SANTI ASESANTI
Kabarkan Kibarmu
Bagaimana kabar
angin di kotamu?
Masihkah ia
setia kibarkan sang saka
kabarkan kata
merdeka ke seluruh penjuru negeri
di tengah
padamnya lampu-lampu
menemani rinai
doa-doa yang tak henti bergumuruh
berharap
pandemi terbunuh
atau kita yang
akan lumpuh?
seperti
peradaban yang kehilangan ruh
dikebiri
pertikaian prasasti yang entah
atas nama siapa
lihatlah tangis
ibu pertiwi tak jua usai
menyaksikan
pesta kemerdekaan
tanpa hingar
bingar derap langkah para pengibar
tanpa riuh
nyanyian perjuangan
tanpa deru
sorak kata “merdeka!”
semoga angin
tetap ingin melambaikan pusaka
menampar anak
cucu ibu pertiwi agar tak lupa
pada sejarah
tegaknya tiang penyangga sang saka
sebab
kemerdekaan ini adalah buah hati dari perjuangan
Pelangi_Kata,
11 Agustus 2021
Santi Asesanti, nama pena dari Fajri Susanti, lahir di Kulonprogo 1982. Menyelesaikan sarjana pendidikan UAD Yogyakarta (2005) dan kini mengajar di SD N Gadingan Wates Puisinya masuk di sejumlah buku antologi, diantaranya Cerita Hujan dan Bintang (GoresanPena, 2015), Dalam Secangkir Kopi (Pena House, 2016), Kedai Kopi Sastra (Penerbit BBK, 2019), Kluwung Lukisan Maha Cahaya (2020), Tanah Air Puisi (2021). Antologi puisi tunggalnya, Purnama Bulan November (2020) dan Lorong Ingatan(2021). Tinggal di Wates Kulonprogo.
EVITA EKA
SEPTIANI
Berkibar di Bawah Payung Hitam
Batang bambu terpancang
Hadap langit menantang
Gagah, pantang menyerah
Ribuan bendera berkibar
Menari dalam nyanyian payoda
Merah putih melayang
Diikat kuat pada tiang panjang
Saban gubug berbeda budaya
Pinggir jalan sampai halaman hijau
membentang
Meskipun dunia sedang berduka
Merdeka!
Semangat bergaung
Meskipun perjuangan belum reda
Di bawah payung hitam
Ada air mata
Anak kecil bertanya:
“Mengapa tak ada pinang menjulang?”
“Tak ada derap paskibra ?”
“Tak ada layar lebar riang?”
Tersedu di balik pangkuan ibunya
Sunyi
Tatapan kosong diselimuti gelabah
Memandang merah putih tipis berkibar
sendiri
Di bawah naungan payung hitam
Hitam legam
Penuh ruam dan asap dapur
Ibu pun menjawab,
“Nak, payung hitam sedang melebar”
“Tak kan pandang siapa tertular”
“Tanah kubur terbuka lebar”
“Di tengah hari merdeka berkibar”
Sejenak
Melodi ambulas memcah hening
Syham seakan mencekam
Di bawah kibaran sang saka
Merah putih tanda penguat bangsa
Kulonprogo,
11 Agustus 2021
Evita Eka Septiani, lahir 11 September 2001. Mahasiswa UNY prodi Manajemen Pendidikan. Puisinya termuat di buku antologi: Butterfly Sastra Three Color Poetry (2018), Paradigma Imaji I Welcome September (2018), Tak Terucap (2018), Kado Spesial Untuk Bunda (2018), Mencintai Ibunda Sehidup Sesurga (2018), Superhero Berpuisi (2019), Stigma Bodong Bla.Bla.Bla (2019), Kembali Nol (2020), Kluwung Lukisan Maha Cahaya (2020), dan Duhkita (2021). Menjuarai berbagai lomba cipta puisi. Tinggal di Galur Kulonprogo.
***----------***
SITI WAHYUNI
Usiamu dalam Duka
Negeriku...
Hari ini ulang
tahunmu
Namun tak
semeriah dulu
Lesu
Duka masih
selimuti bumimu
Indonesiaku
Hanya bendera
berkibar
Hanya lagu
kebangsaan tersiar
Yang tetap
membuat jiwa gemetar
Tak lagi ada
pesta
Tak ada lagi
upacara
Karena bumimu
masih berduka
Cepatlah sehat
bangsaku
Tetaplah kuat
negeriku
Kami sudah
rindu
Sekarang kita
masih berjuang
Bukan senapan
diselempang
Bukan bambu
runcing dipegang
Musuh kita tak
nampak mata telanjang
Namun angin membawa
terbang
Membawa musuh
melayang
Cepatlah sehat
bangsaku
Seiring
bertambah usiamu
Kumerindu
kemeriahanmu
Kembalilah
ceria negeriku
Rakyatmu tetap
mendukungmu
Bangkit
semangat terus maju
Kedungdowo,
1 Agustus 2021
Siti Wahyuni, lahir di Kulonprogo 22 Februari 1976. Alumni UNY (Pendidikan Geografi)
dan UT (PGSD). Saat ini mengajar di SD Negeri Percobaan 4. Menulis puisi sejak
SMP. Puisinya termuat di buku Duhkita (Antoligi
Komunitas Sastra-Ku, 2021). Tinggal di Kedungdowo Wates.
***----------***
DEWI
PRABANDARI
Ketika
Hari Ini Merdeka
Ketika hari ini merdeka….
Ada yang terlewat dalam ingatan
Karena pernah suatu ketika
Ada yang terluka jiwa raga
Ada yang terjajah jiwa raga
Ketika hari ini merdeka….
Heningkan nurani sedalam rasa
Untuk pahlawan yang di pusara
Yang pernah korbankan jiwa raga
Yang sudah berikan seluruh harta
Ketika hari ini merdeka….
Satukan rasa untuk teruskan cita-cita
Satukan langkah untuk majukan bangsa
Gelorakan semangat di dalam dada
Masa depan ada… Indonesia Jaya!
Dewi Prabandari, lahir 20 Agustus 1969. Alumni FIP Sarjana Wiyata Tamansiswa dan PGTK UNY. Tahun 2020 mencoba berkarya melalui buku antologi puisi Pelangi Kala Puasa. Kesehariannya mengajar di SDN Ngebung Beran, Panjatan, Kulonprogo.
***----------***
JENG ROSE
Sisa Harapan
Dulu sebelum negeri ini merdeka
Para pahlawan dan leluhur bangsa
Berjuang bertaruh jiwa raga
Untuk melepaskan diri
Dari belenggu penjajah
Tatkala negeri ini merdeka
Rakyat bersuka ria
Membangun bangsa sekuat tenaga
Demi mewujudkan cita-cita luhur
Masyarakat sejahtera adil dan makmur
Kini...negri ini kembali berduka
Setelah tragedi datang melanda
Puluhan ribu pahlawan bertumbangan
Melawan musuh yang tak nyata
Keresahan, kesedihan, kesengsaraan,
penderitaan
Bahkan kematian mengintai dari berbagai
penjuru
Namun untuk kembali meraih merdeka pun kita tak pernah tahu
Diantara puing-puing hati yang hancur
Masih tersisa gelora jiwa
Untuk mengibarkan Sang Saka
Demi kejayaan nusa
Jeng Rose, nama pena Rusmiyati., lahir 2 Mei 1977. Alumni S1 PGSD Universitas Terbuka UPBJJ Yogyakarta ini mengabdi di SDN 2 Pandowan Galur sejak 2007. Pernah Juara I Lomba sesorah antar Guru SD se Kabupaten Kulonprogo (2017), Karyanya termuat di buku antologi bersama Komunitas Sastra-Ku, yakni: Kluwung Lukisan Maha Cahaya (2020) dan Duhkita (2021).
***----------***
SUGIYARTI
HUT Ibu Pertiwi di Tengah Pandemi
76 tahun
Indonesia merdeka
76 tahun bebas
lepas dari kungkungan
Suka cita
perjuangan para pahlawan
diabadikan
dalam keramaian
Tapi...
seonggok hati
tengah meratapi
merdeka ini
tiada arti
Sebuah asa
mencoba
berlari mencari
makna
Merdeka!!
.....
Merdeka ??
....
O.. tidak...
kita belum
merdeka kawan...
....
Tahun demi
tahun menguja hura-hura
Tahun demi
tahun bersenda tanpa makna
....
Tak pernah kita
mengerti
...
Warisan
kemerdekaan yang direbut dengsn segenap hati..
Tercampak tak
bertahan, kerna salah memaknai
....
Dan..
tak tahu
harus bagaimana..
ketika virus
menghadang,
corona meradang
dan pandemi ini
sungguh menyesakkan hati
....
Kini...
Ibu Pertiwi
menempuh duka
Cerita cita
kemerdekaan para pejuang
terlindas habis
kerna pandemi...
....
Yachh...
Pandemi ini,
hati jadi tersadari
sadar... belum
layak lantangkan pekik merdeka..
Tersebab duka nestapa
melanda..
...
Oh Ibu
Pertiwi...
Akupun telah
lelah menangis..
...
Dan ..sepercik
asa ini
hanya mampu
bersujud
memohon pada
Illahi...
KP,
9 Agst 21
Sugiyarti, aktivitas kesehariannya mengajar di SMP Negeri 2 Lendah. Pegiat seni-budaya, khususnya sastra Jawa ini tinggal di Galur Kulonprogo
***----------***
========
Edisi kali ini laman Sastra-Ku juga memuat puisi karya pemenang lomba baca puisi tingkat SMP/Sederajat puisi yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kulonprogo pada bulan Mei lalu.
========
AYUNA FELICIA
AZ
Aku Padamu
Ketika sang saka berkibar tegap di patok liwa
Ketika jiwa bersuka cita menantinya
Mendengar derapan gagah dari sang kawanan
Dengan bangga ia lantangkan layaknya perwira
Mendekap Ibu Pertiwi dengan luas hati
Warnai rumput menjadi segar
Meski napas terengah-engah, ia tetap khidmat
Meski bercucur peluh, ia tetap kekar
Telusur kembali di mana kita dicengkeram
Tiada siapa menghiraukan
Berjam-jam beliau berdarma
Tanpa sepeser upah, apalagi kudapan
Pulang pergi dini hari
Lantas, tak maukah kau berlega hati?
Kamsia... Kamsia... Kamsia...
Kulonprogo, 11 Agustus 2021
Ayuna Felicia Andra Zukhrufa, mulai tahun ini masuk di SMA N 1 Lendah Kulonprogo. Juara
Harapan 2 Lomba Baca Puisi Tingkat SMP / Sederajat yang diselenggarakan oleh
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kulonprogo 2021.
***----------***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar