IDK RAKA KUSUMA
Berita dari Ibu Kota
bukan
tangan pandemi mencipta api, kekasih
bukan
tangan buruh menyulut api, kekasih
bukan
pula tangan tak kasat mata, kekasih
tapi
tangan anarkis tak kenal belas kasih
bergerak
tiba-tiba, tiba-tiba
melebihi
kecepatan cahaya
mereka
lihai dalam penyamaran sempurna
lihai
mengubah diri jadi rupa yang sama
dengan
demo yang melaju menggebrak
dengan
demo yang melaju mendobrak
ketika
terdesak, hilang seketika
bukan
menjelma angin atau udara
hilang
di tempat semula
yang
melihat tak ada, tak ada
aku
sedih, sangat sedih kekasih
penyebab
datang anarkis, mencuci tangan
seraya
menatap kobaran nyala, sampai bersih
tersungging
di bibirnya senyum kemenangan
Karangasem Bali, 2020
IDK Raka
Kusuma, lahir di Klungkung (Bali) 21 November 1957. Sahabat dekat Umbu Landu Paranggi ini puisi-puisinya pernah dimuat di
sejumlah media cetak, diantaranya: Bali
Post, Sinar Harapan, Mingu Pagi, Berita Buana, Karya Bhakti, Suara NTB dan
lain-lain. Ia menulis sastra dalam bahasa Indonesia dan bahasa Bali Sastrawan
yang kini mukim di Amlapura ini pernah meraih penghargaan Rancage di tahun
2002.
***----------***
MARJUDDIN SUAEB
Catatan Alit
Wahai penguasa detik...
Aku atau kau yang mengalir
Masih tegakah mengejar
Sedang waktu terserah padaku
Atau kerna selalu
Gagal ngerti
Kemerdekaan tak bisa terbagi
Maunya apapun mauku
Hmmmm. Terlalu
Yk, 2020
Marjuddin Suaeb, salah satu penyair senior jebolan Persada Studi Klub (PSK) asuhan Umbu Landu Paranggi ini namanya tercatat di buku Apa Siapa Penyair Indonesia (2017). Buku
antologi puisi tunggalnya Bulan Bukit Menoreh (Sabdamedia, 2016).
Puisi masuk di sejumlah
buku antologi diantaranya Gunungan, Ziarah, Penyair Jogja 3 Generasi, Lima
Tujuh Lima, Cermin Akhir Tahun, Parangtritis, Gondomanan, Nyanyian Bukit
Menoreh, Membaca Hujan di
Bulan Purnama, . Geguritannya masuk di buku Tilik
Weweisik (Disbud DIY, 2019). Tinggal di Bumirejo Lendah Kulonprogo.
***----------***
WAHYU PURWADI
Corong Toa
aku
jadi bertanya
apakah
aku lupa
apa
aku pura pura
aku
jadi bertanya
apakah
suka ini ada
apa
benci bertahta
aku
jadi bertanya
apakah
jaman ini masih sama
apa
memang sudah berbeda
aku
jadi bertanya
apakah
boleh berbicara
apa
hanya diam saja
aku
jadi bertanya
siapa
yang benar
siapa
yang berpura pura
aku
jadi bertanya
siapa
yang haus kuasa
siapa
yang merongrongnya
aku
jadi bertanya
inikah
negara
atau
hanya panggung sandiwara
Pal 18, Oktober 2020
Wahyu
Purwadi, lahir di
Batang (Jawa tengah), 23 Agustus 1986. Bagi alumni workshop Belajar Menulis Sastra Jati Moncol ini berpuisi
merupakan salah satu kegiatan yang dilakukanya disela-sela mengajar di IKIP
PGRI Wates dan sebuah SMK di Bantul. Pernah menjadi Presiden Mahasiswa dan sering orasi di jalan menggunakan
puisi. Karyanya masuk di buku Kluwung,
Lukisan Maha Cahaya (Antologi Puisi dan Prosa komunitas Sastra-Ku, 2020). Tinggal
di Lendah Kulonprogo.
***----------***
RHYNA RHYNANTIE
Puisi Cinta
Melawan Demonstrasi
Kelakar
melawan petinggi
sudahi !
wadah
air mineral saling beradu
peluh-peluh
kebangsaan menetes
di
bumi
asap
bukan dari sebatang rokok
menyesak
Mari
berlisan dengan puisi cinta
redakan
badai
taburkan
bunga-bunga ragam
bukan
bunga kamboja
matikan
api dalam sekam
tak
perlu berhianat pada nurani
Teriakan
puisi cinta, bukan orasi
podium
tumbangkan hujat
rindu
adalah pagar kasih sayang
sematkan
cinta bertubi-tubi, demonstrasi bisa dengan cinta
Cinta
juga keadilan menuntut hati
penantian
adalah penindasan
keinginan
terkabul tanpa meminta
Ini puisi
cinta melawan demontrasi
redakan
ambisi
Pasuruan,
10 Oktober 2020
Rhyna Rhynantie, penyair
kelahiran Malang (Jawa Timur). Mencintai sastra tulis (puisi) dengan
segenap jiwa. Puisnya dimuat sejumlah
media cetak dan online. Baginya, puisi adalah nurani bukan ambisi.
***----------***
SUPARMANTO
G e j o l a k
Miris
rumput berteriak
Gajah
berebut tahta
Kancil
mati terjepit
Bumiku
terluka nestapa
Api
api yang terbang terbawa angin
Membakar
daun daun telinga
Hingga
tanah ini memerah karenanya
Bidari
bidadari menangis tersedu sedu
Wahai
para ulama juga pemimpin
Bila
isi perut selalu penuh
Bila
sudah nyenyak tidur sedari sore
Menutupi
beningnya akal budi
Akankah
gejolak segera berganti?
Semoga
senyum bumiku lekas kembali
Lincak
kayu, 7 oktober 20
Suparmanto, lahir di Kulonprogo 3 Februari. Lulusan SMK Ma'arif
1 Wates jurusan Teknik Listrik. Suka bertani dan berorganisasi. Hobi memanah tradisional gaya mataraman. Kontak email:
parmanwae75@gmail.com dan djogja1862@gmail.com. Tinggak di Sidorejo Kulonprogo.
***----------***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar