Jumat, 30 Oktober 2020

BETHY MAHARA SETYAWATI

 

 

Kidung Pengasih ing Lengkehing Kalibiru

 

Sinawang saka kadohan,

Gunung-gunung cilik pating jrumbul,

Langit resik tanpa kesaput mendhung,

Katon luking kali menggak-menggok,

Memper lakuning sarpa kang lagi wae mencungul,

Maneka warna tetuwuhan thukul ngrembuyung,

Ing sadawaning kali,

 

Katon wit kembang soka,

Kembange putih memplak amantesi,

Iring wetan ana witing cemara,

Awarna ijo wilis kadya binaris,

Watu-watu gedhe kang memper watu candhi sinawang saya amimbuhi,

Njalari ereng-erenge katon endah lan asri,

Pancen sesawangane ngresepake pandulu,

Kaya-kaya anggeret  jangkahing laku,

Nggeret lunganing awak kanggo tumuli nyedhak,

Ing lengkehing Kalibiru.

 

Esuk iku swasanane datan kaya padatan,

Kabeh sarwa endah rinasa,

Saka wetan sang pratanggapati wiwit mlethek,

Wiwit sumirat sunare,

Sumunar padhang jingglang madhangi,

Ing dina kang wis kebak panganti-anti,

Dina kang kebak pangarep-arep,

Dina kang kebak katresnan lan kabagyan,

Kanggoku lan sliramu,

Kang bakal netepi darmaning anak tumraping wong tuwa,

Netepi darmaning jalma kang tumitah dening Kang Maha Kuwasa,

Kanggo wiwit ngancik ing donyaning bebrayan ing donya,

Bebrayan kang kudu madhep mantep,

Kudu nyawiji lan tansah antut runtut,

 

Dina iku,

Binarung reroncening kidung lan gendhing kang kaprungu,

Kaya-kaya aweh paseksen,

Anane kidung pengasih ing lengkehing Kalibiru,

Kang linuberan pangayoman,

Kasokan kabagyan,

Kebak sih-sinisihan,

Nganti sadawaning wektu.

 

 

Bethy Mahara Setyawati S.Pd, guru Bahasa Jawa SMP Negeri 4 Wates, Kulon Progo. Sederet prestasi telah ditorehkan perempuan kelahiran 3 April 1980. Diantaranya juara pertama Festival Guru Menulis tingkat Nasional (Kategori Artikel Populer) tahun 2018, yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar PGRI hadiah  lomba diserahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Prestasi lainnya juara II guru berprestasi SMP tingkat nasional tahun 2019, juara I Lomba Menulis Cerita Berbahasa Jawa Kategori Umum (Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY tahun 2015), Nominator Lomba Penulisan Novel Berbahasa Jawa (Dinas Kebudayaan DIY tahun 2017 dan 2018).

 

***----------***

 

 

WORO PUSPANDYASISTA PRADANESTRI

 

 

Mama I’ll Be Oke

Mbak… wis maem durung ?

Mbak… wis ngibadah durung ?

Mbak… wis cepak-cepak durung ?

Mlebu sinau jam pira, sangune isih pora ?

Mbak… sing ngati-ati ya…

            Hemm…

            thiring-thiring welinge Biyungku

            saben esuk nggugah pangangenku

            pindhane tembang wajib kang kudu dilagokake

            ing wiwitaning sinau

Dak tutup laptop kang kebak rumus

praktikum, laprak, proposal

tugas padinan lan mingguwan kemruwus

lamun bisa den gambar ing dluwang kluwus

rambut kritingku mesthi kemelus

            Hemm.. Aku mesem

            mrentul banyu bening ing sithip tumenging tawangku

            Aku isih tetep bocah

            kang kudu tansah diseblak

            digitik kelud kasur menawa bedhug isih nglindur

            najan skripsiku maju sempulur

            sadyan umurku wus ngancik selikur

            mama isih nuntun nyurung lan nglipur

Aja sumelang Ma

Aku bakal njaga dhiriku mawas pakartiku

ora ana samubarang kang nguwatirke

Mama..I’ll be oke

 

Woro Puspandyasista Pradanestri, lahir Kulon Progo, 30 November 1998. Mahasiswi Jurusan Kimia, Universitas Gadjah Mada ini pernah memenangi Lomba Menulis Cerkak Remaja Japan Week. Tinggal di Pedukuhan II Rt 007/ Rw 004, Gotakan, Panjatan, Kulonprogo.

 

***----------***

 

 

NYAI DEWI BARDAL DERSONOLO

 

 

Dalane Mulya

 

Gegambaran ana pucuking gunung

Ngumbar rasa ati kang suwung

Bingung rasaku nganti kaya wong gemblung

Aku banjur kelingan ujare bapa jarene biyung

Dudu menang lan gebyar.

Dudu Praja lan Prada

Uga dudu tropi lan medhali 

Dudu pangkat jabatan lan Uga dudu pangalembana

Kang bisa njunjung martabat lan gawe mulya

Kawruhana ..

Kabeh lakumu iku

Hamung ana wening lan resiking cipta  tentreming wardaya

Kang bisa aweh kamulyan

Mulyaning dhiri

Mulyanung keluwarga

Lan uga mulyaning Nusa lan bangsa.

Lakonana ing saben mangsa kala 

Tansaha caket sujut mring Hyang Maha Kuwasa

 

24102020

Sapinggiring kali Serang.

 

Nyai Dewi Bardal Dersonolo,  kesehariannya mengajar sebagai Guru Olahraga Kesehatan. Aktif di berbagai bidang seni: sastra, kethoprak, penyanyi campursari, sinden, dhalang ruwat, rias pengantin, pendongeng bocah, dll. Buku yang pernah ditulis yaitu Oncek oncek Pala kependhem (berisikan Sejarah Dusun Cekelan, Sejarah Ki Sodewa). Karyanya berupa cerkak, geguritan,  dan macapatan permah dimuat Mekarsari, Kedaulatan Rakyat. Tinggal di Pengasih Kulonprogo

 

***----------***

Jumat, 23 Oktober 2020

Kebun Kurma

Cerpen Tri Apriyadi

 

Di dalam  gedung yang cukup megah itu terdengar  suara riuh membahana. Suara satu orang disusul  sorak-sorai orang menyambutnya. Perempuan setengah baya sedang berbicara diatas panggung. Ia mengenakan kerudung dan berkaca minus tipis, menjadikannya anggun. Namun suaranya lantang. Bersemangat dan berapi-api. Menyihir pengunjung.    

Surti mendengarkan dengan seksama penjelasan dari bu Annisa. Dengan kepala mengangguk dan mata tak berkedip Surti serasa kagum dengan apa yang diomongkan oleh bu Annisa. Dia lalu membayangkan akan adanya sebuah kebun kurma yang akan ia nikmati sewaktu-waktu dengan tanpa perlu pergi sampai ke negeri Timur tengah. Dan dia telah terbayang dengan banyaknya keuntungan yang akan ia peroleh dengan ikut investasi seperti yang dijelaskan oleh bu Aisyah.

“Ini sangat menggiurkan. Aku akan dapat keuntungan 20 % tiap bulannya. Aku akan cepat kaya. Selain itu bisa beramal ibadah untuk bekal di akhirat nanti,” batin Surti riang.   

Dengan bergegas setelah selesai acara ia pulang dan segera menceritakan yang ia dapat dari bu Annisa kepada suaminya.

“Pak, kita ikut investasi itu ya ? Keuntungannnya gede lho pak ,” rayu Surti pada suaminya sambil menggelendot di pundak suaminya.

“Bu..bu.. mbok jangan mimpi di siang bolong to ? Mana ada orang yang berbisnis investasi kok bisa memberikan keuntungan 20 % pada investornya ? Lha dia terus dapat apa coba ? Pasti bangkrut dia. Nggak masuk akal !,”  jawab Parto sambil menyeruput teh manis sisa tadi pagi.

“Tapi nyatanya itu bener lho pak. Tadi itu banyak yang cerita kalau mereka udah dapat untung segitu. Dan uangnya sudah dibelikan barang-barang kebutuhan rumah tangga.”

“Aku kok tetep tidak percaya. Paling itu khan cuman sebentar. Lama-kelamaan seret, terus berhenti,  akhirnya pemiliknya lari. Kayak yang sudah-sudah. Investasi bodong.”

“Kalo yang ini aku yakin valid pak. Wong banyak tokoh masyarakat dan tokoh agama yang ikut lho. Mosok mereka akan berbuat yang nggak bener sih. “

“Ya udah kalau kamu tetep ngeyel, nggak mau di bilangin “.

Parto ngeloyor pergi meninggalkan istrinya yang masih senyum-senyum sendiri. Terbuai dengan lamunannya. Ia merasa sedang ditengah-tengah kebun kurma yang siap panen. Duduk santai di kursi sambil membawa uang ratusan ribu yang banyak. Hatinya sangat bahagia.

***

Keesokan harinya, banyak orang berduyun–duyun untuk melihat lahan yang akan dijadikan kebun kurma. Terlihat hamparan yang cukup luas. Sudah tidak ada pepohonan yang tertinggal. Sudah rata dengan tanah. Hamparan tanah berwarna kecoklatan itu menandakan tanah yang bagus untuk tanaman dan menjanjikan kesuburan.  Tanah itu seakan tersenyum menyambut orang-orang yang sedang mengunjunginya.

Bu Annisa dengan senyum terkembang menunjukkan lahan yang akan dijadikan kebun kurma. Di depan banyak orang dia menjelaskan tentang status lahan, tingkat kesuburan dan juga prospek ke depan dari kebun kurma ini.

“Dengan investasi di sini kita akan untung besar Bapak ibu. Kita tidak akan tergantung lagi dengan Negara Timur Tengah. Kan negara kita subur. Wong tongkat kayu ditanam aja dapat tumbuh. Apalagi pohon kurma, saya yakin dapat tumbuh subur di sini. Percayalah,” kata bu Annisa dengan semangat.

Orang-orang mengangguk-angguk dan tersenyum puas. Mata mereka terus tidak lepas  memandang hamparan tanah di lahan itu. “Ini masa depan saya. Masa depan yang cerah.” Mereka tertawa penuh kemenangan dalam hati.

“Nanti setiap lahan dinamai sesuai nama investornya masing-masing. Misal lahan bu Surti. Di situ bu Surti  bisa mengambil buahnya dengan tangan Anda sendiri dan merasakan memanen buah para nabi. Oh alangkah senangnya ,” senyum bu Annisa sambil melirik Surti yang ada di sebelah kanannya. Surti tersenyum tersipu malu dibuatnya sambil tangan menutup mulut dan sebagian wajahnya. Seakan tangannya baru saja memetik buah kurma di kebun.

“Untuk itu bapak ibu jangan ragu-ragu menginvestasikan uang bapak ibu ke kebun kurma ini lewat kami. Semakin besar investasi yang ditanam maka semakin besar pula keuntungan yang akan didapat. Disamping keuntungan di dunia juga sekaligus menabung amal untuk diakhirat nanti. Keuntungan dari kebun kurma ini nanti sebagian juga akan disumbangkan ke panti-panti asuhan ataupun lembaga-lembaga keagamaan yang bergerak di bidang sosial. Sementara ini, kita juga kerjasama dengan negara Timur Tengah dalam bidang kurma ini. Sambil kita merintis kebun kurma di tanah air. Jadi, walaupun kebun kita ini belum ditanami dan belum tumbuh, kita sudah dapat untung dari kerjasama itu.  Apalagi setelah kebun kurma tumbuh dan panen maka keuntungan kita akan bertambah banyak. ”

Bu Annisa terus mempromosikan tentang kebun kurmanya dengan membumbui ayat-ayat suci yang meyakinkan. Bu Annisa terus bicara berbusa-busa. Orang-orang sudah tidak lagi mendengarnya. Pikiran mereka sudah melayang di tengah-tengah kebun kurma yang banyak buahnya. Mereka berdiri sambil tersenyum dan memegang uang yang sangat banyak.            

***

Pada hari berikutnya, di kantor  bu Annisa selalu di penuhi orang. Kebanyakan dari mereka datang untuk berinvestasi di kebun kurmanya. Sebagian dari tamu itu bermotor. Tetapi tidak sedikit juga yang mengendarai mobi-mobil bagus. Halaman kantor menjadi nampak penuh sesak dengan banyaknya kendaraan yang di parkir berjejer.   

          Masyarakat yang rumahnya jauh dengan dengan bu Annisa, dapat menyetorkan uang investasinya dengan orang-orang yang ditunjuk sebagai koordinator di masing-masing wilayah. Biasanya adalah tokoh-tokoh masyarakat yang ada diwilayah tersebut. Tentu ini semakin membuat masyarakat luas semakin percaya dengan investasi kebun kurma ini.

Masyarakat yang ikut semakin hari semakin banyak. Tidak hanya kalangan masyarakat biasa, tetapi kalangan pejabat dan selebritis juga banyak yang ikut berinvestasi kebun kurma. Bagi mereka berinvestasi di kebun kurma bukan semata-mata karena keuntungan uangnya, tetapi lebih pada kegiatan sosialnya yang dapat menaikkan nama mereka dan menjadi trend di kalangan lingkungan sosial dan kolega. Bahwa mereka mempunyai kepedulian sosial yang tinggi.

Tidak ketinggalan Surti secara rutin juga menyetorkan uang nya ke pak Badrudin, tokoh di kampungnya. Pada mulanya ia menyetor uang hanya 500 ribu. Dan di bulan berikutnya dia mendapatkan kembali dengan kelebihan sebagai keuntungan. Maka ia pada bulan berikutnya menyetorkan lagi uang itu dengan jumlah yang lebih lebih besar. Surti menyetor 1 juta, kemudian 2 juta dan 4 juta. Dan selama bulan-bulan tersebut dia selalu mendapatkan keuntungan walupun mungkin tidak sesuai seperti yang dijanjikan.

Menurut pak Badrudin katanya harga kurma di Timur Tengah sedang turun.  Surti percaya saja. Dan terus setor dengan setoran uang yang banyak. Bahkan ia rela menjual tanah warisan dari orang tuanya yang  sudah meninggal dunia cukup lama. Itu pun juga dengan di lewati dengan pertengkaran dengan Parto. Tapi Surti tetap berkeras menjualnya untuk investasi  di kebun kurma. Parto sudah tidak sanggup lagi menghalanginya.

“Entah apa yang merasuki Surti,” batin Parto sambil mengelus dadanya yang semakin hari semakin terasa sakit karena memikirkan kelakuan dari istrinya yang keblinger.   

  Setelah kurang lebih setahun, terdengar kabar bahwa bu Annisa di tangkap polisi. Bu Annisa dilaporkan oleh seseorang karena kasus penipuan. Dia menipu pengusaha dari Jakarta berkaitan dengan perdagangan buah kurma. Dia menggelapkan uang perusahaan sebesar 10 miliar. Uang itu sebagai jaminan dalam perdagangan kurma dengan negara Timur Tengah. Uang itu malah dia gunakan untuk berumrah, dan jalan-jalan ke luar negeri dan berbelanja dengan barang-barang branded internasional. Bu Annisa juga membangun rumah mewah dan membeli tanah di beberapa tempat di berbagai kota.

Semuanya itu ternyata menggunakan  uang setoran dari masyarakat yang berinvestasi di kebun kurma. Kebun kurmanya sendiri lahannya tetap belum ditanami. Masih hamparan tanah yang telah ditumbuhi semak belukar. Dan parahnya, ternyata lahan itu bukan milik bu Annisa, tetapi milik seorang pengusaha property yang bangkrut, tersandung kasus penyuapan dengan pejabat yang berjanji memuluskan transaksi pembelian lahan itu.

Mendengar kabar itu Surti langsung lemas. Kepalanya pusing. Badannya lemas. Badannya sudah tak sanggup menyangga dia berdiri. Pikirannya kacau melayang jauh. Di tengah- tengah kebun kurma yang siap panen, namun salah satu pohon itu ambruk menimpa dirinya.

