Jembatan Bantar
Desember 1948 yang lalu
Kala korban berjatuhan
Darah mengalir tak karuan
Bajamu kokoh menahan
pilu
Hanya diam dan membisu
Agresi belanda merenggut nyawa
Jiwa sahid menjadi suhada
Rumah hangus menggusur segala
Jembatan Bantar kaulah saksinya
Kini ada dan terlupa
Yogyakarta 2019
***-------***
PUISI DWI MULYANINGSIH
Hanya Suara
Ibu pertiwi…
Kau terlelap bagai laut kehilanagan ombak
Burung-burung yang semula bebas di hutan
Digiring ke sangkar-sangkar
Tak bebas mengucapakan kicaunya
Hingga 17 agustus 1945
Sang proklamator teriak lantang merdeka
Negerinya terlepas dari kejam nya penindasan
Tanah surga nya kembali di pelukan ibunda
Meskipun begitu
Suara merdeka itu kini hanya sebuah suara
Juataan orang lapar tuan
Mereka lelap beralaskan tanah
Dan beratapkan langit merah
Mereka jua berhak berselimutkan sutra
Tuan bilang bangsa kita telah merdeka
Biarpun hasil bumi melimpah
Namun negeri kita masih terjajah
Budaya asing penuhi negeriku
Generasi bangsa tak lagi lestarikan budaya
***-------***
PUISI EKA FAID TAQIY
Ksatriyaku
Dua dasawarsa
Disini didekatku
Menjadi nafasku
Gelap terang kita bersama
Tangis tawa merasuk sukma
Hilang sudah lelah dahaga
Segalanya terasa dunia hanya milik kita
Kini tiba saatnya
Anak panah melesat dari busurnya
Gendewa yang direntangkan dengan kuat
Harus dilepaskan dengan ikhlas
Larilah, melesatlah bagai ksatriya di medan tempur
Tembuslah dada musuh tanpa kenal mundur,
kalahkan mereka dengan mata panahmu
Tunjukkan padaku
bahwa kamu mampu
***-------***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar