Sabtu, 12 Desember 2020

K A R Y A

 

DWI RISWANTO

 

 

Perempuan Penadah Hujan

 

Dan terulang,

Hujan tanpa jeda

Seharian mendekap mesra November yang mulai menua

 

Kembali aku mengingatmu,

Perempuan penadah hujan

Akankah kau kembali lagi,

Membawakan sapu tangan hitam itu kepadaku

yang  basah di kedua ujungnya

Sisa menyeka gerimis yang tertambat malu,

Sembunyi di sudut terpencil kedua matamu

 

"aku baru mengerti setelah kau benar-bebar pergi,

aku baru sadar setelah hujan jatuh bertubi-tubi...."

 

bisikmu tiba-tiba..

 

Kau berhasil merayuku,

Mereguk kenangan yang menggenang di sela riuh hujan

Kau berhasil memaksaku,

Mengayuh sampan yang telah lama aku tambatkan,

Menyelam rindu yang telah aku tenggelamkan dalam-dalam

 

 

Bantul, 29Nov20

 

 

 

Dwi Riswanto, alumni SMA 2 Bantul dan UGM Yogyakarta. Penyuka puisi-puisi Sapardi Djoko Damono ini adalah seorang pustakawan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kulonprogo. Tinggal di Bantul Yogyakarta.

 

***----------***

 

 

AMBAR SETYAWATI

 

 

Jalan Basah Bercahaya

 

Jalan basah bercahaya

Pantulan lampu dan curah hujan membuatnya sempurna

memantulkan siluet pepohonan dan bayangku kala melewatinya

 

Basah dan dingin membalutku

Kupercepat langkah, tak sedikitpun ragu

sesekali merapatkan jaket  sambil memeluk payungmu

 

Angin berhembus nakal

hingga percikan air hujan menyapu wajahku kuyup kekal

 

11 Desember 2020

 

Ambar Setyawati, lahir di Jakarta, 17 Oktober 1973. Lulusan D3 jurusan Sastra Arab di Fakultas Sastra UI  (1995) dan  S-1 jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di UT (2001). Sejak 1997 aktif mengajar Bahasa Inggris dan Seni Budaya di beberapa sekolah di Jakarta. Tahun 2011 meninggalkan Jakarta dan mengajar di SMK Ma’arif Nanggulan.  Karya alumni  workshop Belajar Menulis Sastra Jati Moncol ini masuk di buku Kluwung Lukisan Maha Cahaya (2020) dan Suara Hati Guru di Masa Pandemi (2020).

 

 

***----------***

 

 

YUSTINA EKA ASTUTININGSIH

 

 

Rintik Menitik

 

Kala hujan gerimis rintiknya menerpa

Satu-satu berjeda pelan menitik ke alam raya

 

Getar rintiknya selaksa  serpihan rasa

menghunjam pelan pada hati mengembara

Perih sesaat lalu sirna

 

Begitu senantiasa

Melewati masa berteman asa

Ikhlaskan nikmati rintiknya

Bukankah itu membahagia?

 

Kulon Progo, November 2020

 

 

 

Yustina Eka Astutiningsih, lahir di Kulonprogo, 1 April 1976. Penulis dengan aktivitas keseharian mengurus rumah tangga. Senang nulis aforisma, sedang belajar menulis puisi dan cerpen. Karya dari alumni workshop Belajar Menulsi Bersama Jati Moncol ini dimuat di buku Kluwung Lukisan Maha Cahaya. Tinggal  di Giripeni Wates.

 

***----------***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...