Sabtu, 17 Desember 2022

 

K A R Y A

 

 AGOES ANDIKA, ASK

 

Meneguk Air Pundukdawa

 

 

Dahaga ini memilih waktu

menetes dalam putaran angin

menjaga lelap terpasung matahari

dari terik berhari-hari

menyetubuhi lelahku

berkeringat masa lalu

perlahan tertanam di jalanan  berbatu

 

Air memutih kemudian

dari ketinggian

rinduku tertiup ke luhur kening

menjadi rerumputan tumbuh di celah

dan kamboja juga merimbun

berbunga rindu

melapis mataku menetaskan airmata

 

Sungguh; aku rindu memeluk kabut

dan dingin  menyelimut wajahku

sepanjang kisah berawal

tanah bukit berair

menjelang langkah di ketinggian

mengatur napas tengah pendakian

tetesan itu perlahan mengalir

meraup wajah tertinggal waktu

 

Pundukdawa, 20 Nopember 2022

 

Agoes Andika, Ask. Lahir di Br. Baleagung Singaraja Bali, 5 maret 1963, anak sulung dari tiga bersaudara. Menulis puisi sejak di bangku SLTP dan berlanjut saat menetap di Mataram tahun 1981, dibimbing oleh Putu Arya Tirtawirya dan Umbu Landu Paranggi. Tahun 1987 pernah diundang membaca puisi di TIM Jakarta bersama penyair tanah air lainnya. Sejak 2017 menetap di Singaraja Bali.

 

 

*****_____*****

 

 FAUZI ABSAL

 

Mata Senja

 

Demi senja

Pasti yang lorong

Siap pada keberuntungan

 

Untuk menggapai

Berjalan dulu

Menyusuri

 

Walau waktu kenang

Jarum tetap milik jam

Mustahil arah balik

 

Tapi bila benar matang

Ranumnya ranum

Pun terhanyut

 

Nov. 2022

 

Fauzi Absal, lahir di Yogyakarta 2 Maret 1951 dengan nama KTP : Fauzi. Nama kekaryaan Fauzi Absal. Absal kependekan dari Abdul Salam, nama sang ayah. Di tahun 1970 pertama kali mengirimkan puisi ke Persada Studi Klub asuhan Umbu Landu Paringgi. Hingga bertahun kemudian karya-karyanya terikut dalam antologi bersama : Penyair Yogya Tiga Generasi (1981)), Gunungan (1983), Tugu (1986), Tonggak IV (1987).

 

*****_____*****

 

HEZA HARA

 

Di Kafe Tak Berpengunjung

 

seorang laki-laki duduk di  atas panggung

gitar yang  ia petik

hanya pantulan bunyi

pengeras suara

: tanpa penonton

 

barista tak lagi menyeduh kopi

hanya menyaksikan

: gelas-gelas yang pernah dikecup bibir kesedihan 

menatap lekat pada dua kursi kosong

yang pernah memangku tubuh gundah

sambil menyulut sebatang rokok

di punggung meja

 

lagu yang ia nyanyikan tak lagi merdu

karena baginya, merdu atapun tidak

hanya berbalas sepi

tiada lagi orang-orang yang membaca malam di sini

dia hanya mencoba mencari riuh

-dalam sunyi-

mencari jejak kenang

yang tinggal mengekal

 

adakah yang datang ingin kembali?

atau hanya datang untuk pergi

meninggalkan tanya di hati

yang tertinggal

 

ia masih bernyanyi,

meski hanya ada

dinding -dinding kaku tanpa cerita

dan denting cangkir yang kehilangan suara

 

Duri, 4 Juni 2022

 


Heza Hara,
seorang wanita  asal kota kecil Duri, kecamatan Bathin Solapan, kabupaten Bengkalis. Kelahiran Duri, 31 Oktober. Buku perdana sebuah Antologi Puisi "Karena Kucinta Kau"(2021) dan buku kedua sebuah novel “Bulan di Hati Luna” (2021) dan buku-buku Antologi bersama penyair lainnya. Mengajar di SMPS DARUNNAJAH Duri. Aktif Di komunikasi WAG KMD_Elipsis, WPComm, Amazing Dream, Kelas Menulis Puisi online "Huma", Penyair Berkarya, pernah belajar puisi di Ruang Kata. Puisi-puisinya pernah di muat di beberapa media online: Semesta Seni, Majalah Elipsis, Riau Sastra, Blog Kepul. Jejaknya dapat ditemui di hezahara86 (Instagram) dan Heza Hara ( Facebook).

  

*****_____*****

 

EVA NURUL KHASANAH

 

Sebuah Janji

 

 

Selepas butiran hujan sampai kepada bumi

dimana manusia murka dan menerima,

dia tak pernah menyalahkan

kepada langit yang telah melepasnya.

 

Tiada abadi, sementara hujan kan reda.

Butiran hujan barangkali kan berpulang?

Curah hujan lebat atau sujud yang panjang,

sama-sama berbisik pada bumi?

 

Atau, adakah janji diantara keduanya?

Atau, adakah janji diantara ketiganya?

Atau, adakah janji diantaranya?

 

Bantul, 30 November 2022


Eva Nurul Khasanah, tinggal di Kulon Progo. Mahasiswi Prodi PBSI Universitas PGRI Yogyakarta (UPY). Puisi berjudul "105 Kata untuk Mimpi Ku" mendapat juara 3 di Pekan Jurnalistik (2019) yang diadakan kampusnya. Karyanya tersiar di sejumlah media online dan antologi bersama diantaranya Kluwung Lukisan Maha Cahaya (2020), Sajak- sajak Perjuangan (2020), Nayanika (2020), dan Duhkita (2021). Sekretaris komunitas Sastra-Ku ini tinggal di Sidorejo Lendah Kulon Progo.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...