Sabtu, 06 Agustus 2022

K A R Y A

 

PULO LASMAN SIMANJUNTAK

 

 

 

Rumah Persungutan  

 

Berangkat dari kesesakan

Bukan penderitaan panjang

Penyakit turunan

Saling berdesakan

 

Takut rumah sakit bertingkat menyebalkan

Seribu keluhan didudukkan

Selalu saja suara gurun dipantulkan

 

Mengapa sering ada penyesalan ?

Jejakjejak perempuan terbayang

Berputar waktu dibuang kemandulan

 

Sudahlah, hanya Tuhan yang berperan

Sejak masuk dalam kebenaran

Hanya firman kini berteman

 

Dari mulai matahari terbenam

Sampai bulan memanjang

Hanya kukenangkenang

Khayalan tak berkesudahan

 

Pamulang,  30 April 2021

 

 

 

Menulis Sepanjang Enam Puluh Tahun

 

menulis puisi sepanjang enam puluh tahun

jarijari tanganku milik lansia yang tak pernah punya rumah

sepi dari nyanyian bayi

sunyi selalu membuntingi matahari pagi

 

kini jadilah aku pengembara

dengan tulang rusuk kanan masih terluka

untuk pujangga dari pulau sumatera

untuk pewarta yang tak pernah raih sarjana

 

menulis puisi sepanjang enam puluh tahun

jari-jari tanganku sukacita tidur di rumah duka

tak ada salam tuli dikumandangkan berulangkali sambil duduk bertapa

menghadap empat puluh wajah

yang menyiram bunga-bunga dengan airmata yang mengeluarkan suara-suara

dari bawah peti jenazah

kematianmu jadi saksi panjang

kita pernah berkelahi di gereja tanpa darah

menghapal ratusan ayat-ayat suci

dan berlari sampai jantungku terbanting

di aspal tikungan jalan taman kota

 

menulis puisi sepanjang enam puluh tahun

jari-jari tanganku banjir air hujan

menyantap sop daging ayam

impor dari negeri sial dan dendam

diiringi sirene ambulans kepalsuan

kami pulang penuh kecemasan

 

Pamulang, Minggu 20 Juni 2021

 

 




Pulo Lasman Simanjuntak
, lahir di Surabaya, 20 Juni 1961. Menulis puisi sejak SMP yang dimuat di ruang sanjak anak-anak Kompas tahun 1977. Sejumlah puisinya dimuat media cetak dan online seperti : majalah Nova, Suara Karya, Jayakarta, Berita Yudha, Media Indonesia, Koran Sindo, SKM.Simponi, SKM.Inti Jaya, Bhirawa, Cakra Bangsa,  negerikertas.com, Utusan Borneo, Sabah, Litera.co.id, majalahsuluh.blogspot.com, suarakrajan.com, majalah digital Apajake, dll.  Buku kumpulan sajak tunggalnya: Traumatik (1997), Kalah atau Menang (1997), Taman Getsemani (2016), Bercumbu Dengan Hujan (2021), Tidur Di Ranjang Petir (2021),  Mata Elang Menabrak Karang (2021), Rumah Terbelah Dua (2021). Sajaknya juga termuat di sejumlah buku antologi puisi bersama. Saat ini sebagai Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), tinggal di Tangerang bekerja sebagai wartawan media online.

 

***____________***

 

 

 

ANTO NARASOMA

 

 

 

Engkaulah Puisi Itu

 

Wanitaku

Engakulah puisi itu

yang menggelar kehidupan sebagai kata ungkap di dadaku

 

Begitu ikhlas kata kata berkelana

memasuki ruang diksi

yang kaya makna

Tak tahu lagi

berapa panjang rangkaian kata

yang mengucap cinta kita

 

Wanitaku,

engkaulah ibu bagi kehidupan

yang memendam kasih

di antara lafal huruf :

serangkaian firman-Nya

dalam aroma bunga

 

Segala isi dan kedalaman cinta atas lautan

maka engkaulah makna dari berjuta sajak yang mengandung marwah Kitabullah

 

dari ldahmu yang papah

kau seperti puisi

mengandung bahasa kias

seindah nada dalam lagumu

 

Bilakah kita melarung sampan ke dalam beningnya sungai musi

setelah asmara ini merangkai kata

di dalam aroma bunga bunga putih atas keharuman cinta kasihku?

 

10 Februari 2022

 

 

 

Sepotong Cinta Kita

(kepadamu, May)

 

lama kutatap

sepotong wajahmu

yang mengambang

pada ombak di hatiku

 

karena gejolak pandangan

itu pun, menghadirkan

bintikbintik cinta di dadaku

 

lalu seraut cinta

yang kau semat dalam katakata,

memeluk hatiku

di antara kehadiran diksi

seluas perasaan kita

 

o May,

kenapa kau tiba setelah

api ini berkobar membakar

hatiku?

 

lama kuraba debaran cintamu. dari ketajaman

katakata di dalam sajakmu

yang ramah kecupan

 

lalu aku berdiri di depan

kalimat  rindu

setelah katakata cinta

merangkul hatimu

 

kapan kita menyatu

setelah lebaran berlalu

lewat cinta kita, May?

 

25 Mei 2022

 

 

 


Anto Narasoma,  puisi-puisinya tersebar di media cetak dan online. Menjadi pembicara sastra di berbagai even yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Sumsel, Balai Bahasa Sumsel dan sejumlah kampus. Tinggal di Palembang sebagai seorang wartawan.

 

***____________***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...