Sabtu, 19 Desember 2020

K A R Y A

 MARJUDDIN SUAEB

 


Bahasa Gelap

 

 Siapa punya gelap

Saat samar terlelap

Siapa punya amarah

Saat darah tak terkendali diri

 

Gelap tak selamanya menjara

Samar tak selamanya meragu

 

Gelap bisa terbuat

Samar cara sembunyi

Bahkan kadang memukul

Menjerat ragu

Lalu celaka

 

Yogya 2020.

 

 

Marjuddin Suaeb, penyair senior Kulonprogo jebolan Persada Studi Klub (PSK) asuhan Umbu Landu Paranggi  ini namanya tercatat di buku  Apa Siapa Penyair Indonesia (2017). Buku antologi puisi tunggalnya Bulan Bukit Menoreh (Sabdamedia, 2016). Puisi masuk di sejumlah buku antologi diantaranya Gunungan, Ziarah, Penyair Jogja 3 Generasi, Lima Tujuh Lima, Cermin Akhir Tahun, Parangtritis, Gondomanan, Nyanyian Bukit Menoreh,  Membaca Hujan di Bulan Purnama, . Geguritannya masuk di buku Tilik Weweisik (Disbud DIY, 2019). Tinggal di Bumirejo Lendah Kulonprogo.

 

***----------***

 

 TRI WAHYUNI

  

 

Selamat Malam

 

 Kita satu jalan. Dalam sunyi

Menebus luka. Dihujani tanda tanya

Menapaki jalan samar

Tercekik harapan. Hilang dicengkam malam

 

Kulonprogo, 06 November 2020

 

Tri Wahyuni, lahir 16 Juni 2001. Mahasiswi UNY ini menarget tiap hari menulis lima puisi.  Bukunya puisinya yang telah terbit: Hujan Merindu, Sajak Cerita Senja, dan Berlutut Di Bawah Kaki Purnama. Karyanya juga masuk di buku antologi bersama, diantaranya: Maha Kata, Bahasa Diam, Kisah Lain Adam dan Hawa, Terbang Dalam Deen Assalam, Menanti Senja,Violin, Sekotak Rasa Palu Donggala, Kluwung, Tilik Wewisik dan Menangkis Intoleransi Melalui Bahasa dan Sastra. Tinggal di Sidorejo Lendah Kulonprogo.

 

***----------***

 

  

WAHYU PURWADI

 

 

 Mati Rasa

 

 apa aku sudah hilang logika

atau aku hanya pura pura

apa aku tak lagi mampu menyusun kata

atau aku hanya pura pura

apa aku tak peduli dengannya

atau aku hanya pura pura

apa aku lupa peristiwa

atau aku hanya pura pura

apa aku bukan ahlinya

atau aku hanya pura pura

apa aku tak mampu membedakanya

atau aku hanya pura pura

apa aku bingung karenanya

atau aku hanya pura pura

apa aku sudah lupa warna

atau aku hanya pura pura

putih tak lagi bersih hitam tak lagi kelam

apa itu hanya pura pura

 

Kulonprogo, Desember 2020

 

 

Wahyu Purwadi, lahir di Batang, 23 Agustus 1986. Bagi alumni workshop Belajar Menulis Sastra Jati Moncol ini berpuisi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukanya disela-sela mengajar di IKIP PGRI Wates dan sebuah SMK di Bantul. Pernah menjadi Presiden Mahasiswa dan sering orasi di jalan menggunakan puisi. Karyanya masuk di buku Kluwung, Lukisan Maha Cahaya (Antologi Puisi dan Prosa komunitas Sastra-Ku, 2020). Tinggal di Lendah Kulonprogo.

 

***----------***

  

 

NABILA  NUR ALDI

 

 

 Afasia

 

Hatinya begitu gelaba

Tatkala melihat wanitanya

Yang sedang merapah

 

Dia yang dahulu sering bercengkrama

Kini diam tak berbahasa

Dia yang dahulu sering membaca

Kini hanya bisa mengeja

 

Ucapnya kini sering tak teratur

Hingga orang sering menyebutnya ngelantur

Padahal dia tidak pernah ngawur

 

Dia sebenarnya ingin berkata

Namun mulut enggan membuka

Dia selalu ingin bertanya

Namun kata tak berhasil terangkai sempurna

 

Dalam otaknya semua begitu sukar

Hingga membuatnya sering tak sadar 

Dalam pikiran tak beraturan

 

Malam makan sudah kapan

Ucapan wanita tua

Pada bayangan di balik jendela

Dengan muka nestapa

 

Tawangsari, 20 September 2020

 

 

Nabila Nur Aldi, lahir di Kulon Progo 8 Februari 2003, adalah pelajar di SMA N 1 Wates. Karyanya masuk di sejumlah buku antologi bersama, diantaranya:  Laskar Essai Menoreh (Balai Bahasa DIY, 2020) dan Ruang Putih Demokrasi (Bawaslu Kulonprogo, 2020). Puisinya juga pernah dimuat rubrik “Kaca” harian Kedaulatan Rakyat. Tinggal di Tawangsari Pengasih.

 

 ***----------***

 

  

YAYUK WAHYUDI

  

Galih

 

Apa yang kau punya

Saat duka nenyapa

Kala kausibak kelam

Dipekatnya malam

Dengan rapuh yang mencekam

Yg makin pekat

Menjerat

Dengan irama tongkat

Berhias air nata setajam kawat

Dalam rintih

Tak jua lilih

Asa tertindih makin pedih

Dengan tongkat aku tertatih

Ditelan.asa yang tak pulih katamu lirih.

Siapa bilang aku sedih

Lihatlah darahku

Kian mendidih

Gigih gigih gigih

          

 Sorjati, 06 November 2020

 

 

Yayuk Wahyudi, nama pena dari Sri Rahayu Yustina S.IP., MA. Lahir di Purworejo 27 Desember 1963. Ia arsiparis di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kulonprogo yang masih meluangkan waktu bergiat di Komunitas Sastra-Ku. Karyanya masuk di sejumlah buku antologi, diantaranya: Weling Sinangling (Antologi Geguritan Dinas Kebudayaan DIY, 2018) dan Tilik Wewisik (Antologi Geguritan Dinas Kebudayaan DIY, 2019), Kluwung Lukisan Maha Cahaya (antologi prosa dan puisi komunitas Sastra-Ku, 2020). Tinggal di Girimulyo Kulonprogo.

 

***----------***


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...