Sabtu, 01 Mei 2021

K A R Y A

 

MARJUDIN SUAEB

 

 

 Di Balik Kaca Mata Ki Hajar


Simak dan tangkap sinar sorot cahaya

yang tak pudar hingga pucuk jaman

Oleh hakekat hasrat harapan manusia

sebagai abdi peradaban.

 

Simak dan baca kembali sesanti

Didik di rumah. Didik di sekolah

Didik di lautan masyarakat.

 

(Rumah digital

Sekolah maya

Masyarakat "medsos")

Kendali. Siasati...

Kaki jaman telah sampai.

 

Jadi Ki Hajar kecil

Jangan cuma bebek bebek suara tanpa bukti...

 

Yk. 2021

  

Marjudin Suaeb, penyair senior Kulonprogo yang juga salah satu pembina komunitas Sastra-Ku. Telah menulis dua buku puisi: Bulan Bukit Menoreh (2016) dan Teka-teki Abadi (2021).  Puisinya, selain dimuat di puluhan buku antologi bersama juga dimuat sejumlah media cetak dan online.

 *** ----- ***

 

 

KADARSIH

 

 

Kelas Merindu

 

kring... kring... kring....

bel telah berdering

tanda pelajaran memanggil

menyongsong asa 

menyiapkan segenap jiwa raga

 

anak-anak pun berlarian

dari segala penjuru menuju kelas

menyambut guru dengan cium tangan

mengharap rida dan ilmu yang bernas

 

tapi kini, bel itu telah berkarat

karena pandemi tak bersahabat

terus mengurung melumat

 

kini, bangku-bangku menangis pilu

dalam sunyi anak dan guru merindu

kapan mereka bisa duduk sebangku ?

kapan berceloteh riang seperti dulu ?

 

mari, lupakan sejenak pertanyaan itu

lewat aplikasi di gawaimu

kita masih bisa bertemu

menyambung rindu berbagi ilmu

 

Kulonprogo, 14 April 2021

 

Kadarsih, lahir di Kulonprogo 14 Februari. Alumni UIN Sunankalijaga ini sejak masa pandemi mempunyai hobi menulis puisi. Mengajar PAI di salah satu SD Negeri di Kulonprogo.

 

*** ----- ***

 

 

ROHMAT

 

 

Tetap Harus Belajar

 

Terlampau jauh

Bila hanya untuk makan dan tidur

Terlampau mahal

Bila hanya untuk wisata

            Cobai lalu pelajari

            Walaupun tetap belum mengerti

            Bukan ditugasi untuk menghakimi

            Hasil yang selalu dinanti

Berjalan selangkah

Berujar satu kata

Melihat hanya sesaat

Meminum seteguk saja

            Menangkap fakta

            Memikir cita rasa

            Pahami jalan terbuka

            Memasuki gerbang nirwana

Bukti bekal cukup

Semua bisa menerima

Bila genggaman telah bisa mencakup

Akan indah pada waktunya

 

 

25 September 2019

 

Rohmat,  punya nama pena Kemad Martoirono, adalah alumni UIN Sunankalijaga. Puisinya masuk di buku antologi bersama: Kluwung Lukisan Maha Cahaya (2020). Imam besar salah satu masjid di Sidorejo Lendah Kulonprogo.

 *** ----- ***

 

 

SRI SUDARMI

 

Rindu Ruangan Kelas

 

Gerak langkah terjerat pandemi

Terbelenggu bekerja dalam ruang daring

Seberapa dalam aral rintang menghalangi

Tangan tetap terulur menggapai mendekap erat

 

Karya kami bukan barang mati

Olahan kami adalah sosok berhati

Tak sekadar membimbimg menyusun kata mengolah angka Tugas kami bimbing dan jaga

Dada tunas bangsa menyala putih bersinar

Tetap berkobar tanpa redup

Menorehkan pena tajam mengukir prestasi

 

Mencangkul sepanjang aliran hati

Menyemai biji kejujuran tumbuh memenuhi sanubari

Merapikan barisan derap ujung tombak

Untuk menjadi pemimpin berhati

 

Kami ajar menggandeng tangan menyelaraskan langkah

Kami didik duduk sama rendah membahu sama berat

Bukan besaran angka nilai bukti prestasi kami

Tapi kumandang Indonesia Raya yang menggema

Memenuhi langit kejayaan bangsa

Bening berkilauan tanpa titik noda

 

 

Kami dekap hangat anak-anak negeri

Menundukkan kepala menanggalkan keegoan

Melantunkan dialog diam vertikal

Bermohon segera dapat saling berjumpa

Saling sapa kata dan jiwa dalam ruang kelas

Menguraikan rindu akan kebersamaan yang menghilang

 

Ngentakrejo, 2 Mei 2021

 

 Sri Sudarmi, lahir di Bantul, 17 Agustus 1971. Saat ini mengajadi di SD Negeri Pengkol Gulurejo. Tinggal di Ngentakrejo Kulonprogo.

  

*** ----- ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  K A R Y A     AHMAD MALIKI MASHAR     Suluh Penyuluh   Mulut berbisa mengurut luka Menepuk dada tersuruk bangga Berlulur s...