M A R W A N T O
Usai Juli
kenanglah
kalender bulan Juli
hari
dan tanggal berjejer rapi
dalam
orkestra pandemi
lihatlah
itu,
tangal
satu yang jatuh di hari kamis
hingga
tiga puluh satu pas hari sabtu
setelah
itu ...
mungkin
masih tangis
masih
sendu
Tuhan
izinkan
kurobek kalender Juli
agar
Agustus berseri
Wisma Aksara, 2021
Marwanto, menulis esai, puisi dan cerpen di sejumlah media cetak/online, baik lokal maupun nasional. Buku karyanya: Kado Kemenangan (cerpen, 2016), Demokrasi Kerumunan (esai, 2018), Byar (esai, 2019), Hujan Telah Jadi Logam (cerpen, 2019) dan Menaksir Waktu (puisi, 2021). Karyanya juga tesiar di puluhan buku antologi bersama. Tinggal di Lendah Kulonprogo.
.
***----------***
Masjidku
Mengapa magrib ini masjidku sunyi
Ke mana jamaah pergi, Ya Robbi
Adakah masjid lain di kampung ini
Masih banyak santri
Atau mereka tersesat mencari alamat
Hingga tak kenal lagi arah kiblat?
Mengapa magrib ini masjidku senyap
Tak terdengar suara azan dan puji-pujian
Mengalun sebelum bersama kita mengahadap
Tuhan?
Mengapa...
***----------***
HENNY PURNAWATI
anak negeri menangis
tetes air mata mengiris
pipi-pipi yang bersembunyi
di bilik sunyi dilanda sepi
tiada lagi fajar seperti kemarin
kini berselimutkan gelap
di tengah teriknya matahari
lagu kematian terus bergema
saat gerimis masih menggantung
gelisahku merayap naik
satu persatu yang kukenal pergi
meninggalkan jejak sunyi
bau kematian
menyebar di seantero negeri
lara ini
menghantui anak negeri
merampas kebebasan
mengurung jiwa
adakah penghabisan?
Henny Purnawati, lahir di Pontianak. Membaca, menulis dan seni kreatif lainnya adalah hobbynya sejak kecil. Ibu tiga orang anak ini berkarir di swasta dan menulis di sela waktu luang. Saat ini bergabung dengan Forum Lingkar Pena Kalimantan Barat. Beberapa karya ; Antalogi Cerpen Pertama Tahun 2015, 5 Antalogi Puisi dan 8 Antalogi Cerpen lainnya, Aktif menulis Puisi dan Cerpen di Ruang Apresiasi Koran Pontianak Post.
***----------***
DALLE DALMINTO
Badai Pasti Usai
Aneh, ada yang
bilang
kamu seperti
malaikat pencabut nyawa
yang merengguti
jiwa-jiwa
aku mencoba
menahan tawa
siapa saja
bolehlah berargumen
asalkan jangan
seperti sak semen
yang kecampuran
air
mampu
mengeraskan daya berpikir
.
Ada juga yang
bilang
kamu tiba-tiba
datang
seperti
malaikat tak bersayap
yang menyelinap
dengan mengendap-endap
di balik
kerumunan massa
lalu menaburkan
serbuk binasa
pada
tubuh-tubuh yang tak utuh
pada iman yang
rapuh, rubuh
.
Namun bagiku,
kamu ialah badai
yang tiba-tiba
ada dan pastinya 'kan usia
korona bakalan
sirna
meskipun
menyisakan puing-puing luka
yang dicatat
oleh diktat sejarah
pada anak-cucu
sebagai penunjuk arah
menghadapi
pandemi pun wabah
.
Bantul,
23 Mei 2020
Dalle
Dalminto, lahir 5 Februari di Bantul. Aktivitas sehari-hari
bekerja sebagai PHL di Stadion Sultan Agung Bantul. Buku puisinya yang telah
terbit: Catatan Langit dan Semesta Berkata. Karyanya dalam bahasa
Indonesia dan Jawa juga tersiar di puluhan buku antologi bersama. Sedangkan Kolaborasi Hati adalah antologi puisi
bareng sang istri-- Kartika. Tinggal di Bantul, Yogyakarta.
***----------***
========
FERA WAHYU PUSPITA
Tim
Indonesia
kau pahlawan
bangsa
orang hebat, aset
negara
Perjuanganmu pantas
disanjung
Karena prestasi
yang terus melambung
kau membuat bangga bangsa
juga memberi motivasi masyarakat Indonesia
namamu pantas dibawa
ke kancah dunia
kau berhak
mendapatkan apresiasi dari negara
terimakasih
pahlawan bangsa
teruslah
berlaga dan berjaya
di laga olah
raga tingkat dunia
Kulonprogo
2021
Fera Wahyu Puspita, peserta bimtek cipta
puisi yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Kabupaten Kulonprogo. Siswa SMP N 4
Samigaluh Kulonprogo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar