DITA
WIRONO
Kelak
Kelak
Jika waktu itu datang
Maukah kau memelukku sekali lagi
Kita duduk menatap langit merah saga
Berburu sunset seperti biasanya
Kelak
Jika hari itu datang
Aku ingin menikmati kopi bersamamu
Mendengar cerita apapun tentang petualanganmu
Kelak
Jika hati masih ada
Aku ingin kamu menjadi orang pertama
Yang kutuju setelah corona
Tetaplah baik-baik saja
Kokap,
13 Juni 2020
Dita Wirono, lahir di Kulonprogo tanggal 24 April. Pernah bercita-cita menjadi
seorang Jurnalis, tapi ditentang oleh orang tuanya. Menyukai dunia fotografi
dan literasi sejak SD. Lebih memilih
menggunakan nama pena sebab tak pernah percaya diri dengan tulisannya. Bekerja
di sebuah lembaga non Pemerintah. Penggiat
dan kontributor web di tempat tinggalnya. Pemilik Instagram Epitaf Sunyi. Bukunya:
Langkah Sunyi (Novel, 2019), karyanya
juga masuk di buku antologi: Kitab
Asmaradhana (antologi puisi komunitas Sastra Saraswati), dan Kluwung Lukisan Maha Cahaya (antologi prosa dan puisi komunitas Sastra-Ku, 2020). Dan sebuah buku sejarah tentang desanya.
Tinggal di Kokap Kulonprogo.
*** ----- ***
EVITA AH
Gema Wacana
Degup lirih
mengalir
Dari hitam ke
putih
Mengalun dari
hilir
Diikuti deras
hujan gemericik
Menuju relung
hati
Berbisik
memberi harap setitik
Geming suara
hampiri
Gema menguasa
galaksi
Janji terpaku
dalam mega ilusi
Larut arungi
emosi
Kudiam tanpa
suara
Tegunku tak
henti mengusik
Sepi berdiri
atas duri
Di tiap
permintaan diri
Oceh insan
bersalah mengakui
Harapkan aksama
khilaf diri
Ragu tuk kuberi
Namun telah
kuberi dari hati
Sebelum datang
mengetuk pintu lirih
Gerbang aksama
terbuka luasa
Detik demi
detik berlari
Kutaklupa janji
semilir
Buat seribu
getir
Nyata depan
mata tak seiring
Beribu janji
palsu berdering
Terpa hamparan
licin
Untuk dipegang
tangan lilin
Maaf...,maaf...,maaf...
Bergema
melengking
Tapi cuma bagai
gunting
Hanya wacana
berguming
Melilit sayat
sayat duri
Maaf yang tak
terbukti
Karena riak tak
kunjung sunyi
Gulung ombak
menari
Tangis isak
sedih lubuk hati
Biarlah enyam
atma dini
Kulon
Progo, 2020
Evita Afida Hidayah nama pena dari Evita Eka Septiani, lahir di
Kulon Progo, 11 September 2001, adalah mahasiswi UNY. Beberapa puisinya masuk
ke dalam buku antologi bersama, antara lain: Butterfly Sastra Three Color Poetry
(2018), Paradigma Imaji I Welcome
September (2018), Tak Terucap (2018),
Kado Spesial Untuk Bunda (2018), Mencintai Ibunda Sehidup Sesurga (2018),
Superhero Berpuisi (2019), Stigma Bodong Bla.Bla.Bla (2019), Kembali Nol (2020), Kluwung Lukisan Maha Cahaya (2020). Penulis mulai mengikuti
beberapa kelas menulis online sejak kelas X SMA.
*** ----- ***
EW SUPRIHATIN
Pentas Cakrawala
Dinding lembayung senja
Batas cakrawala
Bias sinar manja
Menyinari gunung perkasa
Semilir bayu menghujam jiwa
Meniupkan kesejukan
Meredakan api yang berkobar
Membawa hati pada ketenangan.
Burung kembali ke sarang
Petani kembali pulang
Menuju kepasrahan
Pada hidup yang tak pernah berkesudahan
Gdn,13Juni2020
Eka Wardhani
Suprihatin, lahir di Sleman 15 April 1979. Menyelesaikan pendidikan S-1 jurusan
Ilmu Perpustakaan. Seorang pustakawan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kulon
Progo sejak 2010. Karya dalam buku antologi bersama: Sebuah Refleksi Makna Hari-Hari Besar (2019), Dongeng dan Cerita Anak Inspiratif (2019), dan Kluwung Lukisan Maha Cahaya (2020). Bisa disapa di akun FB-nya: Eka Wardhani, IG: @ewsuprihatin,
Whatsapp: 0857118198.
*** ----- ***
YAYUK WAHYUDI
Gemuruh Hati
Kujemput surya pagi
Ditemani nyeri di ulu hati
Bukan aku berburuk sangka
Bukan aku mendusta
Kala jiwa meronta
Menolak kodrat kasat mata
Ada hal yang tak terkata
Hanya jiwa bisa merasa
Semua terpaku semua ragu semua malu
Dan segudang tanya nengharu
Mengapa begitu?
Satu dari sekian ribu
Warna warni kehidupan yang aku tak tahu
Tapi kenapa, diriku yang kau pilih jadi ruangmu
Ketika aku tak kuasa
Terlena kau yang kasatmata
Aku lunglai tak berdaya
Dalam genggamanmu membuat banyak luka
Kala kau terbang aku tersadar, banyak hati terkapar
Hanya penyesalan yang terdampar di alam nyata tanpa daya
Sejenak aku melihat cahya meloncat mengumbah jiwa
Terang kembali nyala kutersadar berurai air mata,
Hanya itu yang aku bisa, sambil bersujud
Mohon pada yang Kuasa
Sertailah aku di manapun berada
Hanya setitik doa sebagai penyangga jiwa
Sorjati, Agustus 2020
Yayuk Wahyudi, adalah nama pena dari Sri
Rahayu Yustina S.IP., MA. Lahir di Purworejo 27 Desember 1963. Disela-sela ketugasan sebagai PNS
di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kabupaten Kulonprogo masih meluangkan waktu bergiat di Komunitas Sastra-Ku dan
Forum Sastra-Teater Kulonprogo. Karyanya masuk di sejumlah buku antologi,
diantaranya: Weling Sinangling
(Antologi Geguritan Dinas Kebudayaan DIY, 2018) dan Tilik Wewisik (Antologi Geguritan Dinas Kebudayaan DIY, 2019), Kluwung Lukisan Maha Cahaya (antologi prosa dan puisi komunitas Sastra-Ku, 2020). Tinggal di Girimulyo Kulonprogo.
*** ----- ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar