WAHYU PURWADI
Dhia
Jika senja itu jingga...
katakanlah keindahanya
jika sinar rembulan itu terang
katakanlah eloknya
jika sinar bintang itu sendirian
katakanlah aku ingin menemaninya...
Pal-18,
2020
Wahyu Purwadi, lahir di Batang (Jawa tengah), 23 Agustus 1986. Alumni workshop Belajar Menulis Sastra Jati Moncol ini suka
traveling. Berpuisi merupakan salah satu kegiatan disela-sela kesibukannya
sebagai dosen di IKIP PGRI Wates. Pernah menjadi Presiden Mahasiswa dan sering
orasi di jalan menggunakan puisi. Puisinya masuk di buku antologi bersama,
diantaranya: Kluwung, Lukisan Maha Cahaya
(Antologi Komunitas Sastra-Ku). Bersama isteri tercinta dan putri semata
wayangnya tinggal di Lendah Kulonprogo.
*** ----- ***
ARDINI PANGASTUTI BN
Rinduku PadaMu
Ada kerinduan
Di tengah keriuhan
Namun betapa sulit tuk ungkapkan
Tentang rindu yang menggayuti kalbu
Tentang cinta yang sesaki dada
Cintaku padaMu
Yang tak lekang oleh waktu
Rinduku padaMu
Yang selalu bertalu
Dalam segala musim
Ya Rab-ku
Kusebut namaMu
Dalam setiap waktu
Kala rindu riuh bertalu
Sepenuh jiwa aku mendamba
Akan tetes cintaMu
Basahi hatiku
Basuh rinduku
Bangunjiwo, Yogyakarta, 12 -5-2020
Ardini Pangastuti Bn, lahir di Tulungagung (Jawa Timur), 16 November
1960. Ia seorang redaktur di beberapa majalah bahasa Jawa, diantaranya Jawa Anyar (1993-1996), Djaka
Lodhang (2009-2013), Pagagan (1991-sekarang), Sempulur (2017-sekarang). Pernah
memperoleh hadian Rancage tahun 2016 kategori karya sastra daerah terbaik untuk
novelnya Alun Samudro Rasa. Tulisannya,
baik dalam bahasa Jawa maupun Indonesia dimuat di sejumlah media cetak (Anita Cemerlang, Kedaulatan Rakyat, Wawasan,
Suara Merdeka, Cempaka, Ceria, dll).
Bukunya yang telah terbit berupa novel (Bumerang,
Nalika Prau Gonjing, dan Alun Samudro
Rasa), kumpulan cerkak (Nalika
Srengenge Durung Angslup dan
Pralambang), kumpulan geguritan (Kidung
jaman dan Lintang ing Langit Wengi).
Cerita bersambungnya yang pernah dimuat Langit
Perak ing Dhuwur Nusa Dua (Djaka Lodhang, 1990), Anggaraini (Mekar Sari, 1990), Garising
Papesthen (Mekar Sari, 1997) . Selain itu karyanya juga masuk di puluhan
buku antologi bersama.
*** ----- ***
DITA WIRONO
Sajak
Gila
-
Untuk seseorang yang kupanggil Sayang
Pernahkah kamu ingat sungai mana
yang memantulkan wajah kita.
Atau jas hujan mana yang pernah kita
pakai sebagai payung.
Atau
sandal mana yang kita pakai
setelah jauh menyusuri setapak berlumut.
Apa kamu masih mengingatnya?
Buah anggur Jawa kau curikan untukku
di kebun warga
Atau malam sepekat apa yang kita
lalui sepulang dari mengembara
Ini sajak gila yang pernah kutulis.
Ketika kamu menjadi satu-satunya
alasanku untuk tetap menulis.
Kamu ingat lengkung pelangi yang
tampak di Widosari
Atau semangkuk baso yang kamu pesan
untukku
Kamu masih menjadi alasanku untuk
tertawa
Setelah penat dan letih badan karena
bekerja
Semua tentangmu masih mengesankan
Meski genangan atau kenangan tak lagi diperdebatkan
Ketika tentang kita, mereka menjadi
diantaranya
Kokap,
2020
Dita Wirono, lahir di Kulonprogo tanggal 24 April. Pernah bercita-cita menjadi
seorang Jurnalis. Menyukai fotografi dan
literasi sejak SD. Lebih memilih menggunakan nama pena sebab tak pernah
percaya diri dengan tulisannya. Nama pena diambil dari seorang perempuan yang
sangat menginsipirasi hidupnya. Bekerja di sebuah lembaga non Pemerintah sambil
masih belajar di sebuah kampus swasta di Yogyakarta. Pemilik Instagram Epitaf Sunyi. Puisinya masuk di buku antologi bersama,
diantaranya: Kluwung, Lukisan Maha Cahaya
(Antologi Komunitas Sastra-Ku), Kitab
Asmaradhana (Antologi komunitas Sastra Saraswati), dan novel Langkah Sunyi. Tinggal di Kokap
Kulonprogo.
*** ----- ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar