SIWI NURDIANI
Pembawa Obor yang Menggigil
malam
kau terus jalan
dengan
obor di tangan
dan
tubuh menggigil
pucat
wajahmu
terus
meracau tentang sepi
dan
api
pembawa
obor terus jalan
dengan
sepi di hati
dan
tubuh menggigil
pasi
wajahmu
terus
meracau tentang sendiri
dan
sepi
di
dalam bilik
api
cilik
aku
terbangun dari mimpi
aku
punya api
akan
kubagi hangatnya
agar
kau tak lagi menggigil.
Siwi Nurdiani, lahir di Kulonprogo 1 Desember 1983. Alumni Fakultas
Bahasa dan Sastra UNY ini sekarang mengajar di MTs Girimulyo. Pernah aktif di
komunitas Lumbung Aksara, dan telah menghasilkan beberapa novel, diantaranya Sihir Negeri Pasir (2012), Denting Hujan (2018) dan Gumam
Tebing Menoreh (2018). Sementara cerpen dan puisinya dimuat di beberapa
media cetak dan online. Tinggal di Girimulyo.
***----------***
R A H M A T
Gelombang Nafsu
Tidak harus semua tau
Namun
jangan
pernah berhenti mempelajari
Tidak
harus semua faham
Namun
jangan
pernah berhenti memahami.
Tidak semua cita-cita terkabul
Darimana
asal usul cita-cita
itu timbul
Tidak semua
pertanyaan menemukan
jawaban
Karena
rahasia waktu dan jaman.
Hidup
terlalu berharga
Bila
hanya memikirkan cercaan
Hidup
menjadi remeh temeh
Bila
hanya memikirkan
sanjungan.
Mengapa
harus mengejar angin
yang selalu
membayang di angan
Bukalah
mata hatimu, bung...
Betapa
luasnya jagat raya
Apa
kamu harus
sempurna
Bila rahasia takdir adalah
keindahan yang agung
Sidorejo, 1
September 2020
Rochmat, jebolan IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga. Pernah
menekuni berbagai bidang pekerjaan: buruh, petani, pedagang, hingga pendamping budaya. Puisinya masuk di buku Kluwung Lukisan Maha Cahaya (antologi puisi dan prosa komunitas
Sastra-Ku). Salah satu
Korcam di Dewan Kebudayaan Kulonprogo ini tercatat sebagai imam besar di salah satu masjid dusun Kwarakan,
Sidorejo, Lendah.
.
***----------***
YAYUK WAHYUDI
Langit Ungu
Kuuntai
sejuta harap
Kurangkai
dalam gelap
Meski
semesta gemerlap
Ruangku
tetap senyap
Kutimbun
sejuta ingin
Kupetik
satu satu
Kusimpan
dalam keping
Dalam
sanubari kelabu
Sejuta
kata lantunkan asa
Sepenggal
gagal lepas meronta
Meski
langit tak lagi biru
Dan
asa semburat ungu
Kutahu
kau bukan untukku
Sejuta
tahun menunggu
Tanpa
ragu
Sambil mekulukis
wajahmu
Di langit
yang tak lagi biru
Jadi
sandaran dukaku
Sorjati, Sept '20
Yayuk Wahyudi, adalah nama pena dari
Sri Rahayu Yustina S.IP., MA. Lahir di Purworejo 27 Desember 1963. PNS di
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kulonprogo yang masih meluangkan waktu
bergiat di Komunitas Sastra-Ku. Karyanya masuk di sejumlah buku antologi,
diantaranya: Weling Sinangling
(Antologi Geguritan Dinas Kebudayaan DIY, 2018) dan Tilik Wewisik (Antologi Geguritan Dinas Kebudayaan DIY, 2019), Kluwung Lukisan Maha Cahaya
(antologi prosa dan puisi komunitas Sastra-Ku, 2020).
Tinggal di Girimulyo Kulonprogo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar