K A R Y A
Sebatang Pohon Cemara
Satu
daun tak sisa
Berdiri
tegak berkawan deburan ombak
Pasir
tersibak sampah berserak
Kulit
batang cemara berkelupas luas
Ranting
- ranting runcing berayun rela
Beberapa kering rapuh
Menunggu
jatah jatuh
Sebatang
pohon cemara di tepi pantai
Akar
enggan berhenti
Menyesap
remah air juga zat gizi
Harap
daun mungil menyembul pagi hari
Sebatang
pohon cemara tak bergeming
Hempasan
laju angin samudra
Hanya
pelan liukkan batangnya
Tak
nampak kasat mata
Ketika
senja membuka pintunya
Sebatang
pohon cemara setia lakoni takdirnya
Bukankah
itu bagian sejarahnya?
Pantai
Bidara Panjatan, Maret 2022
Yustina Eka Astutiningsih,
lahir di Kulonprogo, 1 April 1976. Penulis dengan aktivitas keseharian sebagai
kepala dusun dan mengurus rumah tangga.
Senang nulis aforisma. Buku aporismanya berjudul Bergejolak itu Tidak Tabu (2016). Sedang belajar menulis puisi dan cerpen. Karya
dari alumni workshop Belajar Menulis Bersama, Jati Moncol ini dimuat di buku Kluwung Lukisan Maha Cahaya dan Duhkita. Tinggal
di Giripeni Wates.
DEANDRA
MARHAENDRA
Terhapus Enyahkan Jiwa
Semua
terhapus, entah apa aku bisa
Berdiri
lagi di pelupuk suara-suara
Tentu
membayangi jiwa, meluluhkan rasa
Memoriku
seakan ditelan oleh prasangka
Terlumat
genangan hujan yang turun
Malam
di bawah genang, remukan lamun
Bulan
tak bergeming diusung pilu
Terpeluk
mendung petang terguncang semu
Haruskah
sabar menjadi obat yang layak aku telan kembali
Setelah
ia mencoba meracuniku dengan segenap rasa kecewa
Membutakan
mata mentulikan telinga dan menipu hati
Inginku
buang sabar itu dari depan mataku lalu ku injak-injak hingga tak bersisa
Sebab
aku tak tau lagi bagaimana ini bisa aku lalui
Kenangan
yang berjuta-juta hilang sirna tak bersisa
Akibat
lalai diri entah sebab musabab kondisi
Kutau hatiku hancur tak bersisa meski selalu akan dan akan ada bangkit disetiap
rasa kecewa
Deandra Marhaendra,
suka sekali dipanggil Andra. Lahir 19 tahun lalu tepatnya pada tanggal 12 April
2002 di Kota Wates, Yogyakarta. Si jutek yang hobi olahraga ini bercita-cita
menjadi seorang pengusaha sukses. Beberapa puisinya masuk dlam Antologi Puisi
Ibu Bumi Bapa Angkasa (Disbud KP, 2021).
Kicauannya kadang terselip di akun Facebook Andra dema dan akun Instagram
deandra_48. Sekarang bertempat tinggal di Gang Mina, RT 04, RW 15, Klayonan
Kedunggong, Wates, Kulon Progo, DIY. Andra dapat di hubungi di no. telp:
088216636931 atau no WA : 083103569522
*****_____*****
Kopi
menjadi puncak ekstase ketersendirian
anak
indie di sore hari yang dijahit
Sebab
tadi siang bolong-bolong
Bolong
melubang yang bulat-bulat
tinggal
lubang di cangkir kopi
Belum
pernah aku jumpai cangkir kopi yang persegi
Belum
pernah juga aku sendiri
Menjadi
muda-mudi yang jalan kaki
di pinggir
pantai menikam senja
Sebab
Ketersendirian tak ingin aku gadaikan
Ia
hanya akan kubagikan kepada anak indie
yang
segitiga (sama sisi) Bermuda.
3
Februari 2022
Abiyasa Iqbal Aula,
Lahir di Gunung Kidul, 12 September 2001. Hobi menulis puisi sejak SMK, karena
seperti remaja-remaja pada umumnya yang mulai kasmaran dan ingin mengungkapkan
perasaannya pada kekasihnya lewat puisi. Sekarang tengah menempuh pendidikan
sebagai mahasiswa di Prodi Aqidah dan Filsafat Islam, UIN Sunan Kalijaga. Medsos
: ig @Abiyasa_iqbal_aula FB : Abiyasa Iqbal Aula
______________________________________________________________________
JULI ARNA TS
Hujan Sepertiga Malam
Sepertiga
malam kelam…
Rintik
hujan turun berirama
Mengantarkan
sebuah kisah dalam drama
Mengalun
bersama alunan angin malam
Mengisi
lamunan...
Menggapai
khayalan…
Tanpa
kata, tanpa nada…
Semesta
bicara tanpa suara
Seakan
buta aksara
Beradu
dengan nestapa
Menatap
seruan hina yang menyayat jiwa
Menusuk
hingga rindu menyeruak keluar
Dengan
tarikan nafas gusar
Melayang-layang
meski langit tanpa bintang
Mendayu
suara daun berjatuhan
Terlukis,
tertulis, tergaris...
Oh
hujan sepertiga malam…
Juli Arna TS,
siswi SMP Negeri 1 Panjatan Kulonprogo.
*****_____*****
NURAINI
OKSIDA
Semesta Berpihak Padaku
Semesta
sedang berpihak padaku
Pada
riuhnya rindu yang bertalu
Pada
titian cerita penuh warna
Semesta
sedang berpihak padaku
Saat
kulihat lagi derai tawa bahagianya
Saat
kutemukan lagi binar indahnya
Sang
Pemilik Semesta telah menjawab tanyaku
Malaikat
kecil yang selalu bersemayam di hati
Kini
menampakkan cahaya kembali
Dan
perlahan mulai mengepakkan sayapnya
Berucap
akan menghadapi dunia
Menebarkan
rangkaian pelangi tanpa henti
Senyum
itu ...
Selalu
lekat di mataku
Mata
bening itu ...
Selalu
menjadi semangatku
Harapannya
...
Adalah
sumber kekuatanku
Kebahagiaannya
...
Terukir
selalu dalam panjat doa-doaku
Aku
kembali terlarut dalam sujudku
Dia
yang terindah
Ada
di tengah lautan berkah
Menggapai
asa yang terus tumbuh di jiwanya
Duhai
Pemilik Jiwaku ...
Kini
menitik airmata haru
Betapa
semesta telah berpihak padaku
Nuraini Oksida,
asal dari kota Malang. Lahir 26 Oktober
1977. Tinggal di Winongo, kota Madiun. Saat
ini menjadi guru honorer di MI Muhammadiyah Madiun. No. WA 085706800398.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar