ASTI WIDAKDO
Hujan yang Tak Mau Berterus Terang
Langit
Sejak kemarin
kau mendung
Aku tanya
mengapa
Kau jawab
dengan rintik hujan
Tidak mau terus
terang
Daun daun basah
kuyub
Bebatuan pun
lupa pakai payung
Terdiam kaku
membisu
Tanpa senyummu
Rintik hujan
semakin deras
Diiringi suara
petir yang keras
Apakah itu
tangismu?
Aku tanya
mengapa
Hanya hujanmu yang
menyapa
Tak mau
berterus terang
Langit
Apakah Kau
sedang berduka?
Seperti negriku
dilanda tahun
kelabu
Kerana pandemi
corona
Lalu,
Ditinggal pergi
guru guru
Kembali ke
pelukan kekasihNya
Dan
Burung pun
jatuh ke laut
Tumpahkan isi
perut
Airmata
kesedihan tak terbendung
Jatuh dari
langitlangit hati yang mendung
Apakah itu
dukamu?
Tak ada jawabmu
Hanya derasmu
yang semakin menghujan
Tak mau berterus
terang
Biar kuseduh
kopi ini saja
Yang hitam
pekat
Pahit tapi
nikmat
Dukamu adalah
dukaku
Mendungmu
adalah gambaran hatiku
Hujanmu sama
airmataku
Berhentilah
sejenak
Singkapkan
awanmu
Agar doaku
melesat ke sidrotul muntaha
Yang kutitipkan
Al Musthofa
Yang karenanya,
terkabul segala doa
Doaku,
semua doa
negriku
Mbah
dalem, 15 January 2020
Asti
Widakdo, lahir di Kulonprogo 28 November 1987. Pernah tampil
memukau mewakili komunitas Lumbung Aksara saat membaca puisi dihadapan peserta
workshop penulisan kreatif di Taman Budaya Jawa Tengah (Juli 2007). Karyanya
berupa puisi dan cerpen pernah dimuat di sejumlah media. Puisinya masuk di buku
Antariksa Dada (Antologi Puisi
Geguritan dan Cerpen Tiga Kota: Purworejo, Wates, Jogja, 2008) dan Kluwung Lukisan Maha Cahaya (antologi
komunitas Sastra-Ku, 2020). Tinggal di Galur Kulonprogo
***----------***
SANTI ASESANTI
Catatan Desember (1)
entah ....
mesti berapa
palung menghimpitku hingga sesak tak terbilang
ketika isak
mendahului tanya, diksi pun diam di rahim sunyi
sebaris puisiku
gagal lagi menerjemahkan perihal perempuan berkebaya kembang surga di mana awal
aku bermukim menerima titah-Nya dalam ikrar paling rahasia
entah ....
berapa Desember
mesti tamat sebelum selesai kutulis tentangmu dan hujan menertawakan aku yang
terjebak dalam riwayat kosong
aku perempuanmu
yang lupa mengeja jejak rindu pada hakikat kita yang tak ingin ditinggalkan
cinta dari pewaris darah dan penyangga tubuh wanita kita
aku terlalu
asyik mencari jati diri untuk masa depan membiarkan ruang didiami luka tak
bernama sebab cinta terlalu sempurna
aku kembali
memungut bahasamu yang tercecer di jalan kedunguanku,
menyesap tangis
di lahan mimpimu yang direnggut keegoanku,
menyusup dadamu
menyusu pada kedamaian
izinkan aku
menulis segala tentangmu
seluas dan
sedalam senyummu yang menyimpan berjuta makna
;yang entah
sampai kapan selesai
Pelangi_Kata,
30122020
Santi Asesanti, lahir 1982. Pendidik di salah satu SD di Kulonprogo. Beberapa
kali mengikuti finalis baca puisi di
Puisi Pro yang diselenggarakan RRI Pro 2 Yogyakarta dan turut mengisi acara
live baca puisi di wilayah Yogyakarta. Buku antologi puisinya yang telah
terbit: Purnama Bulan November (Arashi,
2020) dan Lorong Waktu (Arashi, 2020)
***----------***
HABIB ASYA’ARI
AHMAD
Hingga Ketakutan Itu Takut Padaku
Gemuruh ombak
kekhawatiran telah merobek-robek telinga
Hempasan angin
kecemasan meluluh-lantahkan jiwa-jiwa dahaga
Badai
kegelisahan menghantui perjalanan hidup manusia
Sementara sang
ambisi terus berjalan bertemankan rasa takut hingga ajal datang menjemputnya
Orang-orang
sibuk memperkaya diri
Karena takut
harga dirinya mati
Si Miskin
mati-matian mencari rizki
Karena takut
kebutuhannya tak tercukupi
Para pelajar
sungguh-sungguh dalam mencari ilmu
arena takut
hidupnya tak bermutu
Orang-orang
bodoh dan orang-orang pintar terus mengadu
Karena takut
atas kehidupan yang tak menentu
Penjahat
berbaik hati
Karena takut
keinginan buruknya tak terpenuhi
Orang-orang
sibuk mencari suami atau isteri
Karena takut
hidup sendiri
Pejabat sibuk
menindas Rakyat
Karena takut
harga diri dan ambisinya sekarat
Ulama dan
cendekiawan memberi fatwa dan solusi sesat
Karena takut
kehilangan nikmat yang sesaat
Manusia berbuat
baik
Demi Surga yang
katanya menarik
Mereka
tinggalkan kemaksiatan
Karena takut
siksa Neraka yang kabarnya sungguh menyakitkan
Para pendosa
berbuat maksiat
Demi menuruti
nafsu yang dirasa nikmat
Pecinta
kebaikan melangkah menggunakan akal sehat
Karena takut
jika Tuhan melaknat
Tuhan..
Hanya dengan
sekelumit rasa takut dan secuil kekhawatiran
Manusia bisa
menjadi hina dan bisa menjadi mulia
Manusia bisa
sengsara dan juga bisa bahagia
Dengan
sekelumit rasa takut itu
Kau murkai
orang-orang yang durhaka kepadaMu
Dengan secuil
rasa takut itu
Kau cintai
mereka-mereka yang taat mengikuti perintahmu
Wahai Rajaku..
Wahai
Juraganku.
Wahai Dzat yang
mencukupi semua kebutuhanku..
Engkau adalah
sang pencipta rasa takut
Engkau
mengutuknya
Engkau juga
mencintainya
Dengan kerendahan hati
Izinkan hamba
bersimpuh sambil berkata;
Aku takun jatuh
karena aku takut kepadaMu
Aku takut sakit
karena aku takut kepadaMu
Aku takut
miskin karena kau takut padaMu
Aku takut
sendirian karena aku takut kepadaMu
Aku takut bodoh karena aku takut kepadaMu
Aku takut salah
karena aku takut kepadaMu
Aku takut
Neraka dan menginginkan Surga karena aku takut kepadaMu
Apapun yang aku
takutkan karena aku takut kepadaMu
Wahai Sang
Pemilik juga Penguasa rasa takut
Mohon arahkan
ketakutanku menuju jalanMu
Berilah
kekuatan kepadaku untuk menundukkan setiap rasa takut
Hingga
ketakutan-ketakutan itu takut padaku
Yogyakarta,
11-07-2012
Habib Asy’ari Ahmad, tinggal di Pengasih Kulonprogo.
***----------***
SITI DWI
SUGIHARTI
Kucoba tembus ruang dan waktu
diantara ketiadaan berita tentangmu
yang telah duapuluh tahun berlalu
Kuarungi lautan kuseberangi pulau
lalu mendarat di pulaumu
pada setiap kepala suku kutanya
pada semua orang kutanya
Akhirnya kusampai jua
di depan rumahmu dengan tembok-tembok tinggi
terali-terali besi
Ray....
keluarlah temui aku
lihatlah aku tiba di rumahmu
kenapa kudapat melihatku tapi kau tak melihatku
Pagar gaib di rumahmu tak dapat kutembus
rumahmu terasa gelap
bilakah engkau punya telepati
pasti kau merasa
aku datang untukmu
Siti Dwi
Sugiharti S.Pd SD MM, lahir di Bantul 30 Agustus 1975, saat ini
mengabdi sebagaii guru kelas di SD Ciren Triharjo Pandak Bantul dengan pangkat
Pembina/IV-a. Tinggal di Srandakan Bantul Yogyakarta.
***----------***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar