EVA NURUL KHASANAH
Ayat Pandemi
Ada
fajar pun senja
Ada
timur pun barat
Ada
aku pun kamu
Diantaranya
rindu
Menatap
sembilu makin sendu
Dan
buku-buku itu, mulai mencatat
Sanksi
dan saksi
Tak
ada yang berubah dari kemarin?
Kecuali
ayat pandemi
Itupun
desakan tak mendesak
Makin
semerbak bertimbul riak
Sosok
demi sosok timbul tenggelam
Hilang
bagai buih di lautan
dipandang,
dibuang tak berguna
Di ujung
angka, tak ada pasti jumlahnya
Di ujung
angka, tak terhingga
Akankah
duka ada artinya?
Dan
kecewa tak bernyawa
Teriak,
bertindak
Kenang
kami pada seseorang yang hilang
Lenyap,
tanpa pasti sebab
Dengan
hati sedikit kecut tapi tak lucut
Unjuk
rasa, kuasa ada di tangannya
Berkarya?
Tersandung
belitan standar tak sejajar, tak wajar
Kami
tak bernyawa, atas luka ditambah corona
Di atas
bangsa, dan muda milik kita
Dunia
hanya perlu tau sewajarnya
Bahwa
senja, nanti fajar
Tenggelam
nanti terbit
Aku
nanti kamu
Bangkit
Mendekati
gila?
Yogyakarta, 31 Oktober 2020
Eva Nurul
Khasanah, lahir
di Kulonprogo 1 Juni 1999, mahasiswi Prodi PBSI Universitas PGRI Yogyakarta
(UPY). Puisi berjudul "105 Kata
untuk Mimpi Ku" mendapat juara 3 di Pekan Jurnalistik yang diadakan oleh
UKM Jurnalistik Persada UPY. Disela-sela kuliah ia masih menyempatkan untuk
menulis, mengajar TPA, berorganisasi dan bekerja sebagai penjahit. Tinggal di Lendah
Kulonprogo.
***----------***
ROHMAT
Pesona
Bila
huruf punya kekuatan
Tentu
kata lebih hebat
Bila
kalimat punya daya
Tentu
bait syair lebih dahsyat
Lihatlah
intonasi mampu mengubah
arti
Nyanyian
kidung menebar makna
Intonasi
menjadi mendung
Membuat
risau setiap makhluk
Syair
dan lagu menjadi hujan
Datangkan
air yang
suci
Para
dewa berbaris memikul hikmah
Samudra
kata jadi lautan cahaya
Bergejolak
alam semesta
Pertanda
hayati selalu ada
Dengan
kalimat dan kata-kata
Maha
indah maha sempurna
Lendah, 19 Oktober 2020
Rohmat, jebolan UIN Sunan Kalijaga. Pernah menekuni berbagai bidang pekerjaan:
buruh, petani, pedagang, pendamping budaya,
Korcam di Dewan Kebudayaan Kulonprogo dan Forum Seni Religi Kulonprogo.
Beberapa puisi pernah dimuat laman Sastra-Ku dan buku Kluwung
Lukisan Maha Cahaya. Saat ini tercatat sebagai imam besar di masjid dusun Kwarakan,
Sidorejo, Lendah.
***----------***
EVITA AH
Senja Pilu
Rona merah menghiasi angkasa
Mega berarak berkumpul padu
Burung-burung berhambur pulang
Lukisan indah sang
Pencipta
Mengalun di hati dengan pilu
Sang bunga mulai sembunyi
Sinar pagi ditelan bumi
Aku termenung di balik layar sunyi
Kenang sinar rembulan pelelap mimpi
Langit biru pun memerah
Senyum ikut memuram
Pilu menghias wajah gelisah
Suasana senja pun temaram
Aku melewati senja ini
Meski pilu mengiringi hati
Berteman sunyi
Di balik mendung hitam
Disusul hujan basahi kuburan
Kulon
Progo, 2020
Evita Afida Hidayah nama pena dari Evita Eka Septiani, lahir di
Kulon Progo, 11 September 2001, adalah mahasiswi UNY. Beberapa puisinya masuk
ke dalam buku antologi bersama, antara lain: Butterfly Sastra Three Color Poetry
(2018), Paradigma Imaji I Welcome
September (2018), Tak Terucap (2018),
Kado Spesial Untuk Bunda (2018), Mencintai Ibunda Sehidup Sesurga (2018),
Superhero Berpuisi (2019), Stigma Bodong Bla.Bla.Bla (2019), Kembali Nol (2020), Kluwung Lukisan Maha Cahaya (2020). Tinggal di Galur Kulonprogo
***----------***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar