Sabtu, 16 Januari 2021

K A R Y A

 ASTI WIDAKDO

 

 

 

Hujan yang Tak Mau Berterus Terang

 

Langit

Sejak kemarin kau mendung

Aku tanya mengapa

Kau jawab dengan rintik hujan

Tidak mau terus terang

 

Daun daun basah kuyub

Bebatuan pun lupa pakai payung

Terdiam kaku membisu

Tanpa senyummu

 

Rintik hujan semakin deras

Diiringi suara petir yang keras

Apakah itu tangismu?

Aku tanya mengapa

Hanya hujanmu yang menyapa

Tak mau berterus terang

 

Langit

Apakah Kau sedang berduka?

Seperti negriku

dilanda tahun kelabu

Kerana pandemi corona

Lalu,

Ditinggal pergi guru guru

Kembali ke pelukan kekasihNya

Dan

Burung pun jatuh ke laut

Tumpahkan isi perut

 

Airmata kesedihan tak terbendung

Jatuh dari langitlangit hati yang mendung

 

Apakah itu dukamu?

Tak ada jawabmu

Hanya derasmu yang semakin menghujan

Tak mau berterus terang

 

Biar kuseduh kopi ini saja

Yang hitam pekat

Pahit tapi nikmat

 

Dukamu adalah dukaku

Mendungmu adalah gambaran hatiku

Hujanmu sama airmataku

 

Berhentilah sejenak

Singkapkan awanmu

Agar doaku melesat ke sidrotul muntaha

Yang kutitipkan Al Musthofa

Yang karenanya, terkabul segala doa

Doaku,

semua doa negriku

 

Mbah dalem, 15 January 2020

 

 

Asti Widakdo, lahir di Kulonprogo 28 November 1987. Pernah tampil memukau mewakili komunitas Lumbung Aksara saat membaca puisi dihadapan peserta workshop penulisan kreatif di Taman Budaya Jawa Tengah (Juli 2007). Karyanya berupa puisi dan cerpen pernah dimuat di sejumlah media. Puisinya masuk di buku Antariksa Dada (Antologi Puisi Geguritan dan Cerpen Tiga Kota: Purworejo, Wates, Jogja, 2008) dan Kluwung Lukisan Maha Cahaya (antologi komunitas Sastra-Ku, 2020). Tinggal di Galur Kulonprogo

 

***----------***

 

 

 

SANTI ASESANTI

 

 

 

Catatan Desember (1)

 

entah ....

mesti berapa palung menghimpitku hingga sesak tak terbilang

ketika isak mendahului tanya, diksi pun diam di rahim sunyi

 

sebaris puisiku gagal lagi menerjemahkan perihal perempuan berkebaya kembang surga di mana awal aku bermukim menerima titah-Nya dalam ikrar paling rahasia

 

entah ....

berapa Desember mesti tamat sebelum selesai kutulis tentangmu dan hujan menertawakan aku yang terjebak dalam riwayat kosong

 

aku perempuanmu yang lupa mengeja jejak rindu pada hakikat kita yang tak ingin ditinggalkan cinta dari pewaris darah dan penyangga tubuh wanita kita

 

aku terlalu asyik mencari jati diri untuk masa depan membiarkan ruang didiami luka tak bernama sebab cinta terlalu sempurna

 

aku kembali memungut bahasamu yang tercecer di jalan kedunguanku,

menyesap tangis di lahan mimpimu yang direnggut keegoanku,

menyusup dadamu menyusu pada kedamaian

 

izinkan aku menulis segala tentangmu

seluas dan sedalam senyummu yang menyimpan berjuta makna

;yang entah sampai kapan selesai

 

Pelangi_Kata, 30122020

 

 

Santi Asesanti, lahir 1982.  Pendidik di salah satu SD di Kulonprogo. Beberapa kali mengikuti  finalis baca puisi di Puisi Pro yang diselenggarakan RRI Pro 2 Yogyakarta dan turut mengisi acara live baca puisi di wilayah Yogyakarta. Buku antologi puisinya yang telah terbit: Purnama Bulan November (Arashi, 2020) dan Lorong Waktu (Arashi, 2020)

 

***----------***

 

 

 

HABIB ASYA’ARI AHMAD

 

 

Hingga Ketakutan Itu Takut Padaku

 

Gemuruh ombak kekhawatiran telah merobek-robek telinga

Hempasan angin kecemasan meluluh-lantahkan jiwa-jiwa dahaga

Badai kegelisahan menghantui perjalanan hidup manusia

Sementara sang ambisi terus berjalan bertemankan rasa takut hingga ajal datang menjemputnya

 

Orang-orang sibuk memperkaya diri

Karena takut harga dirinya mati

Si Miskin mati-matian mencari rizki

Karena takut kebutuhannya tak tercukupi

 

Para pelajar sungguh-sungguh dalam mencari ilmu

arena takut hidupnya tak bermutu

Orang-orang bodoh dan orang-orang pintar terus mengadu

Karena takut atas kehidupan yang tak menentu

 

Penjahat berbaik hati

Karena takut keinginan buruknya tak terpenuhi

Orang-orang sibuk mencari suami atau isteri

Karena takut hidup sendiri

 

Pejabat sibuk menindas Rakyat

Karena takut harga diri dan ambisinya sekarat

Ulama dan cendekiawan memberi fatwa dan solusi sesat

Karena takut kehilangan nikmat yang sesaat

 

Manusia berbuat baik

Demi Surga yang katanya menarik

Mereka tinggalkan kemaksiatan

Karena takut siksa Neraka yang kabarnya sungguh menyakitkan

 

Para pendosa berbuat maksiat

Demi menuruti nafsu yang dirasa nikmat

Pecinta kebaikan melangkah menggunakan akal sehat

Karena takut jika Tuhan melaknat

 

Tuhan..

Hanya dengan sekelumit rasa takut dan secuil kekhawatiran

Manusia bisa menjadi hina dan bisa menjadi mulia

Manusia bisa sengsara dan juga bisa bahagia

 

Dengan sekelumit rasa takut itu

Kau murkai orang-orang yang durhaka kepadaMu

 

Dengan secuil rasa takut itu

Kau cintai mereka-mereka yang taat mengikuti perintahmu

 

Wahai Rajaku..

Wahai Juraganku.

Wahai Dzat yang mencukupi semua kebutuhanku..

 

Engkau adalah sang pencipta rasa takut

Engkau mengutuknya

Engkau juga mencintainya

 

 Dengan kerendahan hati

Izinkan hamba bersimpuh sambil berkata;

 

Aku takun jatuh karena aku takut kepadaMu

Aku takut sakit karena aku takut kepadaMu

Aku takut miskin karena kau takut padaMu

Aku takut sendirian karena aku takut kepadaMu

 

 Aku takut bodoh karena aku takut kepadaMu

Aku takut salah karena aku takut kepadaMu

Aku takut Neraka dan menginginkan Surga karena aku takut kepadaMu

Apapun yang aku takutkan karena aku takut kepadaMu

 

Wahai Sang Pemilik juga Penguasa rasa takut

Mohon arahkan ketakutanku menuju jalanMu

Berilah kekuatan kepadaku untuk menundukkan setiap rasa takut

Hingga ketakutan-ketakutan itu takut padaku

 

 

Yogyakarta, 11-07-2012

 

 

Habib Asy’ari Ahmad, tinggal di Pengasih Kulonprogo.

 

***----------***

 

 

 

 

SITI DWI SUGIHARTI

 

 

 Dari Suatu Mimpi

 

Kucoba tembus ruang dan waktu

diantara ketiadaan berita tentangmu

yang telah duapuluh tahun berlalu

 

Kuarungi lautan kuseberangi pulau

lalu mendarat di pulaumu

pada setiap kepala suku kutanya

pada semua orang kutanya

 

Akhirnya kusampai jua

di depan rumahmu dengan tembok-tembok tinggi

terali-terali besi

 

Ray....

keluarlah temui aku

lihatlah aku tiba di rumahmu

kenapa kudapat melihatku tapi kau tak melihatku

 

Pagar gaib di rumahmu tak dapat kutembus

rumahmu terasa gelap

bilakah engkau punya telepati

pasti kau merasa

aku datang untukmu

 

 

Siti Dwi Sugiharti S.Pd SD MM,  lahir di Bantul 30 Agustus 1975, saat ini mengabdi sebagaii guru kelas di SD Ciren Triharjo Pandak Bantul dengan pangkat Pembina/IV-a. Tinggal di Srandakan Bantul Yogyakarta.

***----------***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...