Kulon Progo, 2020

Tri Apriyadi, lahir di Salatiga, 8 April 1976. Aktivitas sehari-harinya adalah pegiat di lembaga nirlaba dengan konsentrasi isu lingkungan kehutanan & kebencanaan. Disela-sela kesibukannya masih menyempatkan untuk menulis cerpen dan puisi. Alumni Sosiologi UGM ini menduduki jajaran ketua di kepengurusan komunitas Sastra-Ku. Buku kumpulan cerpen yang telah terbit Maafkan, Aku Ingin Menikah Lagi (Guepedia, 2020). Tinggal di Wates Kulonprogo.

Jumat, 16 Oktober 2020

IMAM WAHYUDI

 

 

 

Jalan Lain ke Menoreh

ketika kau memilih jalan riuh

aku memilih jalan lain ke Menoreh:

jalan sunyi milik para penyair yang samar kita ingat jejaknya

 

bukit hijau dengan hamparan sawah pepadi menguning dan

kawanan burung terbang pelan seperti

yang selalu kau gambar waktu kanak dulu

 

dusun-dusun yang sederhana dengan

orang-orang ramah menyapa—

seorang penderas nira menyilakanku ke gubuknya dengan

suguhan tempe benguk, geblek alot dan growol klecit

kemarin sore

juga air putih dari kendi itu menyegarkan

 

ada jeda dan damai yang panjang

sampai kau kirim pesan itu: hei, aku disini!

 

kau lepas berswafoto—ada bandara megah, jalan layang,  bangunan tinggi,

modernitas, pariwisata, orang-orang baru, aktivitas, mobilitas…

 

ada peluh, dan sukacita yang asing

 

matahari turun ke barat, di kejauhan aku

melihat kakek pulang dari alas dengan asap klobot

mengepul dari mulutnya

 

aku tahu kau telah tiba di sana tapi aku

telah memilih jalan lain ke Menoreh

 

TW, 30/9/20

 

 

Imam Wahyudi, selama ini dikenal sebagai prosais, cerpen dan cerkaknya  dimuat di sejumlah media cetak dan online, juga buku antologi bersama, diantaranya: Kumcer Joglo 7 (Mengeja September), Tiga Peluru (Kumpulan Cerpen Pilihan Minggu Pagi), Kota Tanpa Wajah (Antologi Cerpen Bengkel Sastra Surakarta), dan Tepung (Antologi Cerkak Dinas Kebudayaan DIY). Menurut pengakuannya, ini puisi pertama yang ia tulis. Tinggal di Wates dan Pengasih.  

 

***----------***

 

 

AMBAR SETYAWATI

 

 

 

Surga Untukku

Jatuh cinta

Pada berlian di tanah Jawa ..

 

Saat harus terbuang dari kesombongan kota

Kala kelopak mata perlahan membuka

Aku ternyata terdampar di surga

di sudut biru  Jogja istimewa

Mereka menyebutnya Kulon Progo

 

Kabut perbukitan menoreh mengalirkan keteduhan

hingga mengusap rongga hati

Resahku,  tuntas di sini.

Damaiku, abadi di sini.

 

Rimbun hutan di bawah langit utara

mengoyak luka batinku hingga

tak bersisa lagi. Hingga lupa pernah ada luka.

 

Di puncak Widosari, lautan awan bertitah,

aku boleh mereguk sejuk dunia

di bawah kerlingan binar mata Merbabu dan Merapi.

 

Damai masih memeluk raga,

kala langit selatan berebut memanggil namaku

dan aku berlari.. .. tak memerlukan pemandu

untuk menghirup gelegar ombak samudra Hindia

 

Jatuh tepat di hadapan hutan mangrove,

lalu memeluk siluet senja, tak ingin beranjak pergi.

 

Dan debur ombak Glagah pun berteriak bising di telinga,

tak sabar menantiku, yang sudah pasti akan rebah

dalam pelukan gelombang berirama syahdu itu.

 

Samigaluh, 10 Oktober 2020

 

 

 

 

Ambar Setyawati, lahir di Jakarta, 17 Oktober 1973. Lulusan D3 jurusan Sastra Arab di Fakultas Sastra UI  (1995) dan  S-1 jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di UT (2001). Sejak 1997 aktif mengajar Bahasa Inggris dan Seni Budaya di beberapa sekolah di Jakarta. Tahun 2011 meninggalkan Jakarta dan mengajar di SMK Ma’arif Nanggulan.  Karya alumni  workshop Belajar Menulis Sastra Jati Moncol ini masuk di buku Kluwung Lukisan Maha Cahaya (Antologi Puisi dan Prosa komunitas Sastra-Ku, 2020).

 

***----------***

 

 

 

SRI PUJIASTUTI

 

 

 

Bersamamu, Kulonprogoku

 

Aku lahir bukan dari rahimmu

Tapi kau biarkan

Kaki ini menginjak tanahmu

Menjelajah bentang hidup sampai batas waktu

menyusuri jalan mengais dinar impian   

merasai bahagia cinta dan nestapa

 

Aku lahir bukan dari rahimmu

tapi wajah kotamu ramah tak pernah marah

Rekah senyummu menyambut mesra

diiring  tembang desir angin pesisir

membelai hati tertambat pada janji suci

 

Aku lahir bukan dari rahimmu

Tapi kupunya seribu kisah bersamamu

tersimpan  dalam setiap detak waktu

dalam hiruk pikuk jantung kotamu

 

Aku lahir bukan dari rahimmu

Tapi kau rengkuh aku dalam cinta tak berjarak

Menghimpun kenangan yang berserak

kusimpan dalam renjana warna jingga

bersamamu, Kulon Progoku

 

Kulonprogo, 2020

 

 

 

Sri Pujiastuti, lahir di Banyumas 10 Agustus 1971. Saat ini guru di MTs 6 Kulonprogo. Karyanya pernah dimuat di buku antologi bersama, diantaranya: Aku Tak Berani Bertanya (antologi puisi bengkel bahasa dan sastra DIY, 2016) dan Ruang Renung (antologi puisi UYM, 2020).

 

***----------***

 

 

 

TRI WAHYUNI

 

 

 

Geblek

 

Geblek ini punya kita

Tidak begitu besar, tapi cukup menyampaikan makna

Satu hilang, lainnya menangis mencari rentengannya

 

Bagi kita

Sambal terasi dan teh hangat sudah cukup menemani bicara

Sebab hijaunya sawah dan sejuknya angin memeluk jiwa raga

Apalagi tarian angguk dan macapat menembus kagum setiap mata

 

Jikalau geblek sudah tersantap habis

Rasa syukur tidak akan pernah terkikis

Semenjak lahir dan menangis,

tanah ini akan tetap dicinta menembus batas tanpa garis

tanah kebanggaan dengan sejuta kenangan manis!

 

Kulon Progo ,2020

 

 

 

Tri Wahyuni, lahir 16 Juni 2001. Mahasiswi UNY ini menarget tiap hari menulis lima puisi.  Bukunya puisinya yang telah terbit: Hujan Merindu, Sajak Cerita Senja, dan Berlutut Di Bawah Kaki Purnama. Karyanya juga masuk di buku antologi bersama, diantaranya: Maha Kata, Bahasa Diam, Kisah Lain Adam dan Hawa, Terbang Dalam Deen Assalam, Menanti Senja,Violin, Sekotak Rasa Palu Donggala, Kluwung, Tilik Wewisik dan Menangkis Intoleransi Melalui Bahasa dan Sastra. Tinggal di Sidorejo Lendah Kulonprogo.

 

***----------***

 

 

 

SANTI ASESANTI

 

 

  

Nira Aksara Cinta di Bukit Menoreh

 

Karst Menoreh;

Perbincangan alam masa silam

Melumat lautan. Menjelma bukit kapur. Perkasa; tumbuhkan nyali lelaki mendaki puncak tertinggi, Suroloyo.

 

Karst Menoreh;

Kau hidup meski membujur bisu. Searah jasad beku yang ditelan tanah. Ujungmu cantik seirama pangkalmu yang berbukit.  Kau angkat matahari lalu kau turunkan di kedua sisimu yang curam.

 

Karst Menoreh;

Anggun puncakmu menukik tajam memanah keangkuhan surya. Getarkan debur ombak di dada penikmat panoramamu. Angin pun melela manja menyentuh bibir dedaunan.

 

Karst Menoreh;

Gaun di tubuhmu bukan kemarau tak berujung. Aroma hujan menggairahkan nafas pepohonan yang rindu dewasa. Sebab segala bahagia tak bertepi. Bila perawan ayu merebah di rindangmu. Meneduhkan pekat pandang bertirai kabut. Pun tak mendua bila sejukmu memanggil tawa bocah-bocah penggembala. Sembunyikan diri di pokok-pokok kekar.

 

Karst Menoreh;

Tersimpan jejak bisu menanti anak cucu menguak sejarahmu.

 

Pelangi_Kata, 070516

 

 

Santi Asesanti, lahir 1982.  Pendidik di salah satu SD di Kulonprogo. Beberapa kali mengikuti  finalis baca puisi yang diselenggarakan RRI Pro 2 Yogyakarta dan turut mengisi acara live baca puisi di wilayah Yogyakarta. Buku antologi puisinya yang telah terbit: Purnama Bulan November (Arashi, 2020) dan Lorong Waktu (Arashi, 2020). Tingaal di Wates.

 

***----------***

 

 

YAYUK WAHYUDI

 

 

Di Sini

 

Di sini tersusun rapi

Seperti tahta bidadari

Bukan lempengan baja atau besi

Bebatuan jadi saksi

 

Hijaunya belukar menghias tepi

Kudatang kuberdiri kubermimpi

Sepi terkoyak sapa alami

Memoles puja dalam diri

 

Di sini kujatuh hati

Di sini kuanyam mimpi

Kulon progo yang sepi

Kini ramai berlomba kunjungi

Sobekan nagari mulai jadi tujuan berlari

Investan dan rakyat berebut mimpi

 

Girimulyo, 10 Oktober 2020

 

Yayuk Wahyudi, nama pena dari Sri Rahayu Yustina S.IP., MA. Lahir di Purworejo 27 Desember 1963. Ia arsiparis di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kulonprogo yang masih meluangkan waktu bergiat di Komunitas Sastra-Ku. Karyanya masuk di sejumlah buku antologi, diantaranya: Weling Sinangling (Antologi Geguritan Dinas Kebudayaan DIY, 2018) dan Tilik Wewisik (Antologi Geguritan Dinas Kebudayaan DIY, 2019), Kluwung Lukisan Maha Cahaya (antologi prosa dan puisi komunitas Sastra-Ku, 2020). Tinggal di Girimulyo Kulonprogo.

 

***----------***

 

 

AFA NAQF

 

Kidung Growol

 

Tak sehari dua hari aku jadi

Dingin mengungkung cekal mimpi-mimpi

Meski tubuh tak seharum melati

Setidaknya aku rajin membersihkan diri

Diiring desau elegi

Aku akan membubung tinggi

Cipta kidung di tanah Jawi

Menebar harum khas dewi-dewi

Suci tanpa caci

 

Hargorejo, 11 Oktober 2020

 

Ana Naqf, punya nama asli Ajru Fajriyah, lahir di Kulonprogo 4 November 1992. Lulusan madrasah aliyah yang suka menulis puisi ini tinggal di Sangkrek Hargorejo Kokap Kulonprogo.

 

***----------***

 

  

 

RAHMAT

 

Anugerah

 

Tanah tumpah darah

Api panas membakar

Air bening mengalir

Angin bertiup semilir.

 

Di mana kuterlahir

Krentek musik dan pikir

Berkarya dan bersyair

Dari awal hingga  akhir

 

Semula tak dilirik

Makin lama makin menarik

Banyak orang tertarik

Wujud Tuhan yang maha cantik.

 

Lendah 11 okt 2020

 

Rahmat, jebolan UIN Sunan Kalijaga. Pernah menekuni berbagai bidang pekerjaan: buruh, petani, pedagang, pendamping budaya, Korcam di Dewan Kebudayaan Kulonprogo dan Forum Seni Religi Kulonprogo. Beberapa puisi pernah dimuat laman Sastra-Ku dan buku Kluwung Lukisan Maha Cahaya. Saat ini tercatat sebagai imam besar di masjid dusun Kwarakan, Sidorejo, Lendah.

 

***----------***

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...