Menang Menjadi Arang
Kalah Menjadi Abu
Rasa lapar
Rasa haus
Keserakahan
Ketamakan
Tipu daya
Kecurangan
Sihir
Culas
Para srigala
Para hyena
Para tikus
Para rayap
Para lintah
Dalam lumbung
Dalam kekuasaan
Dalam kebengengisan
Mendulang asa
Mendulang suara
Mendulang percaya
Mendulang kuasa
Patah
Hancur
Musnah
Satukan kekuatan
Satukan keluarga
Satukan tekad
Hancurkan fitnah
Hancurkan dusta
Hancurkan janji
Hancurkan kebohongan
Cara sudah
Gelora sudah
Rencana sudah
Taktik sudah
Percaturan dimulai
Hancurkan pion
Musnahkan benteng
Leburkan elite
Jatuhkan perdana menteri
Singkirkan ratu
Lengserkan raja
Rakyat murka
Raja durhaka
Kroni merajalela
Musnahkan zionis
Sekuat apa
Sedaya apa
Sekeras apa
Hukum alam bicara
Penguasa semesta murka
Ulama berdoa
Rakyat kesahkan asa
Panggilan jiwa
Bangkitkan nusantara
Kemenangan dirasa
Waktunya musnahkan
Tirani
Penjajah
Pendusta
Penguasa
Satu tekad
Satu asa
Satu rasa
Merongah kayu
Menjadi abu
Bara api
Bara massa
Bara jeritan
Bara penindasan
Bara pembodohan
Musnah....
Hancur...
Porak poranda....
Kauman, 2019
***-------***
PUISI DWI WINARNO
Abai Tuai Kehancuran
Biarlah... jika angin harus bergerak sesuka hati
Kebarat, timur, selatan atau keutara
Hempaskan apa yang ada
Sesuaikan diri tanpa harus tersakiti
Tingginya kecepatan karena perbedaan yang tak sewajarnya
Gerak angin hanya ingin seimbangkan keadaan
Panasnya alam kabarkan betapa rakusnya manusia pada ruang
Hilangkan pohon-pohon seakan tak butuh keteduhan
Kosongkan lahan perluas kegundulan
Ganti dengan bangunan bangunan
Semena-mena seakan dewa kekuasaan
Sampah berserakan gantikan rumput ditaman
Mahalnya keindahan alam karena tangan-tangan kita
Curah hujan luapkan air tanpa resapan
Hanyutkan semua angan dan kenyataan
Apa yang salah...
Ketika hujan juga diharapkan
Kita hanya butuh menyesuaikan
Sinergi dengan alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar