dipandang.
saat masih tergenggam dan belum tertampar.
segala emban darah yang lekas surut adalah perang.
maka aku telah memulai untuk sudah, hilang
dari kalam yang membentang.
kutusuk angin yang melawan memutar kincir.
di balik dinding dingin yang terbias ratapan sedihku.
lebih tajam dari kuku yang mencengkram segala perbuatan.
robek langit dan biarkan bumi penuh.
kalahkan jagat dihalauan terdepan sebagai bentuk paling hebat.

2018









  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...