SULTAN MUSA
Lelaki
dan Pesan Laut
Menyapu pandangan permukaan laut
rasakan cerah cuaca menyengat
dibibir laut matahari berbisik
“datang
dan tapakilah”
Sengaja lelaki ini
Berada disini, selepas gulana yang melanda
Merentas pundaknya, tersampir resah mendalam
Seakan pengorbanannya dipecundangi
........pecah tak terawat
Sebuah jejak perjalanannya diperlintasan
.......membisu kesepian
Dalam perenungan seluas lautan,
menyisakan janji ditautkan
‘jangan
membenci
dirimu terlalu dalam’
Lelaki ini, miliki jiwa seluas lautan
tanpa disadari, disematkannya kenangan kelam
yang belum dilarung....
menyimpan resah melengking
dan sedih mengumandang
Kini, telah usai
sadar resah gulana itu
tidak sebanding dengan luas
lautannya
Jiwa luka, menguras impian
.....menutupi luas lautannya
Jiwa sunyi, mengebiri tanya
.....merampas luas lautannya
Setelah mampu memeluk kembali lautannya
lelaki ini menyulam ria dalam kebahagiaan
Dibawah pohon Santigi,
menjawab semua kesedihan dan airmata
Dan pesisir laut
itu berkata
‘hadapi
dan tersenyumlah’
#2021
SULTAN MUSA berasal
dari Samarinda Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar diberbagai platform media
daring & luring. Serta karya - karyanya masuk dalam beberapa Antologi
bersama penyair Nasional & Internasional. Tercatat pula dibuku “Apa &
Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017. Merupakan
10 Penulis Terbaik versi Negeri Kertas Awards Indonesia 2020. Karya tunggalnya
"Candramawa"(2017), "Petrikor"(2019), "Sedjiwa
Membuncah"(2020) & versi e-book "Mendjamu Langit Rekah"
(2020), terbaru di 2021 "Titik Koma".
Dan dia masih terus belajar menulis. Untuk berkomunikasi dapat melalui IG : @sultanmusa97
***----------***
Nikmatnya Kawa Daun
Sejuknya waktu, berselimut embun.
Di kaki Gunung Merapi
meminang nikmat kawa daun
Sebab kompeni tak
memberi dispensasi
Untuk menikmati hasil
bumi
Akal mencari jalan
Menghilangkan beku badan
Peroleh hangat tubuh
dari dinginnya embun
Diselingi bisikan
angin yang menimbun
Lembaran daun kopi
berdiang di tungku perapian.
Mengganti candu dari
secicip rasa ketagihan
Di tempurung
menyeruput kawa
Masih memberikan
syukur atas anugerah-Nya
Kawa daun sajian unik
alami
Menjaga metabolisme
tubuh
Mengusir racun
mendera pembuluh
Sebab mangiferin
sangat tinggi mengandung sifat antiinflamasi
Rokan
Hulu, 3 Oktober 2020
NURUL LATIFAH
Kali
Pertama
kali
pertama kau gelombangkan adzan
kau
sajakkan dalam hatiku
nama-nama
malaikat penyambung cinta
Jibril
Mikail
lalu
aku tak percaya
bahwa
prevalensi adalah takaran perkiraan
bahwa
prognosis adalah kemungkinan kesembuhan
kali
pertama kau mengajak orang tuli berbicara
mendekapkan
warna jingga pada wanita tua yang buta
aku
tahu
bahwa
jika adam hawa terpuruk merasa paling buruk
bisa
saja keadaan berganti
sebagaimana
lahirnya kesempatan baru
;
rahmatNya meliputi segala sesuatu
sejak
saat itu,
kubingkis
cinta tanpa nama
buatmu
yang
kali pertama, memperkenalkan tafsir baru
Gunungkidul, 10
September 2020
Nurul Lathiffah, lahir di Kulon Progo
pada 21 September 1989. Menulis esai, puisi, cerpen, dan artikel di media
massa, baik lokal dan nasional. Kini tinggal di Gunungkidul dan menggagas Kelas
Menulis di Madrasah Diniyah Baitul Hikmah. Puisi-puisinya, selain dibukukan di
antologi bersama Puisi Menolak Lupa
(2011), Lintang Panjer Wengi (2009), Gregah (2019), juga pernah dimuat di Majalah Sastra Horison, Koran Merapi, SKH Kedaulatan Rakyat, dll. Kini, berproses
menyelesaikan studi magister psikologi di UMB Yogyakarta
SANTI ASESANTI
Bukan Janji Palsu
Pekak telinga,
mendengar kau
pulang tanpa isyarat
Setapak demi
setapak menyusuri jejakmu
Luka tercecer
di sepanjang trotoar
Tempatmu
mengais nada patah hati
Menuju istana
romantisme ngilu
Aku karam dalam
nyanyian paling cinta
The godfather
of broken heart
Pilu ini abadi
menyusuri "sewu kuto"
Seiring kau
temukan "dalan anyar"
"Banyu
langit" dari netra kami menghunjam dada
Ke mana
"layang kangen" ini kualamatkan
Sementara
"tangise ati" sampai ke "suriname"
Sedang kau
telah sampai pada akhir ikrar-Nya
Usai pencarian
namamu melanglang buana tiada berbatas musim
Membaca
perjalananmu kami harus "lilo"
Berkawan
tembang syahdu
Doa-doa mewangi
Temani mimpi
indah dalam tidur panjangmu
Pelangi_Kata,
09052020
Santi Asesanti, lahir 1982. Pendidik di salah satu SD di Kulonprogo. Beberapa kali mengikuti finalis baca puisi di Puisi Pro yang diselenggarakan RRI Pro 2 Yogyakarta dan turut mengisi acara live baca puisi di wilayah Yogyakarta. Buku antologi puisinya yang telah terbit: Purnama Bulan November (Arashi, 2020) dan Lorong Waktu (Arashi, 2020)
***----------***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar