DWI
RISWANTO S
Senja
Ini yang aku tunggu-tungu
Senja yang basah dan mulai menua,
Menguning lalu sekilas menjelma jingga
Kemudian memerah, sebelum jatuh di sebuah kota,
Kota entah berantah di sebelah barat sana
Sepertinya dia datang dengan sengaja,
Hanya untuk Matahari yang seharian kuyup dikepung
hujan,
Menggigil dingin dan kesepian
Sekedar memberinya setangkup hangat,
Sebagai bekal menyusur malam yg semakin pekat
Dan dari kejauhan,
Siut angin malam mencubit sendiku,
Sambil berbisik sendu,
"Salahkah bila kuCemburu...?"
YK,
05Juni2020
Dwi Riswanto S, alumni SMA 2 Bantul dan UGM Yogyakarta. Penyuka puisi-puisi Sapardi
Djoko Damono ini adalah seorang pustakawan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kabupaten Kulonprogo. Karyanya menghiasi sejumlah media cetak dan online. Tinggal
di Bantul Yogyakarta.
*** ----- ***
TRI
WAHYUNI
Di Ujung Senja Muram
Daun kering pencari senja sejati
Melahap kabut sebelum mati
Bersama debur ombak pantai
Ia bertanya,"Kenapa aku sendiri?”
Daun kering yang malang
Semua temannya tinggal semu di bayang-bayang
Sebab manusia yang menginjak, menimbun dan menjadikannya abu kosong
Kenapa dirindu?
Dimata lain,ada yang memberanikan bicara
Kepada Dzat Maha Sempurna di ujung senja yang muram
Daun itu memohon agar bumi segar manusia bugar
Yogyakarta,2020
Tri Wahyuni, lahir 16 Juni 2001, mahasiswi Jurusan Sastra Inggris di
FBS UNY. Pegiat di Komunitas Sastra-Ku ini menulis puisi sejak SMA. Buku
puisinya yang sudah terbit antara lain: Hujan
Merindu (Guepedia Publisher, 2019), Berlutut
Di Bawah Kaki Purnama (Guepedia Publisher, 2020). Karyanya juga masuk di
sejumlah buku antologi bersama, diantaranya: Tilik Wewisik (antologi geguritan Disbud DIY, 2019), Menangkis Intoleransi Melalui Bahasa dan Sastra (Balai Bahasa DIY,
2019), Kluwung Lukisan Maha Cahaya
(antologi puisi dan prosa komunitas Sastra-Ku, 2020). Tinggal di Sidorejo Lendah Kulonprogo.
*** ----- ***
DIDIK KOMAIDI
Bingung
Aku harus
bagaimana?
Aku harus
menulis apa?
Aku resah, kau
gelisah
Masyarakat
entah
Ya sudah
begini saja,
patuhi saja petunjuk pemerintah
Yang sudah merupakan
hasil musyawarah
bersama para
ahli dan pakar
Kamu tak usah ngeyel,
tak usah sok pemberani
Daripada nanti
terpapar
Dan akhirnya
mati
“Jangan takut
virus Corona.”
“Takutlah pada
Tuhan.”
kata seseorang yang
sok iman tapi tak tahu aturan Tuhan
Kalimat itu selintas
benar,
tapi menentang
sunatullah, hukum alam.
Bermain api,
hangus
Bermain air,
basah.
Itulah
sunatullah.
Virus dan penyakit
Wajib kita
hindari
Jangan sembrono
Agar kita tak
kelihatan bodho
Kulon
progo, 29/3/2020.
Didik Komaidi, lahir di
Magetan 1972. Sejak tahun 2006 mengajar bahasa Arab di MAN Kulonprogo dan berdomisili di Ngestiharo
Wates. Saat ini sedang menempuh S3 di
UIN Sunan Kalijaga. Karyanya masuk di buku antologi bersama: Embun Tajali (FKY, 1999), Jakarta dalam Puisi Mutakhir (DKJ,
2000), Seorang Gadis, Sesobek Indonesia (antologi puisi Kulonprogo, 2006), Antariksa
Dada (temu penyair tiga kota: Yogya Kulonprogo Purworejo, 2008), dan Nyanyian Bukit Menoreh (antologi 27
Penyair Kulonprogo, 2015), Kembar Mayang
(kumpulan cerpen, 2020).
*** ----- ***
LATIFAH
JAHRO
Palsu
Terkadang apa yang terlihat tak sama dengan yang tersirat
Terkadang apa yang dirasa tak sama dengan raut wajah
Terkadang yang terlihat nyata adalah semu
Terkadang yang terlihat bahagia hanyalah senyuman palsu
Ingin kutulis bahwa batinku menderita
Seakan tergambar layaknya gelapnya langit malam ini
Datang dan menutupi segala kepalsuan
Bahkan tak kan tersembuhkan oleh mentari pagi
Sungguh sakit merasuk ke relung jiwa
Meresap ke setiap nadi-nadinya
Mengalir bersama tetes darah
Menyebar ke segala penjuru raga
Bisakah air mata menghapus segala kepalsuan
Yang tampak di depan mata
Adakah yang dapat dipercaya
Tanpa bayang-bayang kepalsuan
Kokap, 2020
Latifah Jahro, lahir di Kulonprogo, 22 Desember 1992. Lulusan S1 pendidikan Bahasa
jawa. Kesehariannya adalah guru Bahasa Jawa di SMA N 1 Wates. Tulisannya pernah
dimuat majalah Djaka Lodang. Karyanya juga masuk di buku antologi bersama: Tilik Wewisik (Antologi Geguritan Disbud
DIY, 2019) dan Kluwung
Lukisan Maha Cahaya (antologi puisi dan prosa komunitas Sastra-Ku,
2020).
Tinggal di Kokap Kulonprogo.
*** ----- ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar