Tersebabmu Tak Ada Puisi di Hari-hari Ini
; kepada Kinan
Payah kurangkai kata. Rima di mana entah
Maka bahasa serupa bincang seharihari
Kau tergelak. Memekik. Memanggil dengan liuk lengking
meninggi
yang seksi. Melentingkan gairah agar gegas mendekapmu
pada dadaku. Menujumu kutinggalkan kisah
yang belum usai di sudutsudut rumah; kosakata
tercecer di tengah denting perkakas makan,
membulir lalu berpencar di antara percik air kran
kamar mandi,
terbengkalai dalam keranjang pakaian,
ada yang menyelinap di balik selimut flanel
dan menyusup di balik renda kelambu
Maka tak ada puisi di hari-hari ini
Sebab aku mabuk. Keindahanmu
membuyarkan kalimat
Duhai,
Barangkali kali ini tubuhmu yang jadi puisi
lahir dari rahim tubuhku
setelah menunggu. Sembilan purnama
Kulonprogo, 2019
***-------***
PUISI FARAS PRADANA
Rebut
Senyumku dan Perang
rebut
senyumku setiap hari dengan palak tawa kalian.
kuyakini
angkasa kan mengering.
kesepian
menghampar jauh dari sini hingga ujung
yang tak
dapat dipandang.
saat masih
tergenggam dan belum tertampar.
segala emban
darah yang lekas surut adalah perang.
maka aku
telah memulai untuk sudah, hilang
dari kalam
yang membentang.
kutusuk
angin yang melawan memutar kincir.
di balik
dinding dingin yang terbias ratapan sedihku.
lebih tajam
dari kuku yang mencengkram segala perbuatan.
robek langit
dan biarkan bumi penuh.
kalahkan
jagat dihalauan terdepan sebagai bentuk paling hebat.
2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar