SUYATRI
Secangkir Kopi
Jangan
memberi pengertian kopi dari pahitnya rasa
Nikmatilah,
Tak
usah diaduk
Agar
pahit itu mengajarkan tentang hidup.
Setelah
menyeruput kepahitannya
Bergelayutan
segala pikir
Temukan
inspirasi dari rasanya.
Kopimu
mengental
Meminta
jiwa untuk bersabar
Hangatnya
air akan memberimu nyaman
Saat
kebekuan mendera
Dingin
berlahan pergi
Seciicip
kau rasakan manis.
Nikmatilah
bahagiamu di akhir makna.
Biarkan
ampas terendap.
Anggaplah
sebagai ujian dari sebuah perjalanan di pengembaraanmu
Rokan Hulu, 4 Oktober 2020
Suyatri Yatri lahir di Padang
Siminyak, 24 Agustus 1979, tinggal di Rokan Hulu Riau. Sudah banyak karya
tergabung dalam antologi bersama dan juga karyanya terbit di media cetak dan on
line. Pos_el. yatri.yatri03@gmail.com
.
***----------***
DITA WIRONO
Sepasang
Masih tentang
Jodoh yang selalu disemogakan
Ketika kita menjadi sepasang musim
Yang tak pernah dipertemukan
Seiring dan tak akan pernah sejalan
Kamu musim penghujan
Aku kemarau pemeluk kematian
-tandus gersang
Sepi dan sunyi
Ketika kita menjadi sepasang buku halaman
Dibuka beruntun tanpa pernah bisa bersamaan
Kamu di depan aku di belakang
Saling mengikuti dan bergandengan
Beriringan tak pernah dibersamakan
Dan aku masih menyemogakan
Apa yang kau inginkan
Mengaminkan apa yang kau doakan
Meski aku tahu
sepasang tak selalu bersatu
Kokap, 20 Oktober 2020
Dita Wirono,
lahir di Kulonprogo tanggal 24 April. Pernah bercita-cita menjadi seorang
Jurnalis, tapi ditentang oleh orang tuanya. Menyukai dunia fotografi dan literasi sejak SD. Lebih memilih menggunakan
nama pena sebab tak pernah percaya diri dengan tulisannya. Bekerja di sebuah
lembaga non Pemerintah. Penggiat dan
kontributor web di tempat tinggalnya. Pemilik Instagram Epitaf Sunyi. Bukunya: Langkah Sunyi (Novel, 2019), karyanya juga masuk di buku antologi: Kitab Asmaradhana (antologi puisi
komunitas Sastra Saraswati), dan
Kluwung Lukisan Maha Cahaya (antologi prosa dan puisi komunitas
Sastra-Ku, 2020). Tinggal di Kokap Kulonprogo.
***----------***
KIDUNG PAMUNGKAS
Rindu
Rindu kadang
tak terbendung
Meski
mendung memulangkan hujan ke bumi
Kangen
- rindu tetaplah saudara dengan nyanyian angin
Meninggalkan
genangan kenangan yang tak kunjung surut
Lalu
lalang hiruk pikuk pasar. riuh
manusia yang gegap gempita
Dan
setiap orang sibuk dengan kenangan,
rindu
dan pikirannya sendiri. hakikatnya
sepi, menepi.
Kuseruput
secangkir kopi gemplong
yang
ditumbuk dengan lesung
oleh
simbah
tua bersenjatakan alu
Sepiring
tempe benguk bersanding cabe rawit
pedas
kemranyas menggigit
rasa
ku luruh,
luluh...
rinduku
tak terbendung,
akankah
rindumu terbendung mendung?
17 Oktober 2020
Kidung Pamungkas, nama pena dari Sugeng Winarto, lahir di Kebumen 28 Maret 1983. Pernah kuliah di Akademi Keperawatan Karya
Nhakti Husada Yogyakarta. Kini sebagai pelaku supranatural yang mencintai
budaya Jawa.
***----------***
SITI WAHYUNI
Kau
Pada jiwa yang tak nampak
Aku terus menghindarimu
Namun aku tak tahu
Kau dimana
Pada jiwa yang tak kasat mata
Aku berlari menjauhimu
Namun aku tak tahu
Kau dimana
Pada jiwa yang tak terlihat
Namun ada sifat jahat
Yang harus aku sekat
Agar kau tak mendekat
Aku harus kuat
Aku harus semangat
Agar tak jadi laknat
Seputar Alwa ,13 Agustus 2020
Siti Wahyuni
S.Pd, lahir di Kulonprogo 22 Februari 1976. Alumni UNY (Pendidikan Geografi) dan UT (PGSD).
Saat ini mengajar di SD Negeri Percobaan 4. Menulis puisi sejak SMP. Tinggal di Kedungdowo Wates.
***----------***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar