Sabtu, 14 Agustus 2021

K A R Y A

SANTI ASESANTI

 

 

Kabarkan Kibarmu  

 

Bagaimana kabar angin di kotamu?

Masihkah ia setia kibarkan sang saka

kabarkan kata merdeka ke seluruh penjuru negeri

di tengah padamnya lampu-lampu

menemani rinai doa-doa yang tak henti bergumuruh

berharap pandemi terbunuh

 

atau kita yang akan lumpuh?

seperti peradaban yang kehilangan ruh

dikebiri pertikaian prasasti yang entah

atas nama siapa

 

lihatlah tangis ibu pertiwi tak jua usai

menyaksikan pesta kemerdekaan

tanpa hingar bingar derap langkah para pengibar

tanpa riuh nyanyian perjuangan

tanpa deru sorak kata “merdeka!”

 

semoga angin tetap ingin melambaikan pusaka

menampar anak cucu ibu pertiwi agar tak lupa

pada sejarah tegaknya tiang penyangga sang saka

 

sebab kemerdekaan ini adalah buah hati dari perjuangan

 

Pelangi_Kata, 11 Agustus 2021

 

Santi Asesanti, nama pena dari Fajri Susanti, lahir di Kulonprogo 1982. Menyelesaikan sarjana pendidikan UAD Yogyakarta (2005) dan kini mengajar di SD N Gadingan Wates Puisinya masuk di sejumlah buku antologi, diantaranya Cerita Hujan dan Bintang (GoresanPena, 2015), Dalam Secangkir Kopi (Pena House, 2016), Kedai Kopi Sastra (Penerbit BBK, 2019), Kluwung Lukisan Maha Cahaya (2020), Tanah Air Puisi (2021). Antologi puisi tunggalnya, Purnama Bulan November (2020) dan Lorong Ingatan(2021). Tinggal di Wates Kulonprogo.

 ***----------***

 

 

EVITA EKA SEPTIANI

 

 

Berkibar di Bawah Payung Hitam

 

Batang bambu terpancang

Hadap langit menantang

Gagah, pantang menyerah

Ribuan bendera berkibar

Menari dalam nyanyian payoda

 

Merah putih melayang

Diikat kuat pada tiang panjang

Saban gubug berbeda budaya

Pinggir jalan sampai halaman hijau membentang

Meskipun dunia sedang berduka

 

Merdeka!

Semangat bergaung

Meskipun perjuangan belum reda

Di bawah payung hitam

Ada air mata

 

Anak kecil bertanya:

“Mengapa tak ada pinang menjulang?”

“Tak ada derap paskibra ?”

“Tak ada layar lebar riang?”

Tersedu di balik pangkuan ibunya

 

Sunyi

Tatapan kosong diselimuti gelabah

Memandang merah putih tipis berkibar sendiri

Di bawah naungan payung hitam

Hitam legam

Penuh ruam dan asap dapur

 

Ibu pun menjawab,

“Nak, payung hitam sedang melebar”

“Tak kan pandang siapa tertular”

“Tanah kubur terbuka lebar”

“Di tengah hari merdeka berkibar”

 

Sejenak

Melodi ambulas memcah hening

Syham seakan mencekam

Di bawah kibaran sang saka

Merah putih tanda penguat bangsa

 

Kulonprogo, 11 Agustus 2021

 

Evita Eka Septiani, lahir 11 September 2001. Mahasiswa UNY prodi Manajemen Pendidikan. Puisinya termuat di buku antologi: Butterfly Sastra Three Color Poetry (2018), Paradigma Imaji I Welcome September (2018), Tak Terucap (2018), Kado Spesial Untuk Bunda (2018), Mencintai Ibunda Sehidup Sesurga (2018), Superhero Berpuisi (2019), Stigma Bodong Bla.Bla.Bla (2019), Kembali Nol (2020), Kluwung Lukisan Maha Cahaya (2020), dan Duhkita  (2021). Menjuarai berbagai lomba cipta puisi. Tinggal di Galur Kulonprogo.

***----------***

 

 

 

SITI WAHYUNI

 

 

Usiamu dalam Duka

 

Negeriku...

Hari ini ulang tahunmu

Namun tak semeriah dulu

 

Lesu

Duka masih selimuti bumimu

Indonesiaku

 

Hanya bendera berkibar

Hanya lagu kebangsaan tersiar

Yang tetap membuat jiwa gemetar

 

Tak lagi ada pesta

Tak ada lagi upacara

Karena bumimu masih berduka

 

Cepatlah sehat bangsaku

Tetaplah kuat negeriku

Kami sudah rindu

 

Sekarang kita masih berjuang

Bukan senapan diselempang

Bukan bambu runcing dipegang

 

Musuh kita tak nampak mata telanjang

Namun angin membawa terbang

Membawa musuh melayang

 

Cepatlah sehat bangsaku

Seiring bertambah usiamu

Kumerindu kemeriahanmu

 

Kembalilah ceria negeriku

Rakyatmu tetap mendukungmu

Bangkit semangat terus maju

 

Kedungdowo, 1 Agustus 2021

 

 

Siti Wahyuni, lahir di Kulonprogo 22 Februari 1976. Alumni UNY (Pendidikan Geografi) dan UT (PGSD). Saat ini mengajar di SD Negeri Percobaan 4. Menulis puisi sejak SMP. Puisinya termuat di buku Duhkita (Antoligi Komunitas Sastra-Ku, 2021). Tinggal di Kedungdowo Wates.

