PUISI MARJUDIN SUEB
Semisal Api
Tak seperti apa yang kutahu
Selalu warna merah, kadang bisa biru Bahkan hitam legam sangat bercahaya Sekian lama tinggal dalam dendam
Hingga terlampias tak pernah bisa puas Begitukah iri terlampias jadi dengki Membakar kebenaran dan ingkar
Dari yang sejati
Tak seperti apa yang kutahu
Dari tungku akan memasakkan nasi
Untuk sekedar kenyang
Dan bisa bakar habis keserakahanku
Sekecil apa pun mampu ledakkan apabila saja tak terkendali bagai kuda nafsu Namun barangkali juga mampu
bakar semangatmu
Yk, 2018
Pahlawan Gula Semut
Gula Semut Pahlawan
Ingin jabat tangan padamu siapa pengubah Gula Jawa gula kristal gula semut
Ingin kucium takzim jabat tanganmu pengubah penderes jadi dibutuhi penitis pemasak gula dicari
meski belum kutahu ke mana untuk apa dan inikah kerna suka bertetangga bersama dalam berbeda
meski beda bangsa beda agama
masih ingatkah ketika paman manjat kelapa menderes legen nira
masih ingatkah ditelinga terdengar irama bumbung bambu penadah nira
saling teradu tergantung di pantatnya
(seirama senandung harapan doa)
masih ingatkah ketika isteri setia
depan tungku mengaduk panas nira kian panas kian didih kian kental
lalu dengan teliti mencetak gula dengan paruhan batok kelapa
(searoma manis dan harapan doa)
(2018)
Menoreh Malam
Dari puncak perbukitan cermati laku Perjalanan sejarah dan tanah yang terbagi Dan hutan yang kian terkikis
Kau tak lagi terjaga
Sebentar lagi tetangga jadi kota
Dan hutan yang kian habis
Siapa pohon terobohkan traktor beghu
Siapa sekawanan burung blekok terusir
: penghias setia sawah dan pantai
Inikah peradaban agung
Dengan sesanti adiluhung
Di sana tak terdengar lagi pembelaan dulu
Di luar jendela koor menggema :
Ayo maju….maju..
Yk. 2018
Kamis, 21 Februari 2019
Rabu, 20 Februari 2019
AGENDA: Belajar Menulis Sastra
Pegiat
Sastra Perlu Media Berkarya
Pelaku sastra di Kulonprogo memerlukan media untuk
menampung karya mereka. Karena misi yang dikandung karya sastra perlu dibaca
orang lain. Sehingga idealisme penulis, yang tertuang dalam karya sastra,
diharapkan bisa mewarnai kehidupan sekitar.
Hal itu terungkap pada kegiatan “Belajar Menulis
Sastra” di kawasan desa wisata Jati Moncol Sukoreno Sentolo selama dua hari
(26-27/1). Media itu bisa berupa buletin, majalah atau bahan cetakan lain yang
terbit berkala. Namun di era digital saat ini, jika belum mampu menggunakan media
cetak, bisa pakai media online.
Marwanto M.Si, fasilitator kegiatan saat dihubungi KR
disela-sela acara mengatakan, “memang kita bisa gunakan media online untuk
menampung karya teman-teman. Tapi ada beberapa kelebihan media cetak yang tidak
tergantikan. Karena itu selain telah mempersiapkan media online, ke depan kami tetap
berobsesi menerbitkan buletin atau majalah sastra”.
Ia melanjutkan, beda dengan media online yang relatif
tak berbiaya, menerbitkan media cetak perlu biaya. Sehingga pihaknya akan
berusaha menjalin komunikasi dengan pemangku kebijakan yang peduli terhadap
dunia sastra-budaya atau penguatan gerakan literasi di masyarakat. “Ironis kan,
kita sudah mau punya bandara, sebentar lagi jadi metropolitan, tapi tak punya
terbitan sastra”, jelas Direktur Studi Literasi Demokrasi dan Budaya itu.
Pada tahun 2006 di Kulonprogo memang pernah terbit buletin
sastra Lontar garapan komunitas
Lumbung Aksara (LA). Buletin yang terbit tiap bulan itu berhenti menjumpai
pembaca bersamaan vakumnya kegiatan komunitas LA di tahun 2009. Dan hingga kini,
tak ada lagi terbitan berkala yang khusus memuat karya sastra di Kulonprogo.
(Sumber: Kedaulatan Rakyat, 29 Januari 2019)
AGENDA: Belajar Menulis Sastra
Giatkan
Literasi, Adakan Belajar Menulis Bersama
Dalam rangka menggiatkan dunia literasi di Kulonprogo, Studi
Literasi Demokrasi dan Budaya (StiL-Daya) bekerjasama dengan Forum Sastra
Kulonprogo (FSK) akan menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Belajar Menulis
Sastra Bersama”. Kegiatan tersebut direncanakan akan berlangsung di kawasan Desa
Wisata Jati Moncol Sukoreno Sentolo (26-27/1).
Marwanto M.Si, Direktur StiL-Daya sekaligus pengarah
kegiatan mengatakan hal itu pada KR
(Jum’at, 18/1). Kegiatan ini salah satunya dilatarbelakangi maraknya “budaya
nonton dan dengar” yang telah meminggirkan kegiatan membaca dan menulis di
kalangan masyarakat. “Masyarakat sekarang enggan berpikir konseptual, karena
malas membaca dan menulis. Memang lewat handphone
atau gadget masyarakat masih sering
membaca dan menulis pesan. Tapi itu sejatinya cuma memindahkan tradisi lisan dalam
bentuk gadget. Bukan tradisi membaca
dan menulis dalam arti keilmuan yang mendorong manusia berpikir konseptual,”
tegasnya.
Kegiatan tersebut terbuka untuk umum, namun pesertanya
dibatasi 20 orang. “Sengaja kami batasi karena biar kegiatan berlangsung
efektif. Kalau yang minat ikut lebih dari 20, akan kita adakan dua gelombang,”
jelas Marwanto. Kegiatan tersebut akan dibagi dalam beberapa sesi. Ada sesi penyampaian
teori, sesi praktik, dan sesi performance
atau pementasan sastra. Selain itu juga ada sesi diskusi yang akan membahas bagaimana
mengembangkan dunia sastra dan literasi di Kulonprogo ke depan.
Narasumber yang akan mengisi acara tersebut, selain
Marwanto juga ada Marjudin Sueb (penyair senior Kulonprogo, seangkatan Emha
Ainun Najib di Persada Studi Klub Jogja tahun 1976-an), Sumarno (pemnulis
sastra Jawa) dan pegiat sastra dan literasi lainnya.
(sumber: Kedaulatan Rakyat, 21 Januari 2019)
(sumber: Kedaulatan Rakyat, 21 Januari 2019)
Langganan:
Postingan (Atom)
K A R Y A AHMAD MALIKI MASHAR Suluh Penyuluh Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...
-
KI SOEGIYONO MS Gurit Wektu Minggu esuk, wayah pecat sawet Cahyaning srengenge surem merem melek Dheweke kekemul mend...
-
Sihir Bathara Kala Cerpen : Liring Anindya Maharani Rintik hujan turun membasahi sepanjang Jalan Angkasa. Bau tanah ...
-
PUISI MARJUDIN SUAEB Karantina Jiwa Ingatkah saat Dia tak sekedar kiblat Tak sekedar di julukan kesalihan Tak sekedar di ...