Jumat, 25 Oktober 2019

K A R Y A


PUISI FAJRI SUSANTI

Kepastian

Angan bertandang
Hadirkan dalam mimpi

Lepas di bibir
Biar alpa minggir

Yakinkan langkah
Sampai purna asa

Jadilah realita

KP, 24 oktober 2019

***-------***


PUISI WAHYU PURWADI

Rindu Pemuda

Kawan
Kurindukan pekikan semangat seperti dulu
Pekikan semangat tanpa tendensi
Seperti suara lantang bung tomo membela Surabaya
Seperti pemuda yang memkikan sumpahnya

Kami putra dan putri Indonesia  mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia
Kami Putra dan putri Indonesia  menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia

Masihkah ada pemuda seperti itu
Kala teknologi menjadi dewa
Jari jemari indah menari merangkai kata
Menyebar berita entah benar entah salah
Mencipta gaduh digoreng, diolah memecah saudara

Pemuda
Dimanakah dirimu kini berada
Rindu akan cerdasmu
Rindu akan keberanianmu
Rindu akan semangat menggelora
Membangun bangsa beradap di segani dunia


Kp, Oktober 2019

***-------***

PUISI EVITA EKA SEPTIANI

Cermin Juang Pemuda

Debu selimuti kaca 
Taburan jiwa mencerca
Jiwa pemuda penuh dosa
Malas membuai dalam dekapan
Seakan lupa perjuangan para pemuda
Masa lalu memeras pikir dan jiwa

Seonggok cermin depan mata
Bayang berkata dusta
Tak seperti di hadapan 
Cermin seakan meronta
Dia tak ingin nampak noda
Moral anak muda tak terjaga

Sisi lain cermin terbuka
Masa lalu tampak di sana
Masa muda tak berleha-leha
Di tengah jajahan dan derita
Pejuang muda memulai cerita
Goreskan tonggak sejarah

Kenangan tak akan hilang
Penuh semangat meradang
Meski senjata menyerang
Pemuda takkan gentar menahan
Segenap ilmu pikiran
Dikuras demi mencari keadilan
Sejak itu nadi Indonesia terdeteksi
Denyut mulai tergetar
Jiwa muda menggelora
Kala ilmu enyam sukma
Hasrat bangsa bergema
Pupuk kesadaran bangsa
Akan bangkitnya jiwa yang mati

Bumiputra tanah kecintaan
Pembentuk raga tak lemah pikiran
Lahirkan gerakan kebangkitan
Peran pemuda senantiasa mengakar
Rintis arah tujuan
Sokong bangsa masa depan

Angka dua delapan saksi bisu
Perjuangan muda tak terbendu
Tinggalkan sumpah bukti kejayaan
Pelopor muda bersatu
Ikrarkan janji abadi
Janji setia bangsa,tanah air,dan bahasa
Hingga terukir pada batu
Tak musnah akan terjang waktu

Tiba-tiba cermin menutup
Lahap kenangan itu
Kini tinggal tulisan di buku
Sedikit demi sedikit luntur bagai debu
Hingga takterukir kokoh
Di hati pemuda masa kini

Nilai moral mulai hancur
Jiwa muda tak lagi berharga
Cermin menangis dibuatnya
Kelabu selubungi cermin bangsa
Lama-lama musnah remuk tak berbentuk
Kecewa akan bangsa ini
Yang lupa kewajiban sejarahnya

Aku rindu pahlawan muda
Aku sedih rasa susila tlah tiada
Mengapa para muda lupa?
Semangat juang penegak muda negara
Hingga tak teladaninya
Pejuang muda,
Semoga kau tak derita di alam sana
Maafkan kami bangsa muda tak bermakna
Tak hirau pesan – pesanmu
Karena tertutup gemerlapnya dunia


Kukon Progo, 2019

***-------***

Jumat, 18 Oktober 2019

K A R Y A


PUISI FAJAR R. AYUNINGTYAS


Gelisah Cinta

ialah rasa. hampir lindap
ditenun gelap gigir malam tepi pelabuhan
tanpa sinar bulan

antaraku kau sua tiada
sejak terakhir, pasir sepuhi rambut basah habis terderai angin
banal
tubuh-tubuh jauh. rembulan mati
jangkar berlayar
tak singgah lagi
tinggal jejakku kau; kenangan liris. sehunjam jarum gerimis
sementara ranum petrikor senyawai temali
dan besi-besi. sendiri kuhirupi

tiada sungguh?

berpisah serupa bongkah gelap berbenih hujan
lama-lama derasi rindu akan debar cemburu dan gairah seteru
berujung kujinjing masa lalu
pada kemungkinan
sua
dalam zaman tak kekal
angin tak banal
pasir sepuhi rambut basah
sinar bulan tumpah. berkilau-kilau

saat itu, mari menjaring waktu!

Oktober 2019


***-------***


PUISI DITA WIRONO

Di Beranda

Di beranda ini
Aku menyimpan rapi waktu-waktu usang tentangmu.
Menelisik kembali bagaimana pertengkaran dan perbedaan menjadi satu hal yang dirindukan. Mengenang kembali riuh berdebatan kenapa kamu memilihku menjadi makam dalam ingatan.

Di beranda ini kesepian menjadi akhir,
ketika hadirmu menjadi segala akhir.

Kokap, 2019

***-------***


PUISI HAYYUNI NUR’AINI

Pernah Ragu  
                                                                       
Malam yang candu
Bertegur sapa dalam doa
Siang malam dipanjatkan
Pagi hari terpancarkan
Duka mendalam,
Bersama manisnya keesaan
Jatuh tertimpa,
Bangkit tanpa jeda
Pernah ragu pada langkah
Pasti pada tujuan
Bersimpang siur, berbelit tantangan
Namun,
Bagiku kecewa terlalu mudah dirasakakan

Kulonprogo, 2019

 ***-------***

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...