***----------***


DEWI PRABANDARI

 

 

Ketika Hari Ini Merdeka

 

Ketika hari ini merdeka….

Ada yang terlewat dalam ingatan

Karena pernah suatu ketika

Ada yang terluka jiwa raga

Ada yang terjajah jiwa raga

 

Ketika hari ini merdeka….

Heningkan nurani sedalam rasa

Untuk pahlawan yang di pusara

Yang pernah korbankan jiwa raga

Yang sudah berikan seluruh harta

 

Ketika hari ini merdeka….

Satukan rasa untuk teruskan cita-cita

Satukan langkah untuk majukan bangsa

Gelorakan semangat di dalam dada

Masa depan ada… Indonesia Jaya!

 

Dewi Prabandari,  lahir  20 Agustus 1969. Alumni FIP Sarjana Wiyata  Tamansiswa dan PGTK UNY. Tahun 2020 mencoba berkarya melalui buku antologi puisi Pelangi Kala Puasa.  Kesehariannya mengajar di SDN Ngebung Beran, Panjatan, Kulonprogo.

***----------***

 

JENG ROSE

 

Sisa Harapan

 

Dulu sebelum negeri ini merdeka

Para pahlawan dan leluhur bangsa

Berjuang bertaruh jiwa raga

Untuk melepaskan diri

Dari belenggu penjajah

 

Tatkala negeri ini merdeka

Rakyat bersuka ria

Membangun bangsa sekuat tenaga

Demi mewujudkan cita-cita luhur

Masyarakat sejahtera adil dan makmur

 

Kini...negri ini kembali berduka

Setelah tragedi datang melanda

Puluhan ribu pahlawan bertumbangan

Melawan musuh yang tak nyata

Keresahan, kesedihan, kesengsaraan, penderitaan

 Bahkan kematian mengintai dari berbagai penjuru

Namun untuk kembali  meraih merdeka pun kita tak pernah  tahu

 

Diantara puing-puing hati yang hancur

Masih tersisa gelora jiwa

Untuk mengibarkan Sang Saka

Demi kejayaan nusa

 

Jeng Rose, nama pena Rusmiyati., lahir 2 Mei 1977. Alumni  S1 PGSD Universitas Terbuka UPBJJ Yogyakarta ini  mengabdi di SDN 2 Pandowan Galur sejak 2007. Pernah Juara I Lomba sesorah antar Guru SD se Kabupaten Kulonprogo (2017), Karyanya termuat di buku antologi bersama Komunitas Sastra-Ku, yakni:  Kluwung Lukisan Maha Cahaya (2020)  dan Duhkita (2021).

 

***----------***

 

SUGIYARTI

 

HUT Ibu Pertiwi di Tengah Pandemi

 

76 tahun Indonesia merdeka

76 tahun bebas lepas dari kungkungan

Suka cita perjuangan para pahlawan

diabadikan dalam keramaian

 

Tapi...

seonggok hati tengah meratapi

merdeka ini tiada arti

Sebuah asa mencoba

berlari mencari makna

Merdeka!!

.....

Merdeka ??

....

O.. tidak...

kita belum merdeka kawan...

....

Tahun demi tahun menguja hura-hura

Tahun demi tahun bersenda tanpa makna

....

Tak pernah kita mengerti

...

Warisan kemerdekaan yang direbut dengsn segenap hati..

Tercampak tak bertahan, kerna salah memaknai

....

Dan..

tak tahu harus  bagaimana..

ketika virus menghadang,

corona meradang

dan pandemi ini sungguh menyesakkan hati

....

Kini...

Ibu Pertiwi menempuh duka

Cerita cita kemerdekaan para pejuang

terlindas habis kerna pandemi...

....

Yachh...

Pandemi ini, hati jadi tersadari

sadar... belum layak lantangkan pekik merdeka..

Tersebab duka nestapa melanda..

...

Oh Ibu Pertiwi...

Akupun telah lelah  menangis..

...

Dan ..sepercik asa ini

hanya mampu bersujud

memohon pada Illahi...

 

KP, 9 Agst 21


Sugiyarti, aktivitas kesehariannya mengajar di SMP Negeri 2 Lendah. Pegiat seni-budaya, khususnya sastra Jawa ini tinggal di Galur Kulonprogo

***----------***

 

 

========

Edisi kali ini laman Sastra-Ku juga memuat puisi karya pemenang lomba baca puisi tingkat SMP/Sederajat puisi yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kulonprogo pada bulan Mei lalu.

========

 

AYUNA FELICIA AZ

 

 

Aku Padamu

 

Ketika sang saka berkibar tegap di patok liwa

Ketika jiwa bersuka cita menantinya

Mendengar derapan gagah dari sang kawanan

Dengan bangga ia lantangkan layaknya perwira

Mendekap Ibu Pertiwi dengan luas hati

Warnai rumput menjadi segar

 

Meski napas terengah-engah, ia tetap khidmat

Meski bercucur peluh, ia tetap kekar

 

Telusur kembali di mana kita dicengkeram

Tiada siapa menghiraukan

Berjam-jam beliau berdarma

Tanpa sepeser upah, apalagi kudapan

Pulang pergi dini hari

 

Lantas, tak maukah kau berlega hati?

Kamsia... Kamsia... Kamsia...

 

Kulonprogo, 11 Agustus 2021

 

 


Ayuna Felicia Andra Zukhrufa, mulai tahun ini masuk di SMA N 1 Lendah Kulonprogo. Juara Harapan 2 Lomba Baca Puisi Tingkat SMP / Sederajat yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kulonprogo 2021.

 

***----------***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...