Sabtu, 29 Oktober 2022

K A R Y A

 

MARLIN DINAMIKANTO

 

Senandung Cucak Rowo

 

Cucak Rowo terpikat

ulah branjangan yang selalu

seperti tukang yang habis gajian

berloncatan riang di sangkar

tidak kemana-mana

hanya mumbul-mumbul

asyik dengan dirinya

 

sebaliknya perkutut

sepanjang hari pamer suara

di sangkar - selalu memuji

ndoronya yang gemati

ngopeni sejak kecil

demi mendengar suara asli

bukan sindenan Bu Tjondro

yang sering dia dengar

dari kaset ndoronya

 

sedangkan burung beo

yang kakinya dirantai

sudah hafal Pancasila

seperti halnya Ndoro

anak-anak dan menantunya

hapal Pancasila di luar kepala

di luar kepala?

ya, seperti roda yang lepas

menggelinding jauh dari badannya

 

Ayam Bekisar di sebelahnya

sedih karena tidak bisa kluruk

kerjanya hanya menunggu babon

sambil mengeluh apa gunanya

makanan berlimpah di kandang

kalau seekor babonpun tak ada

 

Cucak Rowo juga sedih

tidak kebagian kandang

di sana banyak makanan

tidak seperti di luar

terbang liar dan lapar

 

Depok, 24 Oktober 2020

 

Marlin Dinamikanto, lahir di Yogyakarta hingga uzurnya terus mengembara. Saat muda pernah belajar puisi pada mediang Soewarno Pragolopati. Setelah berkiprah sebagai aktivis dan jurnalis serta mendapatkan penghasilan dari ghost-writer, sejak 2010 hingga sekarang kembali berpuisi. Buku puisi tunggalnya: Yang Terasing dan mampus (2018) dan Menyapa Cinta (2020).

-----***-----

 

EVA NURUL KHASANAH

 

Bersiap Nanti

 

 

Teramat sepi

untuk berkata sendiri.

Terlampaui jauh

untuk bertemu.

 

Kubiasakan sendiri

untuk bersiap apa saja nanti terjadi.

Memasang payung aku

sebelum datang hujan.

 

Dan basah aku

sebelum menepi.

Menepis harap.

 

Sidorejo, 29 Juli 2020

 

Eva Nurul Khasanah, lahir di Kulonprogo 1 Juni 1999, mahasiswi Prodi PBSI Universitas PGRI Yogyakarta (UPY).  Puisi berjudul "105 Kata untuk Mimpi Ku" mendapat juara 3 di Pekan Jurnalistik yang diadakan oleh UKM Jurnalistik Persada UPY. Disela-sela kuliah ia masih menyempatkan untuk menulis, mengajar TPA, berorganisasi dan bekerja sebagai penjahit. Karyanya terhimpun di buku Kluwung Lukisan Maha Cahaya (2020). Sekretaris komunitas Sastra-Ku ini tinggal di Lendah Kulonprogo.

-----***-----

 

ARDHI RIDWANSYAH

 

Puisi Malam Hari

 

 

Hinggap di rambutmu sebagai lalat,

Yang kau usir dengan sentuhan kasar,

 

Dari tangan yang gersang kasih,

Menyepak tubuh ringkih,

Sejauh  mungkin dan tak kembali,

 

Sebab sibuk hati menyusun lagi,

Wajah lamur tak dikenali,

Menjelma puisi malam hari.

 

Jakarta, 2022

Ardhi Ridwansyah, lahir di Jakarta 1998. Karyanya dimuat media online. Sejumlah puisinya dimuat di buku antologi bersama, antara lain: Banjarbaru’s Rainy Day. Buku puisi tunggalnya Lelaki yang Bersetubuh dengan Malam.

-----***-----

 

SUGIYANA

 

Laut dan Perempuan

 

 

 

Kita mesti mengarungi laut luas

Layar sudah terkembang

Tak mungkin bisa kembali, karena

Dermaga sudah dibongkar.

 

Jangan lampaui

Lengkung langit batas pandang

Indahnya di kaki langit saja.

 

Andai awang-awang tak punya cakrawala

Bablas tanpa batas

Kau tercebur sumur kengerian tuntas tak terperi.

 

Laut itu indah setara perempuan

Tapi laut juga monster terkuat dunia

Perempuan indah tak lain monster penghisap darah

Laki-laki tenggelam dalam pelukannya

Lalu mati kering tanpa darah.

 

Kulonprogo,  28-10-22

 

Sugiyana, lahir dan tinggal di Kulonprogo. Mengenal seni dari SMKI, jurusan seni tari lulus tahun 1984. Masuk ISI Fakultas Non Gelar lulus tahun 1989. Pengetahuan keseniannya diperoleh hanya dengan cara kerja lapangan. Karena kondisi tidak memungkinkan kerja, ia justru ingin belajar sastra, mengingat sastra juga menjadi salah satu minatnya.

 

-----***-----

 

 

SITI DWI SUGIYARTI

 

 

Menghamda

 

Menghamba pada kata-katamu

mencibir hati nuraniku

hingga kuterjajah waktu

 

Seperti babi dicolokkan ke hidungku

berjalan mundur ke masa lalu

 

Ah....

kutak mau

 

Bantul,Jogjakarta,19.08.’18

 

 


Siti Dwi Sugiharti,
lahir dan tinggal di Bantul Yogyakarta. Alumni magister pendidikan ini kesehariannya mengajar di SD N Ciren, Triharjo, Pandak, Bantul. Sejumlah puisinya dimuat media online dan buku antologi puisi bersama.

 

-----***-----

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...