Sabtu, 01 Agustus 2020

K A R Y A


SANTI ASESANTI



Kosong adalah Isi


Kucari aksara-aksara di atas meja berdebu
Kucari kata-kata dalam laci pengap
Kucari kalimat pada papan tulis kosong

Semua hampa
Hanya sunyi kutemui

Larik-larik kerinduan kian panjang
Melebihi catatan waktu tentang sang mantan
Kebisuan masih menjadi jawaban

Nikmati perjalananmu, sayang
Izinkan ayah bunda menjadi tiang atas keraguanmu
Bersama meneguk setiap keresahan yang hadir

Di sini, aku pun belajar meminang sepi
Sebagai kekasih tanpa nama
Sebagai tempat pulang dari keterasingan

Ini bukan masa seperti perawan yang sedang dipingit menjelang pernikahan
Atau peradaban usang di mana tiada sesuap ilmu ditelan

Lihatlah
Di masjid senyap
Dalam kampus terkunci
Pada jalan-jalan lengang
Ada sebuah riwayat tentang amanat yang tersesat dalam ingatan kita
Ada sebuah khianat atas janji yang terlupa dalam ikrar suci kita kepada-Nya

Mari menikmati setiap perjamuan yang tak biasa ini

Pelangi_Kata, 31032020

 
Santi Asesanti, nama pena dari Fajri Susanti, lahir di Kulonprogo 1982.  Saat ini  mengajar di SD N Gadingan Wates Kulonprogo, beberapa kali mengikuti  finalis baca puisi di Puisi Pro yang diselenggarakan RRI Pro 2 Yogyakarta dan turut mengisi acara live baca puisi di wilayah Yogyakarta. Puisinya masuk di sejumlah buku antologi, diantaranya Cerita Hujan dan Bintang (GoresanPena, 2015), Dalam Secangkir Kopi (Pena House, 2016), Kedai Kopi Sastra (Penerbit BBK, 2019) dan Kluwung Lukisan Maha Cahaya (komunitas Sastra-Ku, 2020). Buku antologi puisi tunggalnya, Purnama Bulan November (Penerbit Arashi, 2020).
 
 *** ----- ***



AMBAR SETYAWATI



Pada Sunyi Aku Bercerita



Serupa bulan Juni yang menanti  hujan menyapa.. memeluknya dengan kesejukan.
Serupa bulan Desember yang mengharap terik mentari mengeringkan bunga-bunga cengkeh.
Serupa gurun pasir yang mendamba hijau rimbun dedaunan meneduhkan langkah.

Serupa puncak gunung yang  merindukan debur ombak menghanyutkan lara.
Serupa pantai yang menanti kabut dingin  mengusir penat...
Serupa kemarau yang menunggu pelangi melukis langit.

Itu aku...
Melolong..
Tangan terulur disambut angin..
Meniupkan getar perih yang enggan pergi..

Kau adalah hujan di bulan Juni ..
Kau adalah terik mentari di bulan Desember..
Kau adalah rimbun dedaunan di gurun pasir..
Kau adalah debur ombak di puncak gunung..
Kau adalah kabut dingin di antara pasir pantai.
Kau adalah pelangi di musim kemarau..

Tak mungkin ada..

Kau lenyap.. laksana kayu yang  dimangsa api.
Asap pekat meninggalkan perih di mata.
Dan jemari ini masih terulur berharap mampu menggenggam asap.

Samigaluh, 16 Juli 2020


Ambar Setyawati, lahir di Jakarta, 17 Oktober 1973. Menyelesaikan pendidikan D3 jurusan Sastra Arab di Fakultas Sastra Universitas Indonesia Jakarta (1995) dan  jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Terbuka Jakarta (2001). Sejak 1997 aktif mengajar Bahasa Inggris dan Seni Budaya di beberapa sekolah di Jakarta. Tahun 2011 meninggalkan Jakarta dan mengajar di SMK Ma’arif Nanggulan.  Karya dari alumni  workshop Belajar Menulis Sastra Jati Moncol ini masuk di buku Kluwung Lukisan Maha Cahaya (Antologi Puisi dan Prosa komunitas Sastra-Ku, 2020).


*** ----- ***


ROHMAT



Gemuruh Hati


Mengikuti derab ayunan langkah   kaki
Rehat di koma menuju titik
Kota desa sungai gunung dan lembah dilalui
Menyingkap makna hidup yg penuh teka teki.

Jejak rahmat "mu" di telusuri
Menyatu di genggam tangan "mu"
Terserab cinta "mu"
Lupa tergulung waktu.

Bakarlah api semangatmu
Gugahi cipta cambuki karsa
Ukirlah budi kendarai rasa
Jaringlah angin sigarlah bumi

Sirami ma'ul hayati
Antara khouf dan roja'i
Restu dan do'ai
Sholawat dan salami.


Rochmat, jebolan IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga. Pernah menekuni berbagai bidang pekerjaan: buruh, petani, pedagang (1997 sampai 2007), pendamping budaya (2014 – 2016), salah satu Korcam di Dewan Kebudayaan Kulonprogo (2010- 2020), dan kini aktif di Forum Seni Religi Kulonprogo. Karya tulis yang pernah dibuat  Pelaksanaan Dakwah di Desa Sidorejo (1994) dan  Seni Religi sebagai Kesenian Unggulan Kecamatan Lendah (2015). Beberapa puisi pernah dimuat laman Sastra-Ku. Saat ini tercatat sebagai imam besar di salah satu masjid dusun Kwarakan, Sidorejo, Lendah.
*** ----- ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...