K A R Y A
MARJUDDIN SUAEB
Doa Alit Ulah Budhi
Niat
sawiji memetri budaya jati.
Budaya
laku dan laku budaya.
Dalam
detik tak henti mengalir bersama lampah laku alam. Laku alam milikmu Gusti.
Laku alam oleh cita cipta rasa karsa kami. Laku olah jiwa olah rasa olah cipta
dalam laku bimbinganmu Gusti.
Gusti.
Ijinkan kami melakui jalan itu.
Jalan
memanusiai insan sejati kami.
Oleh
setiap lampah laku sawiji satu
dalam
gerak akrab alami..
Seiring
sejalan dalam bimbingan
..ulah
budi budaya tangan ketentuan garismu .Gusti.
Satu
di jalan kami
Sawiji
menyatu miara membina menghiduphidupkan bersamamu Gusti
......
Yk
2021
Marjudin Suaeb, adalah
nama pena dari Marjudin Muhammad Jalal Sayuthi. Pendidikan terakhirnya di IKIP
Yogyakarta (sekarang UNY). Jebolan Persada Studi Klub (PSK) asuhan Umbu Landu
Paranggi ini tulisannya dimuat sejumlah koran Jogja Semarang, Jakarta. Sering
baca puisi dari kampung ke kampung, dari kampus ke kampus. Namanya
tercatat di buku Apa Siapa Penyair Indonesia (2017). Menjadi
narasumber berbagai kegiatan sastra. Buku antologi puisi tunggalnya Bulan Bukit Menoreh
(Sabdamedia, 2016) dan Teka Teki Abadi (Tonggak
Pustaka, 2021). Puisi lain terkumpul di sejumlah buku antologi diantaranya Gunungan (penyair Insani), Ziarah, Penyair Jogja 3 Generasi, Lima
Tujuh Lima, Cermin Akhir Tahun, Parangtritis, Gondomanan, Pendapa taman siswa, Nyanyian Bukit Menoreh, dan Membaca Hujan di Bulan
Purnama (Tembi 2019), Kluwung Lukisan Maha Cahaya ( Sastra-Ku, 2020), Duhkita (Pusaka-Ku, 2021). Geguritannya masuk di buku Tilik
Weweisik (Disbud DIY, 2019). Tinggal di Bumirejo Lendah Kulonprogo.
YAYUK
WAHYUDI
Kado
di Ruang Tunggu
Cicakpun boleh berdecak
Kenapa aku tak boleh berucap
Sepatah kata saja
Letusan sejuta duka
Mengapa kau ragu
Saat ku ingin berlalu
Relakan saja lepas bayangku
Bukankah tak ada lagi ruang itu untukku
Andai saja kau mengerti
Langkah kaki lewati hari
Tiada jeda mengukir mimpi
Kenapa kini kau ragu ingin berlalu
Meski pernah kau bisikkan
Aku titik akhir petualangan mu
Diterminal biru Ku menunggu
Namun lalu-lalang petualang bermata jalang
Bagai pedang menghujam kalbu
Berlalu melempar kado cerita pilu
Tinggalkan pesan segelas madu cuma mimpiku
Sorjati, Nop 2921
Yayuk Wahyudi, adalah nama
pena dari Sri Rahayu Yustina S.IP., MA. Lahir di Purworejo 27 Desember 1963. Disela-sela ketugasan sebagai PNS di Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kulonprogo masih meluangkan waktu bergiat
di Komunitas Sastra-Ku dan Forum Sastra-Teater Kabupaten Kulon Progo. Karyanya masuk di sejumlah buku antologi,
diantaranya: Weling Sinangling
(Antologi Geguritan Dinas Kebudayaan DIY, 2018) dan Tilik Wewisik (Antologi Geguritan Dinas Kebudayaan DIY, 2019). Kluwung Lukisan Maha Cahaya ( Sastra-Ku, 2020), Duhkita (Pusaka-Ku, 2021). Saat ini tinggal di Girimulyo Kulon Progo.
*****-----*****
FERA WAHYU PUSPITA
Petir dan Hujan Deras
Guyuran air di atas
genteng
Lama kelamaan terjun
di atas tanah
Membasahi muka bumi
Airmu nan elok
besarnya
Hingga berlari ke arah
sungai
Gelombang air tiada
hentinya
Dentuman air sungai
terdengar jelas
Tiba-tiba terdengar
pecutan petir
Yang datang dengan
tidak sopan
Dengan lancangnya kau
kejutkan manusia
Tanpa merasa bersalah
Suaramu bagaikan
harimau yang mengamuk
Menjadikan semua orang
terpaku dan membisu
Pecutan petir semakin
menggelegar
Hujan semakin tak
terkendali
Air di sungai semakin
deras
Bagaikan sebuah lautan
Membuat jantung ini
bagaikan gelombang lautan
Raga ini sangat
ketakutan
Tiada yang berani
keluar sarang
Pagerharjo, November-2021
Fera Wahyu
Puspita, siswi SMP N 4 Samigaluh
*****-----*****
YATI
DEO
"Maju
Terus Pantang Mundur"
Asaku yang terbang ke angkasa
Mimpiku kusemayamkan di antara awan
Cita-cita kusembunyikan di antara mega yang
membiru
Gemintang hanya menyaksikan tersenyum semu
Suatu saat kan kujemput dengan senyuman manis
Bentangan sayap patah untuk kembali utuh
Tiada kuinginkan rona mata yang berkaca-kaca
Duhai mentari ..., masih dimanakah? kejora yang
kudamba
Wahai rembulan ..., kenapa? Kau tertawa manja
Ketika rintik hujan disambut kelabu angkasa
Saat gulita malam tanpa dihiasi bayang-bayang
gemintang
Rintangan terbingkai kawat berduri mengikat erat
Cita-cita pun, inginkan terbang tinggi mencapai
nirwana
Kaki serta tangan terikat kawat berkarat
Rasaku itu masih, selalu hidup tak akan pernah
mengubur diri
Hingga jagat raya akan selalu menyaksikannya
Sampai keinginan itu, menyatakannya untuk nyata
Maju terus pantang mundur tak akan undur
Medan perang untuk bertempur melabai-lambai
Kesatria sejati pantang untuk lari
Berdiri tegak kokohkan langkah
Menggapai awan tertinggi meraih mimpi-mimpi
Untuk menunjukan sifat ahlaq terpuji
Simpati pribadi yang patut diteladani
Rangkasbitung,Banten 02112021
Yati
Deo,
adalah nama pena dari Oyat Hayati, anak
pertama dari dua bersaudara lahir dan dibesarkan di Ciamis Jabar, tanggal 13
Januari 1984. Pendidikan terakhir SMA/sederajat.
Pernah berpengalaman sebagai QC di PT Garmen. Moto hidupnya selalu optimis
dalam menggapai cita-cita dalam meraih mimpi. Saat ini berdomisili di Lebak Rangkasbitung,
Banten.
*****-----*****
YUNI
SUKARTINAH
Cinta
dan Setia
Ku duduk termenung
Menatap sinar tertutup mendung
Ku terdiam lalu bersenandung
Karena hati sedang di rundung
Mungkin
ini sebuah ujian
Tuk
melatih kesetiaan
Tuk
melatih kesabaran
Agar
kelak tak gelagapan
Tak mudah dijalani
Namun semua terikat janji
Rela dan ikhlas dasar utama
Tuk jalani ini semua
Kadang
rindu menghimpit dada
Seakan
hati ini tersiksa
Disini
ku berdoa
Tuk
mengiringi cinta kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar