Sabtu, 21 November 2020

K A R Y A

 

EVA NURUL KHASANAH

 

 

 

 

Ayat Pandemi

 

Ada fajar pun senja

Ada timur pun barat

Ada aku pun kamu

Diantaranya rindu

 

Menatap sembilu makin sendu

Dan buku-buku itu, mulai mencatat

Sanksi dan saksi

Tak ada yang berubah dari kemarin?

Kecuali ayat pandemi

Itupun desakan tak mendesak

Makin semerbak bertimbul riak

Sosok demi sosok timbul tenggelam

Hilang bagai buih di lautan

dipandang, dibuang tak berguna

 

Di ujung angka, tak ada pasti jumlahnya

Di ujung angka, tak terhingga

Akankah duka ada artinya?

Dan kecewa tak bernyawa

Teriak, bertindak

Kenang kami pada seseorang yang hilang

Lenyap, tanpa pasti sebab

Dengan hati sedikit kecut tapi tak lucut

Unjuk rasa, kuasa ada di tangannya

Berkarya?

Tersandung belitan standar tak sejajar, tak wajar

 

Kami tak bernyawa, atas luka ditambah corona

Di atas bangsa, dan muda milik kita

Dunia hanya perlu tau sewajarnya

Bahwa senja, nanti fajar

Tenggelam nanti terbit

Aku nanti kamu

Bangkit

 

Mendekati gila?

 

 

Yogyakarta, 31 Oktober 2020

 

Eva Nurul Khasanah, lahir di Kulonprogo 1 Juni 1999, mahasiswi Prodi PBSI Universitas PGRI Yogyakarta (UPY).  Puisi berjudul "105 Kata untuk Mimpi Ku" mendapat juara 3 di Pekan Jurnalistik yang diadakan oleh UKM Jurnalistik Persada UPY. Disela-sela kuliah ia masih menyempatkan untuk menulis, mengajar TPA, berorganisasi dan bekerja sebagai penjahit. Tinggal di Lendah Kulonprogo.

 

***----------***

 

 

ROHMAT

 

 

 

Pesona

 

 

Bila huruf punya kekuatan

Tentu kata lebih hebat

Bila kalimat punya daya

Tentu bait syair lebih dahsyat

 

Lihatlah intonasi mampu mengubah arti

Nyanyian kidung menebar makna

Intonasi menjadi  mendung

Membuat risau setiap makhluk

 

Syair dan lagu menjadi hujan

Datangkan air yang suci

Para dewa berbaris memikul hikmah

Samudra kata jadi lautan cahaya

 

Bergejolak alam semesta

Pertanda hayati  selalu ada

Dengan kalimat dan kata-kata

Maha indah maha sempurna

 

Lendah, 19 Oktober 2020

 

Rohmat, jebolan UIN Sunan Kalijaga. Pernah menekuni berbagai bidang pekerjaan: buruh, petani, pedagang, pendamping budaya, Korcam di Dewan Kebudayaan Kulonprogo dan Forum Seni Religi Kulonprogo. Beberapa puisi pernah dimuat laman Sastra-Ku dan buku Kluwung Lukisan Maha Cahaya. Saat ini tercatat sebagai imam besar di masjid dusun Kwarakan, Sidorejo, Lendah.

 

***----------***

 

 

EVITA AH

 

 

 

Senja Pilu

Rona merah menghiasi angkasa

Mega berarak berkumpul padu

Burung-burung berhambur pulang

Lukisan indah sang Pencipta

Mengalun di hati dengan pilu

 

Sang bunga mulai sembunyi

Sinar pagi ditelan bumi

Aku termenung di balik layar sunyi

Kenang sinar rembulan pelelap mimpi

 

Langit biru pun memerah

Senyum ikut memuram

Pilu menghias wajah gelisah

Suasana senja pun temaram

 

Aku melewati senja ini

Meski pilu mengiringi hati

Berteman sunyi

Di balik mendung hitam

Disusul hujan basahi kuburan

 

Kulon Progo, 2020

 

 

Evita Afida Hidayah  nama pena dari Evita Eka Septiani, lahir di Kulon Progo, 11 September 2001, adalah mahasiswi UNY. Beberapa puisinya masuk ke dalam buku antologi bersama, antara lain: Butterfly Sastra Three Color Poetry  (2018), Paradigma Imaji I Welcome September (2018), Tak Terucap (2018), Kado Spesial Untuk Bunda (2018), Mencintai Ibunda Sehidup Sesurga (2018), Superhero Berpuisi (2019), Stigma Bodong Bla.Bla.Bla (2019), Kembali Nol (2020), Kluwung Lukisan Maha Cahaya (2020). Tinggal di Galur Kulonprogo

 

***----------***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...