Sabtu, 23 Oktober 2021

K A R Y A

IDK RAKA KUSUMA

 

 

 

Cerita Bagi Ni Putu Putri Suastini

 

malam purnama Kartika

kalangan gemerlapan

di belakang sebuah gamelan

duduk penabuh wanita

di rambut sekuntum cempaka

 

udara bening

suasana hening

 

menatap angkasa

dibayangkannya

tempat suci berlimpah cahaya

 

penonton mengitarnya

terpana

semua menanti

setia menanti

 

taburan embun

membuat janur tergantung berkilau

tanpa henti berayun

ke arah cahaya bulan mendesau

 

ketika memandang ke utara

dilihatnya perempuan lanjut usia

kain dan kebaya sutra dewangga

memberi tanda

gerakan tangan di udara

disusul telunjuk kanan menunjuk semua

penjuru dunia

 

tanpa berkata-kata

setelah memejamkan mata

panggul dia ketukkan

pada gamelan

 

ketukan pada bilah pertama

menggemakan nada

ketukan pada bilah kedua

menggemakan irama

 

lalu bilah demi bilah gamelan

menggemakan nada dan irama

memaparkan

cerita : sinar suci

menari tanpa pernah berhenti

di pelataran pura

di seluruh jagat raya

 

/2020/

 

Catatan:

purnama Kartika         :   purnama bulan Oktober

panggul                            :   pemukul gamelan

  

IDK Raka Kusuma, Lahir di Desa Getakan Klungkung Bali, 2 November 1957. Menulis dalam bahasa Bali dan Indonesia. Sahabat dekat Umbu Landu Paranggi ini puisi-puisinya pernah dimuat di sejumlah media cetak, diantaranya: Bali Post, Sinar Harapan, Mingu Pagi, Berita Buana, Karya Bhakti, Suara NTB dan lain-lain. Sastrawan yang kini mukim di Amlapura ini pernah meraih penghargaan Rancage di tahun 2002.

 ***----------***

 

 

 

LUBET ARGA TENGAH

 

  

Perihal rabiul Awal

 

Mulai rabiul awal tanggal satu

kecut-manis buah-buahan di nampan

ketan gurih, ayam panggang di hadapan

serta alat-alat dapur melempai di langit-langit

berbicara mengenai rahim aminah

yang matang waktu subuh di tanah arab:

hujan menderai-derai,  buah berjuntai-juntai

kabarnya sampai melebuk latta-uzza

 

Orang-orang datang berkampung

memenuhi selembar undangan

sedekapan di antara buah-buah

membaca selawat bulan-matahari

lalu muhammad datang sebentuk bayang:

mengetuk ingatan yang dusta

bagi dada yang lacur dan yang gembira

 

Asembagus, 2021

 

Lubet Arga Tengah, lahir di Sumenep Madura. Menulis puisi dan script pertunjukan teater. Karyanya tersiar di sejumlah media cetak dan online, juga puluhan buku antologi bersama. Pegiat  komunitas Sastra Krajan ini tinggal di Asembagus Situbondo, Jatim.

 ***----------***

 



ARIZUR EA

 

Sebuah Fragmen tentang Perjalanan Usia

 

Konon, usian adalah tumpukan jarum jam

Seperti angka-angka yang berhamburan

Yang bersemayam dalam sebuah catatan harian

 

Seperti itulah wajahku. Tentu

 

Dari yang sekian tanggal

bisa saja angka-angka itu membuatku keliru dalam

menafsir abjad-abjad yang terlanjur disematkan:

            dari ubun-ubun, serabut syaraf hingga cangkang tulang belulang

 

            angka-angka yang begitu liar melesatkanku jauh

            hingga melampaui segala yang absurd:

            menembus kun fa yakun Nya

 

(seperti bilangan ganjil yang menelusup ke dalam ruang

paling mahfum hingga menetaskan rindu yang kian meranum)

 

Dan jika aku tuliskan

sebait puisi bagi Yang Maha Puisi:

--keseunyian adalah kebahagiaan yang sedang menikam diam-diam—

 

Maka,

aku biarkan ingatanku kian sekarat oleh angka-angka

juga nama-nama

laiknya seorang cenayang yang senantiasa khusyu’ merapal mantra:

dalam sebuah kita rahasia

 

--

Kelak, tinggallah aku

yang lahir dari rahim waktu:

gugu mengistirahkan laku ...

