Jumat, 17 Juni 2022

 

K A R Y A

 

MARJUDDIN SUAEB

 

Bahasa Hujan Itu

 

Bahasa air bahasa kehalusan

Hingga mampu mengalir

Dan larutkan ruh seluruh tubuh

 

juga jiwa bangsa. Kadang tergoda keserakahan

kekuasaan. Kerna lupa amanah.

 

ya berkuasa ada nikmatnya. Bagai air hujan yang tersusun pelan dari langit perjuangan diri. Dan hasrat luar biasa.

Jilmakan banjir pengaruh kuasa. Melibas apa saja

dan lalu jadi Raja.

 

Siapa yang tak alirkan air pengaruh

Kepada anak turun dan wilayah genggaman

Ini artinya membangun gunung buat junjung..para sesepuhnya.

Memikul tinggi dhuwur. Memendam dalam-dalam

keburukan gagal masa dulu.

 

Yk.2021

 

Marjuddin Suaeb, penyair senior Kulonprogo jebolan Persada Studi Klub (PSK) asuhan Umbu Landu Paranggi  ini namanya tercatat di buku  Apa Siapa Penyair Indonesia (2017). Buku antologi puisi tunggalnya Bulan Bukit Menoreh (Sabdamedia, 2016). Puisi masuk di sejumlah buku antologi diantaranya Gunungan, Ziarah, Penyair Jogja 3 Generasi, Lima Tujuh Lima, Cermin Akhir Tahun, Parangtritis, Gondomanan, Nyanyian Bukit Menoreh,  Membaca Hujan di Bulan Purnama, . Geguritannya masuk di buku Tilik Weweisik (Disbud DIY, 2019). Tinggal di Bumirejo Lendah Kulonprogo.

 

 *****_____*****

 

AMBAR SETYAWATI

 

Apa Kabar Bulan Juni

 

Hujan yang tak sabar.

Ia datang mendahului musimnya.

Seperti aku yang tak sabar pada takdirku.

 

Berteriak agar semua datang melampaui waktu yang telah Kaugariskan

Enggan menunggu saatnya tiba karena waktu seolah berhenti berputar.

 

Dan apa kabar kau bulan Juni?

Bukankah seharusnya membagi  panas terikmu pada bumi?

Ataukah kauhendak memberi peringatan atas dosa khilaf yang berulang.

 

Berulang karena lemah jiwa tak mampu jernih berpikir.

Berulang karena hati mati tak mampu menangkap bisik nurani

Berulang karena sombong angkuh tak meresapi makna kitab suci.

 

Itukah yang hendak kausampaikan?

 

Samigaluh, 18 Juni 2022

 

Ambar Setyawati, lahir di Jakarta, 17 Oktober 1973. Lulusan D3 jurusan Sastra Arab di Fakultas Sastra UI  (1995) dan  S-1 jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di UT (2001). Sejak 1997 aktif mengajar Bahasa Inggris dan Seni Budaya di beberapa sekolah di Jakarta. Tahun 2011 meninggalkan Jakarta dan mengajar di SMK Ma’arif Nanggulan.  Karya alumni  workshop Belajar Menulis Sastra Jati Moncol ini masuk di buku Kluwung Lukisan Maha Cahaya (2020), Duhkita ( 2021) dan Suara Hati Guru di Masa Pandemi (2020).

 

 *****_____*****

 

TEGUH SUSANTO

 

Kelam, Pijar Merajuk

 

Malam kelam

memagut gulita

Telunjuk jari di depan mata

tersembunyi di balik pekatnya

Listrik menjerit, merajuk

Katanya banyak dicuri

Lantas mati di sana-sini

 

Sesak dalam gulita

Gerah undang (sumpah) serapah

Anak balita

jua menangis meronta

Bagamana yang usaha?

Gerahnya di kepala

Gulitanya pada angka-angka

 

Mimpi berdiri listrik swasta

Kompetisi itu ada

Yang senantiasa berpijar, pemenangnya

 

Purwakarta, 14/06/2022

Teguh Susanta, lahir di Klaten, 06 Desember 1966. Mulai aktif berpuisi sejak September 2014. Pernah menjadi admin pada Group Literasi PTPI (Percikan Tinta Penulis Indonesia) awal hingga pertengahan Juni 2015, kemudian ia menjadi admin Sanggar Penulis Indonesia (SPI) mulai Juni 2015 hingga Mei 2018.

 

 *****_____*****

 

DWI RISWANTO

 

Secuil Senyum Kecil

 

Aku tahu,

Kita sama-sama menunggu

Saat di mana tiba-tiba hujan bertamu

 

Perlahan,

Kau sibakkan jendela, membiarkanya setengah terbuka

 

Lalu mulai bercerita,

Tentang gadis kecil,

Yang dulu suka berlarian berkecipuk hujan

Pura-pura berkejaran, seakan meminta perhatian

 

Senyumu larut, tawamu tak berjeda

Ketika kau menyeka, sisa hujan yang terjerambab di lesung pipi kananmu..

 

Menyisa jejak merah yang malu-malu

Semakin merah saat kau tahu aku memandangmu

 

Apa kabarmu sekarang?

Tanyaku setelah 84 purnama berlalu,

Ini senyum kecilmu, masih kusimpan.

 

Maafkan..,

Sampai terlambat kukembalikan.

 

Yogyakarta 2022

 

Dwi Riswanto, Alumni SMA 2 Bantul Dan UGM Yogyakarta. Penyuka Puisi-Puisi Sapardi Djoko Damono Ini Adalah Seorang Pustakawan Di Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Kulonprogo. Tinggal Di Bantul Yogyakarta.               

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...