Pegiat
Sastra Perlu Media Berkarya
Pelaku sastra di Kulonprogo memerlukan media untuk
menampung karya mereka. Karena misi yang dikandung karya sastra perlu dibaca
orang lain. Sehingga idealisme penulis, yang tertuang dalam karya sastra,
diharapkan bisa mewarnai kehidupan sekitar.
Hal itu terungkap pada kegiatan “Belajar Menulis
Sastra” di kawasan desa wisata Jati Moncol Sukoreno Sentolo selama dua hari
(26-27/1). Media itu bisa berupa buletin, majalah atau bahan cetakan lain yang
terbit berkala. Namun di era digital saat ini, jika belum mampu menggunakan media
cetak, bisa pakai media online.
Marwanto M.Si, fasilitator kegiatan saat dihubungi KR
disela-sela acara mengatakan, “memang kita bisa gunakan media online untuk
menampung karya teman-teman. Tapi ada beberapa kelebihan media cetak yang tidak
tergantikan. Karena itu selain telah mempersiapkan media online, ke depan kami tetap
berobsesi menerbitkan buletin atau majalah sastra”.
Ia melanjutkan, beda dengan media online yang relatif
tak berbiaya, menerbitkan media cetak perlu biaya. Sehingga pihaknya akan
berusaha menjalin komunikasi dengan pemangku kebijakan yang peduli terhadap
dunia sastra-budaya atau penguatan gerakan literasi di masyarakat. “Ironis kan,
kita sudah mau punya bandara, sebentar lagi jadi metropolitan, tapi tak punya
terbitan sastra”, jelas Direktur Studi Literasi Demokrasi dan Budaya itu.
Pada tahun 2006 di Kulonprogo memang pernah terbit buletin
sastra Lontar garapan komunitas
Lumbung Aksara (LA). Buletin yang terbit tiap bulan itu berhenti menjumpai
pembaca bersamaan vakumnya kegiatan komunitas LA di tahun 2009. Dan hingga kini,
tak ada lagi terbitan berkala yang khusus memuat karya sastra di Kulonprogo.
(Sumber: Kedaulatan Rakyat, 29 Januari 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar