Sabtu, 09 April 2022

 K A R Y A

 

 YUSTINA  EKA

 

Sebatang Pohon Cemara

 

 Sebatang pohon cemara meranggas

Satu daun tak sisa

Berdiri tegak berkawan deburan ombak

Pasir tersibak sampah berserak

 

Kulit batang cemara  berkelupas luas

Ranting - ranting runcing berayun rela

Beberapa  kering rapuh

Menunggu jatah jatuh

 

Sebatang pohon cemara di  tepi pantai

Akar enggan berhenti

Menyesap remah air juga  zat gizi

Harap daun mungil menyembul pagi hari

 

Sebatang pohon cemara  tak bergeming

Hempasan laju angin samudra

Hanya pelan liukkan batangnya

Tak nampak kasat mata

 

Ketika senja membuka pintunya

Sebatang pohon cemara setia lakoni takdirnya

Bukankah itu bagian sejarahnya?

 

Pantai Bidara Panjatan, Maret 2022

 

Yustina Eka Astutiningsih, lahir di Kulonprogo, 1 April 1976. Penulis dengan aktivitas keseharian sebagai kepala dusun dan  mengurus rumah tangga. Senang nulis aforisma. Buku aporismanya berjudul Bergejolak itu Tidak Tabu (2016).  Sedang belajar menulis puisi dan cerpen. Karya dari alumni workshop Belajar Menulis Bersama, Jati Moncol ini dimuat di buku Kluwung Lukisan Maha Cahaya dan Duhkita.   Tinggal  di Giripeni Wates.

 

 *****_____*****

 

DEANDRA MARHAENDRA

 

Terhapus Enyahkan Jiwa

 

Semua terhapus, entah apa aku bisa

Berdiri lagi di pelupuk suara-suara

Tentu membayangi jiwa, meluluhkan rasa

Memoriku seakan ditelan oleh prasangka

 

Terlumat genangan hujan yang turun

Malam di bawah genang, remukan lamun

Bulan tak bergeming diusung pilu

Terpeluk mendung petang terguncang semu

 

Haruskah sabar menjadi obat yang layak aku telan kembali

Setelah ia mencoba meracuniku dengan segenap rasa kecewa

Membutakan mata mentulikan telinga dan menipu hati

Inginku buang sabar itu dari depan mataku lalu ku injak-injak hingga tak bersisa

 

Sebab aku tak tau lagi bagaimana ini bisa aku lalui

Kenangan yang berjuta-juta hilang sirna tak bersisa

Akibat lalai diri entah sebab musabab kondisi

Kutau hatiku hancur tak bersisa meski selalu akan dan akan ada bangkit disetiap rasa kecewa

 

 Kulon Progo, 23 Desember 2021

 

Deandra Marhaendra, suka sekali dipanggil Andra. Lahir 19 tahun lalu tepatnya pada tanggal 12 April 2002 di Kota Wates, Yogyakarta. Si jutek yang hobi olahraga ini bercita-cita menjadi seorang pengusaha sukses. Beberapa puisinya masuk dlam Antologi Puisi Ibu Bumi Bapa Angkasa (Disbud KP, 2021).  Kicauannya kadang terselip di akun Facebook Andra dema dan akun Instagram deandra_48. Sekarang bertempat tinggal di Gang Mina, RT 04, RW 15, Klayonan Kedunggong, Wates, Kulon Progo, DIY. Andra dapat di hubungi di no. telp: 088216636931 atau no WA : 083103569522

 

*****_____*****

 

ABIYASA IQBAL AULA


 Kopi

 

Kopi menjadi puncak ekstase ketersendirian

anak indie di sore hari yang dijahit

Sebab tadi siang bolong-bolong

Bolong melubang yang bulat-bulat

tinggal lubang di cangkir kopi

Belum pernah aku jumpai cangkir kopi yang persegi

Belum pernah juga aku sendiri

Menjadi muda-mudi yang jalan kaki

di pinggir pantai menikam senja

Sebab Ketersendirian tak ingin aku gadaikan

Ia hanya akan kubagikan kepada anak indie

yang segitiga (sama sisi) Bermuda.

 

3 Februari 2022

 



Abiyasa Iqbal Aula, Lahir di Gunung Kidul, 12 September 2001. Hobi menulis puisi sejak SMK, karena seperti remaja-remaja pada umumnya yang mulai kasmaran dan ingin mengungkapkan perasaannya pada kekasihnya lewat puisi. Sekarang tengah menempuh pendidikan sebagai mahasiswa di Prodi Aqidah dan Filsafat Islam, UIN Sunan Kalijaga. Medsos : ig @Abiyasa_iqbal_aula FB : Abiyasa Iqbal Aula

 

______________________________________________________________________

 Persemaian

 Minggu ini laman Sastra-Ku kembali menghadirkan dua karya persemaian.

 ______________________________________________________________________



JULI ARNA TS

 

Hujan Sepertiga Malam

 

Sepertiga malam kelam…

Rintik hujan turun berirama

Mengantarkan sebuah kisah dalam drama

Mengalun bersama alunan angin malam

Mengisi lamunan...

Menggapai khayalan…

Tanpa kata, tanpa nada…

 

Semesta bicara tanpa suara

Seakan buta aksara

Beradu dengan nestapa

Menatap seruan hina yang menyayat jiwa

Menusuk hingga rindu menyeruak keluar

Dengan tarikan nafas gusar

Melayang-layang meski langit tanpa bintang

Mendayu suara daun berjatuhan

Terlukis, tertulis, tergaris...

Oh hujan sepertiga malam…

 

 Kulon Progo, 11 Maret 2022

 

Juli Arna TS, siswi SMP Negeri 1 Panjatan Kulonprogo.

 

 

*****_____*****

 

NURAINI OKSIDA

 

Semesta Berpihak Padaku

 

Semesta sedang berpihak padaku

Pada riuhnya rindu yang bertalu

Pada titian cerita penuh warna

 

Semesta sedang berpihak padaku

Saat kulihat lagi derai tawa bahagianya

Saat kutemukan lagi binar indahnya

 

Sang Pemilik Semesta telah menjawab tanyaku

Malaikat kecil yang selalu bersemayam di hati

Kini menampakkan cahaya kembali

Dan perlahan mulai mengepakkan sayapnya

Berucap akan menghadapi dunia

Menebarkan rangkaian pelangi tanpa henti

 

Senyum itu ...

Selalu lekat di mataku

Mata bening itu ...

Selalu menjadi semangatku

Harapannya ...

Adalah sumber kekuatanku

Kebahagiaannya ...

Terukir selalu dalam panjat doa-doaku

 

Aku kembali terlarut dalam sujudku

Dia yang terindah

Ada di tengah lautan berkah

Menggapai asa yang terus tumbuh di jiwanya

Duhai Pemilik Jiwaku ...

Kini menitik airmata haru

Betapa semesta telah berpihak padaku

 

 Madiun, 6 Maret 2022

 

Nuraini Oksida, asal dari kota Malang. Lahir  26 Oktober 1977. Tinggal di Winongo, kota Madiun.  Saat ini menjadi guru honorer di MI Muhammadiyah Madiun. No. WA 085706800398.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...