K
A R Y A
MARJUDDIN SUAEB
Simpati Empati Semeru.
erupsi.
Baru batuknya belum ledak
Langit
gosong udara nafaskan gelisah
Allahu
akbar slamet nyuwun minta slamat
Allahu
akbar malam jadi malam
Minggir
minggir...ati ati hati hati
Ngungsi
o relawan O Relawan dengan R.
huruf
besar.. di mana kau..
Bau
belerang jiwa separuh lari
Abu
di mata abu di rambut
O
alaah bukan itu tapi melepuh
Bukan
bau belerang tapi aroma daging
bakar.
Oh kaki tangan..melepuh mata..
Gusti
aku kian tahu kau
Gusti
kau kian lambaikan
Kemari
kemari padaku
Pasrah
tawakalilah ummatku.
rumah
seisi. Kutinggal ngungsi..
Dunia
tinggalkan tapi belum mati
Sodaraku
melepuh... ingin saja
menengok
rumah terpendam pasir
siapa
mateng terbakar. Tinggal dengar
kabar.
Kabar tergetar di sela gelegar
O
gelegar lagi Allahu akbar
Komat
kamit lupa lapar...
erupsi.
Lagi batuk belum ledak
Baru
Semeru belum bumi
Di
mana ke mana ngungsi
Kecuali
padamu Gusti.
Semula
sungai. Kini lumpur api
Barangkali
jasad simbah terlarut
Kerna
saat semua lari
Tak
ada yang tahu ke mana..Gusti.
Yk.
2021
Marjudin Suaeb, adalah
nama pena dari Marjudin Muhammad Jalal Sayuthi. Pendidikan terakhirnya di IKIP
Yogyakarta (sekarang UNY). Jebolan Persada Studi Klub (PSK) asuhan Umbu Landu
Paranggi ini tulisannya dimuat sejumlah koran Jogja Semarang, Jakarta. Sering
baca puisi dari kampung ke kampung, dari kampus ke kampus. Namanya
tercatat di buku Apa Siapa Penyair Indonesia (2017). Menjadi
narasumber berbagai kegiatan sastra. Buku antologi puisi tunggalnya Bulan Bukit Menoreh
(Sabdamedia, 2016) dan Teka Teki Abadi (Tonggak
Pustaka, 2021). Puisi lain terkumpul di sejumlah buku antologi diantaranya Gunungan (penyair Insani), Ziarah, Penyair Jogja 3 Generasi, Lima
Tujuh Lima, Cermin Akhir Tahun, Parangtritis, Gondomanan, Pendapa taman siswa, Nyanyian Bukit Menoreh, dan Membaca Hujan di Bulan
Purnama (Tembi 2019), Kluwung Lukisan Maha Cahaya ( Sastra-Ku, 2020), Duhkita (Pusaka-Ku, 2021). Geguritannya masuk di buku Tilik
Weweisik (Disbud DIY, 2019). Tinggal di Bumirejo Lendah Kulonprogo.
***___***
AMINATI JUHRIAH
Duka
Senja pecah mahameru
tunduk patuh perintah-Mu
Alam, kamu, aku adalah
waktu yang akan pecah sewaktu-waktu
Berdoalah untuk
memikirkan sekitarmu
Sebelum palung
kesunyian paling sunyi bertamu
Langit kabarkan duka
merapi terluka
Pesan-pesan berceceran
bagai buih
Lesapi cawan-cawan
anggur fana memabukkan
Langit menangis
tumpahkan duka merapi terluka
Malam pekat pucat
menatap pasi
Perih mengurai beribu
lingkar ingkar
Buli-bulir nada
sembilu kucurkan perasan duka luka
Nyawa tertindih di
tanah kemakmuran
Akankah pupus sibakkan
hikmah tersingkap, tegak zikir kehendak-Nya sadarkan jiwa
Tangerang 11 Desember
2021
Aminati Juhriah, lahir pada tanggal 30 Agustus. Karyanya berupa cerpen dan puisi tersebar di sejumlah media online , cetak dan buku antologi bersama. Saat ini tinggal di Tangerang, Banten.
***___***
TRIAS TH
Membuka
Senja
Membuka senja kala itu
Langit menyebar biru
Mengabarkan
waktu
Tuk berganti laku dan liku
Membuka senja kala itu
Mahameru
Menyembur debu menyebar abu
Membumbung kan pilu
Mengalirkan sendu
Membuka senja kala itu
Semeru
Bercerita
keagungan Tuhan
Batu, kerikil, mengganti rinai hujan
Lahar,
pasir mengganti riak air
Seolah menguji keteguhan insani
Membuka senja kala itu
Jinggamu hilang
Birumu lenyap
Kelammu datang
Dan malammu memanjang
Tapi yakinlah, bahwa
Pagi kan datang penuh harap
Menyinari jiwa jiwa yang gelap
Membalut sayat sayat luka
Mengalir sejukkan dahaga
Membuka senja kala itu
KasihNya kan hadir selalu
Dalam suka duka hambaMu
Jogja, 5 Des 2021
Trias Tuti Hidayanti, akrab dipanggil Trias. Perempuan kelahiran Cilacap 40 tahun
yang lalu ini mulai mengenal sastra sejak SD. ketika mendapat tugas mengarang
cerita. Kecintaanya pada sastra seiring
kegemarannya membaca buku koleksi perpustakaan sekolah maupun dari majalah yang
dibeli dengan menyisihkan uang jajannya. Ketika masuk bangku kuliah di kampus
Bulaksumur, ia lebih suka membaca esai-esai politik sesuai program studi yang diambilnya. Kini
kecintaanya pada dunia sastra diasah kembali dengan gabung di komunitas
Sastra-Ku. Puisinya masuk dalam antologi bersama Kluwung Lukisan Maha
Cahaya(2020) dan Duhkita (2021). Saat ini tinggal di Galur, Kulon Progo.
***___***
SITI WAHYUNI
Duka
Semeru
Ya
Rabb
Belum
usai Kau turunkan wabah
Di
muka bumi ini
Di
bumi Indonesiaku
Ya
Rabb
Kau
lebihkan volume air hujan
Kau
alirkan tidak lagi di jalannya
Kami
sudah berduka
Banjir
dimana-mana
Longsor
tanah tak terkira
Angin
bukan sepoi lagi berhembus
Dahsyat
terasa
Ya
Rabb
Kini
kau letuskan isi perut bumi
Kau
lelehkan keluar dari jalurmu
Panas
terasa pastinya
Ya
Rahman
Inikah
peringatan-Mu
Akan
adanya kiamat
Agar
kami teraadar
Yaa
Rahiim
Ampunilah
kesombongan kami
ampunilah
kekhilafan kami
Ampunilah
dosa-dosa kami
Ku
lupa bersyukur pada-Mu
Ku
lupa bermunajat pada-Mu
Ku
lupa berserah diri pada-Mu
Ampunilah
Kami Ya Rabb
Semeru
mengingatkan kami
Duka
Semeru
Duka
seluruh negeri
Tanda
cinta -Mu pada kami
Kulon
Progo, Desember 2021
Siti
Wahyuni, SPd, lahir di Kulon Progo, 22 Februari 1976.
Alumni UNY (Pendidikan Geografi) dan UT (PGSD). Saat ini mengajar di SD Negeri
Percobaan 4. Menulis puisi sejak SMP. Puisinya pernah di muat di buku Duhkita (
Pusaka-Ku, 2021 ). Tinggal di Kedungdowo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar