Jumat, 17 Mei 2019

KARYA

PUISI IRANDA Y


Meretas Jiwa –Jiwa Merdeka 

Tubuh ini telah bergelimang keringat
Di antara deru mesin-mesin pabrik yang bergerumuh
Mengais segelintir beras untuk menyambung hidup
Pusaran sang waktu telah membunuh tubuhku

Aku hanyalah sekeping besi rongsok di matamu Tuan
Sebuah rongsokan yang dapat dibuang sewaktu-waktu
Kaulah yang menghegemoni tubuhku
Mendedahku, mengekspolitasi seluruh tubuhku

Mulutku pun Kau bungkam hingga tak mampu bersuara
Kau rudakpaksa raga yang letih ini
Aku pun hanya bisa melemah pasrah
Raga yang telah habis terkuras bersama sang waktu

Tapi ingatlah Tuan..
Meski ragaku ini dapat Kau renggut dengan kuasamu
Tapi tidak jiwaku Tuan
Karena Jiwaku adalah jiwa yang merdeka
Jiwa yang bebas mengarungi alam raya

Sanggar Bumi Menoreh, 2017


Nyanyi Bisu Anak-Anak Bangsa 

Kita pernah berkelindan dalam ruang yang sama
Mencoba menggapai matahari yang hangat di cakrawala
Kau bawa aku mengarungi gugusan nusa yang menawan
Menari bersama gumpalan kabut yang tersaput angin

Kau bilang semesta alam raya ini milik kita bersama
Tiada yang membedakan antara aku dan kau
Kita terlahir dari lenguh nafas dan rahim yang sama
Rahim yang mengorbankan jiwanya demi kelahiran kita

Tapi kini rahim ini telah terkoyak-koyak oleh keangkaramurkaan
Dia bukan lagi milik kita bersama
Tanah yang subur ini tiba-tiba menjadi kering kerontang
Kau gantikan dengan padang pasir yang tandus

Kata-kata kasar penuh kebencian menghujam dengan keras
Mengisi setiap lorong-lorong ruang dan waktu
Tiada lagi nyanyian kedamaian yang mengiringi tarian anak-anak bangsa
Semua tergantikan oleh hingar bingar syahwatmu yang busuk

Sanggar Bumi Menoreh, 2019


 
***-------***


PUISI TRI WAHYUNI


 Asaku Meminta Derita

Sehabis isyak burung-burung beristirahat berkicau
Seluruh anak semesta lelap memanjakan mimpinya yang hampir mencapai ketidak mungkinan (ya,karena tidur)

Aku baru saja pulang hari ini
Sesudah seharian penuh memaksa otak,tangan,kaki,dan seluruh tubuh bekerja lebih sigap menuruti kewajiban
(Aku harus mandiri) hanya itu kataku setiap malam sebelum Tuhan menyabut nyawaku semestara untuk memejam
Demi senyum-senyum bapak mamakku yang menginginkan lebaran lebih ramai
(Aku kuat) demi masa tua bapak mamakku tanpa membanting tulang kembali
(Kan kukejar asa itu) meski aku harus jatuh bangun menghabiskan jatah gagal dari Tuhan

Kulon Progo,16 Mei 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...