IDK RAKA KUSUMA
Seloka di Suecapura
Danghyang Sekar
Angsana
Danghyang Sekar
Angsana
aku ke sini
mencari seruling
peninggalan
leluhur
berwarna
putihkuning
dibalut janur
dan lontar
bening
akan kutiup
ketika purnama
di sudut timur
laut halaman
roh nenek moyang
semua
agar datang
membawa persembahan
ditandai
tembang
wahai juru
panggil kami datang
membawa sesaji
untuk kami
persembahkan
pusaka warisan
keramat
di tanganmu
tergenggam erat
merdu bersuara
agar suci
agar abadi
menyucikan
mengabadikan
keturunan semua
tunjukkan di
mana
jika di tanah
terpendam
kugali dengan
tangan raga
jika di udara
terpendam
kugali dengan
tangan jiwa
tunjukkan di
mana
jangan sampai
lewat senjakala
dalam gulita
seketika aku
tiada
/2019/
IDK Raka Kusuma, lahir di Klungkung
(Bali) 21 November 1957. Sahabat dekat Umbu Landu Paranggi ini puisi-puisinya
pernah dimuat di sejumlah media cetak, diantaranya: Bali Post, Sinar Harapan,
Mingu Pagi, Berita Buana, Karya Bhakti, Suara NTB dan lain-lain. Ia menulis
sastra dalam bahasa Indonesia dan bahasa Bali Sastrawan yang kini mukim di
Amlapura ini pernah meraih penghargaan Rancage di tahun 2002.
Sunyi yang Membangun Cinta
;
sementara aku menapaki jalan asing yang
belum
pernah kumengerti sebelumnya
sunyi membangun
cinta, sebelum matahari
mengirimkan
cahaya-cahaya
kerlip yang
hangat
sunyi membangun
cinta
sementara ufuk
cemburu berwarna kemerahan
sementara tepi
langit mulai kehilangan warna sabar
kita semakin
lindap di ruang ruang
kau menujuku
aku menujumu
tetapi saling
tidak bertemu
ada sunyi yang
membangun cinta lain
di tanah kelahiran yang basah oleh
asin
:cemburu
kuanyam menjadi sajadah
ruang tengadah
bagi sekujur tubuh yang hampa
mawadah
Gunungkidul,
3 Oktober 2019
Nurul Lathiffah, lahir di Kulon Progo
pada 21 September 1989. Menulis esai, puisi, cerpen, dan artikel di media
massa, baik lokal dan nasional. Kini tinggal di Gunungkidul dan menggagas Kelas
Menulis di Madrasah Diniyah Baitul Hikmah. Puisi-puisinya, selain dibukukan di
antologi bersama Puisi Menolak Lupa
(2011), Lintang Panjer Wengi (2009), Gregah (2019), juga pernah dimuat di Majalah Sastra Horison, Koran Merapi, SKH Kedaulatan Rakyat, dll. Kini, berproses
menyelesaikan studi magister psikologi di UMB Yogyakarta
DITA WIRONO
Kepada
Amalia Dita
Ada satu
pertanyaan sama
Mengapa namamu
yang kupilih
Masih tersemat
indah dalam lorong waktu terkunci bersama nadi
Meski engkau
telah pergi tinggalkan nisan
diantara banyak
pusara ditengah pemakaman sepi
Polosku masih
mencintaimu meski dengan rasa takut
Perasaan yang
tak bisa kuucap namun liar kutulis
Tentang
perempuan pemilik surga yang lain
Tempat di mana
segala doa dan pengampunan
menjadi
satu-satunya arah sebab tangah bertengadah
Puan,
Denganku kamu
hanya harus percaya,
Bahwa kado
bukan hanya tentang perayaan,
atau
pemberian suatu kejadian peristiwa
yang kita
tunggu dan harapkan setelah sekian lama.
Bisa saja
Dia ada sebagai
kejutan atau ungkapan kata cinta
Dan untukmu aku
memilih kalimat baris kelima
paragraf ketiga
dari tulisan ini
Sederhana,
namun semoga engkau menerimanya
Sebagaimana
takdir-takdir perpisahan yang lain
Dan kelak jika
penghujan telah kembali
Kan kutulis
sajak sajak tanpa kalimat sedih lagi
Seperti sebuah
keyakinan pertemuan di surga nanti
Kokap,
4 Oktober 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar