M A R W A N T O
Duka Tak Lagi Abadi
tuan Sapardi
di hari yang penuh hablur
izinkan aku mendoakan lewat puisi
semoga dipanjangkan nikmatnya kubur
setahun sudah tuan kembali
ke pelukan yang maha tinggi
kini saatnya aku minta ridamu
untuk meraih puisimu-puisimu
yang menggantung di langit mimpi
lalu, izinkan aku
menanam puisi-puisimu
di ladang dan halaman rumah
hingga suatu saat entah
kupanen untuk anak cucu
agar jiwa-raga tetap padu
--dan, duka tak lagi
abadi
Wisma_Aksara, Juli 2021
Marwanto, menulis esai, puisi dan cerpen di sejumlah
media cetak/online, baik lokal maupun nasional. Buku karyanya antara lain: Kado Kemenangan (cerpen, 2016), Demokrasi Kerumunan (esai, 2018), Hujan Telah Jadi Logam (cerpen, 2019)
dan Menaksir Waktu (puisi, 2021). Karyanya
juga tesiar di sekitar 30 buku antologi
bersama. Tinggal di Jalan Kiai Bathok
Bolu Wahyuharjo Lendah Kulonprogo.
.
***----------***
DWI RISWANTO
Pujangga Sejati
Sepertinya
baru kemarin engkau pergi
Ternyata
sudah setahun tinggalkan kami
Tanpamu...,
tahun ini "hujan bulan Juni"
meraung seorang diri
Meratap
sepi, menyisakan sunyi
Kini
dan nanti
Tak
kan kulihat lagi,
Topi
pet cokelat yg selalu tersemat
Menghiasi
saat kau larut lantunkan puisi
Sampai
saat ini
Tak
bisa kutemukan lagi
Cara
lain "mencintai dengan sederhana"
Mereguk
mesra "sajak kecil tentang cinta"
Dan
sekarang
Aku
hanya bisa mengenang
Kau
yg telah berpulang
Jiwamu
terbang menghilang
Menembus
"cakrawala"
Yang
tuntas "kau tebas jaraknya"
Hari-harimu
sudah berlalu
Ragamu
kembali ke bumi, karyamu membumi...
Karena
"yang fana adalah waktu, kita Abadi"
Yk, 19 Juli 2021
Dwi Riswanto S, alumni UGM Yogyakarta. Penyuka puisi-puisi Sapardi Djoko Damono ini adalah seorang pustakawan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kulonprogo. Karyanya menghiasi sejumlah media cetak/online dan buku antologi bersama. Tinggal di Bantul Yogyakarta.
***----------***
SANTI ASESANTI
Tentang Juni
Aku kembali
terjebak pada "Hujan Bulan Juni"
Setelah sekian
lama rintik bersemayam di gulungan mendung
Namun di Juni
ini
Rintik perlahan
menderas mengecup tanah kerontang
Dan aku merasa
kembali pada rindu yang tumbuh di bulan Juni
Ketika kuyup
merekah
Kau sedang
duduk di depanku
Mengunjungi
gubuk sunyiku yang lama kau biarkan berdebu
Lalu dari
matamu yang (dulu) penuh rahasia
Telah kusingkap
bunga rasa
Baurkan aroma
kasih
Resah
berguguran
kuburkan diri
di lahan ingatan
Inikah yang kau
simpan di musim-musim yang lalu
Pelangi_Kata,
180618
Santi Asesanti, nama pena
dari Fajri Susanti, lahir di Kulonprogo 1982. Puisinya masuk di sejumlah buku
antologi bersama, diantaranya Cerita
Hujan dan Bintang (2015), Dalam
Secangkir Kopi (2016), Kedai Kopi
Sastra (2019), Kluwung Lukisan Maha
Cahaya (2020), Tanah Air Puisi
(2021) dan Duhkita (2021). Antologi
puisi tunggalnya, Purnama Bulan November
(2020) dan Lorong Ingatan(2021).
Tinggal di Wates Kulonprogo.
***----------***
========
Edisi
kali ini laman Sastra-Ku juga memuat puisi karya peserta bimtek cipta puisi
yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Kabupaten Kulonprogo pada bulan Maret
lalu.
========
YASIN MANIK HAWA
G
u l i t a
Netraku
terbelalak dari butanya,
Ternyata sama
saja, gulita masih merajainya.
Pelan, langkah
hati bangkit menjelajah gulita.
Kupikir
berdetak, ternyata sunyi sekali ekspedisi kegelapan ini.
Ribuan tanya kuteriakkan
mengusir kesunyian diri.
Adanya hanya
gaung terngiang,
tak menjawab
segala ragu di hati,
Adanya hanya
penjaga malam,
tak mampu usir
sunyi,
Adanya bayangan
hadirmu, masih tak nampak,
samar pun tak
tunjukkan tanda.
Adakah masalah
darimu wahai sang Arif?
Adakah jawab
kemana harusnya kalbu ini berpijak?
coretan mikha
Kulon
Progo, 1 Juli 2021
Yasin Manik Hawa (biasa dipanggila Hawa),
lahir 17 tahun lalu di Kulon Progo 11 Desember 2003, pelajar di SMAN 1 Sentolo.
Menyukai musik dan tanaman. Minat menulis puisi sejak masuk SMA, terlebih
dengan mengikuti Bimtek Cipta Puisi kategori SMA pada Maret lalu, membuatnya ingin
mempelajari puisi lebih dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar