MARJUDDIN SUAEB
Bahasa Gelap
Saat samar
terlelap
Siapa punya
amarah
Saat darah tak
terkendali diri
Gelap tak
selamanya menjara
Samar tak
selamanya meragu
Gelap bisa
terbuat
Samar cara
sembunyi
Bahkan kadang
memukul
Menjerat ragu
Lalu celaka
Yogya
2020.
Marjuddin
Suaeb, penyair senior Kulonprogo jebolan Persada Studi
Klub (PSK) asuhan Umbu Landu Paranggi
ini namanya tercatat di buku Apa Siapa Penyair Indonesia (2017). Buku
antologi puisi tunggalnya Bulan Bukit
Menoreh (Sabdamedia, 2016). Puisi masuk di sejumlah buku antologi
diantaranya Gunungan, Ziarah, Penyair Jogja 3 Generasi, Lima
Tujuh Lima, Cermin Akhir Tahun, Parangtritis, Gondomanan, Nyanyian Bukit
Menoreh, Membaca Hujan di Bulan Purnama, . Geguritannya masuk di buku Tilik Weweisik (Disbud DIY, 2019).
Tinggal di Bumirejo Lendah Kulonprogo.
***----------***
Selamat Malam
Menebus luka.
Dihujani tanda tanya
Menapaki jalan
samar
Tercekik
harapan. Hilang dicengkam malam
Kulonprogo,
06 November 2020
Tri Wahyuni, lahir 16 Juni 2001. Mahasiswi UNY ini menarget tiap hari menulis lima puisi. Bukunya puisinya yang telah terbit: Hujan Merindu, Sajak Cerita Senja, dan Berlutut Di Bawah Kaki Purnama. Karyanya juga masuk di buku antologi bersama, diantaranya: Maha Kata, Bahasa Diam, Kisah Lain Adam dan Hawa, Terbang Dalam Deen Assalam, Menanti Senja,Violin, Sekotak Rasa Palu Donggala, Kluwung, Tilik Wewisik dan Menangkis Intoleransi Melalui Bahasa dan Sastra. Tinggal di Sidorejo Lendah Kulonprogo.
***----------***
WAHYU PURWADI
atau aku hanya
pura pura
apa aku tak
lagi mampu menyusun kata
atau aku hanya
pura pura
apa aku tak
peduli dengannya
atau aku hanya
pura pura
apa aku lupa
peristiwa
atau aku hanya
pura pura
apa aku bukan
ahlinya
atau aku hanya
pura pura
apa aku tak
mampu membedakanya
atau aku hanya
pura pura
apa aku bingung
karenanya
atau aku hanya
pura pura
apa aku sudah
lupa warna
atau aku hanya
pura pura
putih tak lagi
bersih hitam tak lagi kelam
apa itu hanya
pura pura
Kulonprogo,
Desember 2020
Wahyu
Purwadi, lahir di Batang, 23 Agustus 1986. Bagi alumni
workshop Belajar Menulis Sastra Jati
Moncol ini berpuisi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukanya disela-sela mengajar
di IKIP PGRI Wates dan sebuah SMK di Bantul. Pernah menjadi Presiden Mahasiswa
dan sering orasi di jalan menggunakan puisi. Karyanya masuk di buku Kluwung, Lukisan Maha Cahaya (Antologi
Puisi dan Prosa komunitas Sastra-Ku, 2020). Tinggal di Lendah Kulonprogo.
***----------***
NABILA NUR ALDI
Hatinya begitu
gelaba
Tatkala melihat
wanitanya
Yang sedang
merapah
Dia yang dahulu
sering bercengkrama
Kini diam tak
berbahasa
Dia yang dahulu
sering membaca
Kini hanya bisa
mengeja
Ucapnya kini
sering tak teratur
Hingga orang
sering menyebutnya ngelantur
Padahal dia
tidak pernah ngawur
Dia sebenarnya
ingin berkata
Namun mulut
enggan membuka
Dia selalu
ingin bertanya
Namun kata tak
berhasil terangkai sempurna
Dalam otaknya
semua begitu sukar
Hingga
membuatnya sering tak sadar
Dalam pikiran
tak beraturan
Malam makan
sudah kapan
Ucapan wanita
tua
Pada bayangan
di balik jendela
Dengan muka
nestapa
Tawangsari,
20 September 2020
Nabila Nur
Aldi, lahir di Kulon Progo 8 Februari 2003, adalah pelajar di SMA N 1
Wates. Karyanya masuk di sejumlah buku antologi bersama, diantaranya: Laskar
Essai Menoreh (Balai Bahasa DIY, 2020) dan Ruang Putih Demokrasi (Bawaslu Kulonprogo, 2020). Puisinya juga
pernah dimuat rubrik “Kaca” harian Kedaulatan
Rakyat. Tinggal di Tawangsari Pengasih.
YAYUK WAHYUDI
Galih
Apa yang kau
punya
Saat duka
nenyapa
Kala kausibak
kelam
Dipekatnya
malam
Dengan rapuh
yang mencekam
Yg makin pekat
Menjerat
Dengan irama
tongkat
Berhias air
nata setajam kawat
Dalam rintih
Tak jua lilih
Asa tertindih
makin pedih
Dengan tongkat
aku tertatih
Ditelan.asa
yang tak pulih katamu lirih.
Siapa bilang
aku sedih
Lihatlah
darahku
Kian mendidih
Gigih gigih
gigih
Sorjati, 06 November 2020
Yayuk Wahyudi, nama pena dari Sri Rahayu Yustina S.IP., MA. Lahir di
Purworejo 27 Desember 1963. Ia arsiparis di Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kabupaten Kulonprogo yang masih meluangkan waktu bergiat di Komunitas
Sastra-Ku. Karyanya masuk di sejumlah buku antologi, diantaranya: Weling Sinangling (Antologi Geguritan
Dinas Kebudayaan DIY, 2018) dan Tilik
Wewisik (Antologi Geguritan Dinas Kebudayaan DIY, 2019), Kluwung Lukisan
Maha Cahaya (antologi prosa dan puisi
komunitas Sastra-Ku, 2020). Tinggal di Girimulyo Kulonprogo.
***----------***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar