Jumat, 28 Juni 2019

KARYA

PUISI MARWANTO


Lukisan Maha Cahaya
                        --pasca_putusan_MK

Jika kau tidak menerima kekalahan pada pertandingan yang adil
Kau lebih rendah dari pecundang kerdil
Jika kau menerima kekalahan pada pertandingan yang curang
Kau seorang yang kuat berhati lapang
Jika kau memandang hidup hanya sebatas menang dan kalah
Kau tak lebih petarung penuh amarah
Jika kau memandang hidup hanya dari sisi benar dan salah
Kau adalah guru yang pongah
Jika kau memandang hidup hanya berisi urusan baik dan buruk
Kau adalah pendakwah yang mabuk
Dan,  jika kau hanya ingin merangkul yang indah
Tak usahlah beranjak dari maqom bocah
Sesekali, dekaplah. Peluklah. Yang jelek itu...
            Agar tahu bau ketek mu ...          
Lukislah hidup dengan warna Illahi
Meski bukan hak kita untuk mewarna
Cukuplah memantulkan yang Maha Cahaya
Itupun kalau diri terpahami
Hiduplah bersama warna-warni
Nisacaya Ia tak akan pangling
Pada nisan kita masing-masing
           
Kulonprogo, 28 Juni 2019


 ***-------***



 PUISI TRI WAHYUNI



Pucuk Sangketa 2019

"Sebenarnya begini"
"Tidak,Sebenarnya begitu"
Semacam beberapa tahun lalu saja

Pikiran rakyat terbelah, sesuai kabar yang ia cerna
Ikut meramaikan perjuangan tanpa tau sebenarnya apa

Sampai akhirnya menuju lembaga yang akan memberi putusan final dan mengikat seluruh elemen
Pemohon mengajukan dugaan yang selama ini membuatnya geram
Termohon memperjuangkan apa yang harus diperjuangkan

Tenang, ramai, seksama, debat
Sudah 5 kali sidang demi persatuan berlangsung

(Atas nama ketakutan kepada Tuhan,
Terpatahkan sudah semua dugaan)

Indonesia akan dipimpin sosok yang sama selama 2 periode
Barakallah

Kulon Progo,27 Juni 2019


  ***-------***



PUISI ASTI WIDAKDO

Maaf

Malam ini gelap
Dingin menggigil
Menusuk relung relung
Kalbu

Bintang gemintang tersenyum kecut
Berhamburan di langit
Ruang otak
Kepala botak

Haha
Tadi tidak seperti ini
Sekarang tidak seperti itu
Batang rokok telah habis
Terbakar bibir
Mencibir
Langit sore tadi

Cerahnya tersambar petir
Dari bibir
Ketir ketir
Membekas tak tahu akhir

Sulut saja rokok itu
Lagi
Lalu hisab dalam dalam
Biar hangat malam kelam
Walau langit hati buram

Dan Kabulkanlah
Karena Tuhan bersemayam
Disini
Untukmu

Lendah, 28 Juni 2019



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...