 

Jl. KRT Brotodiningrat Blok 2, 26092010

 

 


AriZur EA, bergiat di komunitas Lumbung Aksara sejak tahun 2006. Perempuan biasa, penyuka hujan dan dendam. Karyanya terpublis di sejumlah media cetak (terutama buletin) dan buku antologi bersama. Tinggal di  Ngestiharjo Wates Kulonprogo.

 

***----------***

 

 

 

 

AMINATI JUHRIAH

 

 

 

Teladan


Ya Nurul Aini, seluruh alam mengucapkan salawat dan salam untukmu wahai kekasihnya Kekasih

Manusia sempurna tanpa cela Muhammad Ibnu Abdullah

 

Ya Rasulullah

Namamu terkenang sepanjang zaman

Haru pilu segala kisahmu menjadi teladan

Menjadi cermin bagi hati penuh kerinduan

Sanjungan untukmu sebanyak puja puji

Kemuliaan akhlakmu tak tertandingi

 

Ya Nabiyullah

Ketika disebut namamu

Bergemuruh seluruh laut karena rindu

Jauh, sebelum engkau tiba

menjadi cahaya bagi dunia

Namamu diagungkan di seluruh semesta

 

Ya Habibullah

Penuh lemah lembut kau menepis mudarat

Berjuang menegakkan kebenaran bersama sahabat

Kami mengenalmu melalui hikayat

Cinta dan kerinduan kami kepadamu semakin kuat

Berharap syafaat berjumpa denganmu di akhirat

 

Ya Muhammad

Manusia mulia kekasih Allah

Pembawa risalah kebenaran

Al Amin, pusat segala kejujuran

Cintamu kepada umat takkan terlupakan

 

"Umati, umati, umati" sabda cinta terakhir terabadikan

 

"Allahuma shalli ala Muhammad"

 

Perjalanan tauhid merefleksi ....

Mempertahankan keyakinan walau siksaan, cacian, cercaan, dan hinaan menzalimi.

 

Wahai kekasih Allah, manusia termulia tanpa cela

Yastrib langkah awal menukar harta, tanah air tercinta, demi cita-cita, dan cinta mulia

 

Malam bertabur bintang gemintang di naungan rahmat, melancar melepaskan diri dari perbudakan dunia, bertauhid bersaksi

Kepada pemilik bumi, menyerahkan seluruh jiwa di jalan-Nya

 

Duhai kekasih Allah, serupa cahaya rembulan, hadirmu rahmatan bagi alam.

Bahkan sekedar bermimpipun kami malu berjumpa denganmu, sungguh berat perihal dakwah yang kau tanggung dahulu

 

Rumah Arkam, tempat terindah mula awal tauhid Rububiyah, ditancapkapkan ke dalam jiwa-jiwa suci penegak risalah

 

Harga setimpal menebus surga-Nya, siksaan dirasa, cacian diterima, hinaan mendera demi tegaknya dien mulia, di seluruh penjuru semesta 

 

Wahai keluarga Yassir, bersimbah darah pertama, syuhada melangkah Jannah, Syumayah wanita mulia bermahkota cinta,

Namamu harum di sepanjang aliran telaga Kautsar

Tak gentar pertahankan akidah, tegar di jalan yang benar

 

 

Tangerang12 Rabiul awal 1443 H.

 

Aminati Juhriah, lahir tanggal  20 Agustus. Karyanya berupa cerpen dan puisi tersebar di sejumlah media online, cetak dan buku antologi bersama. Tinggal di Tangerang, Banten.

 

***----------***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...