PUISI DWI MULYANINGSIH
Syair Melati
Titik bening menapak hijau
Aroma khas rumput-rumput ladang
Memenuh di pematang
Kesyahduan tembang-tembang pipit
Mendahulu langit subuh
Bak kembang-kembang desa menggegas laju lading
Menitih langkah menyongsong keusikan bumi
moyang
Senyum iklasnya meruntuh tombak-tombak semu
Bak halilintar menyambar bebatuan
Meluluh lantahkan tajam ujung belati
Mengampu beban tiada cibir
Kesucian membuah pelangi kekal
Mimpi diatas mimpi
memeluk
kemenangan tanpa tangan-tangan pendusta
Duhai jelita bumi moyang
Kemolekanmu bak seronok kembang kenanga
Semerbak harum namamu tersayang
Gelas manakah enggan menampung
Madu semanis dikau
Kulonprogo,
2019
***-------***
PUISI HAYYUNI NUR ‘AINI
Dulu
Ku gambarkan dirinya simbol kebahagiaan
Bercerita penuh irama tanpa mengenal bosan
Mengenalnya mengajarkanku keindahan alam surga
Menerbangkan harapan penuh bahagia tanpa ragu
Pernah,
Terbesit terlalu hanyut
Bahagia tanpa kepastian
Merasa bodoh tanpa akal
Lebih rendah dari masa lalu
Aku adalah manusia
Manusia kurang sempurna,
Yang belajar arti patah
Pernah tulus terjebak rasa kecewa
Mengingat penyakit yang kuolah sendiri
Dunia ini terlalu meratukan segalanya
Dengan sepasang kaki yang terlalu kuat menyerah
Hatiku terlalu istimewa untuk hancur
Kulonprogo,
2019
***-------***
PUISI EVITA EKA SEPTIANI
Sajak
Seonggok Buku
Dingin berdebu
Tempat sunyi nan senyap
Rasa pengap
Tapi apalah daya tak bisa mengucap
Ini nasib seonggok buku
Malang terbungkus debu
Kurang diperhatikan karna tak arumi
Jika bisa berucap
Dia merintih ingin disentuh pembaca
Kulon
Progo, 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar