MARLIN
DINAMIKANTO
Senandung Cucak Rowo
Cucak Rowo terpikat
ulah branjangan yang selalu
seperti tukang yang habis gajian
berloncatan riang di sangkar
tidak kemana-mana
hanya mumbul-mumbul
asyik dengan dirinya
sebaliknya perkutut
sepanjang hari pamer suara
di sangkar - selalu memuji
ndoronya yang gemati
ngopeni sejak kecil
demi mendengar suara asli
bukan sindenan Bu Tjondro
yang sering dia dengar
dari kaset ndoronya
sedangkan burung beo
yang kakinya dirantai
sudah hafal Pancasila
seperti halnya Ndoro
anak-anak dan menantunya
hapal Pancasila di luar kepala
di luar kepala?
ya, seperti roda yang lepas
menggelinding jauh dari badannya
Ayam Bekisar di sebelahnya
sedih karena tidak bisa kluruk
kerjanya hanya menunggu babon
sambil mengeluh apa gunanya
makanan berlimpah di kandang
kalau seekor babonpun tak ada
Cucak Rowo juga sedih
tidak kebagian kandang
di sana banyak makanan
tidak seperti di luar
terbang liar dan lapar
Depok, 24 Oktober 2020
Marlin
Dinamikanto, lahir di Yogyakarta hingga uzurnya terus
mengembara. Saat muda pernah belajar puisi pada mediang Soewarno Pragolopati.
Setelah berkiprah sebagai aktivis dan jurnalis serta mendapatkan penghasilan
dari ghost-writer, sejak 2010 hingga sekarang kembali berpuisi. Buku puisi
tunggalnya: Yang Terasing dan mampus
(2018) dan Menyapa Cinta (2020).
-----***-----
EVA NURUL KHASANAH
Bersiap Nanti
Teramat sepi
untuk berkata sendiri.
Terlampaui jauh
untuk bertemu.
Kubiasakan sendiri
untuk bersiap apa saja nanti terjadi.
Memasang payung aku
sebelum datang hujan.
Dan basah aku
sebelum menepi.
Menepis harap.
Sidorejo, 29 Juli 2020
Eva Nurul Khasanah,
lahir di Kulonprogo 1 Juni 1999, mahasiswi
Prodi PBSI Universitas PGRI Yogyakarta (UPY).
Puisi berjudul "105 Kata untuk Mimpi Ku" mendapat juara 3 di
Pekan Jurnalistik yang diadakan oleh UKM Jurnalistik Persada UPY. Disela-sela
kuliah ia masih menyempatkan untuk menulis, mengajar TPA, berorganisasi dan
bekerja sebagai penjahit. Karyanya terhimpun di buku Kluwung Lukisan Maha Cahaya (2020). Sekretaris komunitas Sastra-Ku
ini tinggal di Lendah Kulonprogo.
-----***-----
ARDHI RIDWANSYAH
Puisi Malam Hari
Hinggap di rambutmu sebagai lalat,
Yang kau usir dengan sentuhan kasar,
Dari tangan yang gersang kasih,
Menyepak tubuh ringkih,
Sejauh mungkin dan tak kembali,
Sebab sibuk hati menyusun lagi,
Wajah lamur tak dikenali,
Menjelma puisi malam hari.
Jakarta, 2022
Ardhi
Ridwansyah, lahir di
Jakarta 1998. Karyanya dimuat media online. Sejumlah puisinya dimuat di buku
antologi bersama, antara lain: Banjarbaru’s Rainy Day. Buku puisi tunggalnya Lelaki yang Bersetubuh dengan Malam.
-----***-----
SUGIYANA
Laut dan Perempuan
Kita mesti mengarungi laut luas
Layar sudah terkembang
Tak mungkin bisa kembali, karena
Dermaga sudah dibongkar.
Jangan lampaui
Lengkung langit batas pandang
Indahnya di kaki langit saja.
Andai awang-awang tak punya cakrawala
Bablas tanpa batas
Kau tercebur sumur kengerian tuntas tak terperi.
Laut itu indah setara perempuan
Tapi laut juga monster terkuat dunia
Perempuan indah tak lain monster penghisap darah
Laki-laki tenggelam dalam pelukannya
Lalu mati kering tanpa darah.
Kulonprogo, 28-10-22
Sugiyana, lahir dan tinggal di Kulonprogo. Mengenal
seni dari SMKI, jurusan seni tari lulus tahun 1984. Masuk ISI Fakultas Non Gelar
lulus tahun 1989. Pengetahuan keseniannya diperoleh hanya dengan cara kerja
lapangan. Karena kondisi tidak memungkinkan kerja, ia justru ingin belajar
sastra, mengingat sastra juga menjadi salah satu minatnya.
-----***-----
SITI
DWI SUGIYARTI
Menghamda
Menghamba pada kata-katamu
mencibir hati nuraniku
hingga kuterjajah waktu
Seperti babi dicolokkan ke hidungku
berjalan mundur ke masa lalu
Ah....
kutak mau
Bantul,Jogjakarta,19.08.’18
Siti Dwi Sugiharti, lahir dan tinggal di Bantul Yogyakarta. Alumni magister pendidikan ini kesehariannya mengajar di SD N Ciren, Triharjo, Pandak, Bantul. Sejumlah puisinya dimuat media online dan buku antologi puisi bersama.
-----***-----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar