FAJAR R. AYUNINGTYAS
NERACA
HUJAN
hujan
anak-anak negeri bergegas
dari rinai
di gang perkampungan
selasar pasar becek
lorong sempit bantaran kali
pinggiran rel
emperan toko
sebagian di bawah jembatan layang
di seberang, menjulang gedung-gedung
denyut perkantoran
mall dan restoran
hiruk-pikuk cahaya
sebagian lain anak-anak negeri
bergerak dari gerai ke gerai
bermain dengan peluang
tubuhnya kemilau
tak terusik rinai berderai
dan petir gelegar
di luar
sebentar lagi
saat tinggal tempias
mereka akan bersinggungan
di lampu-lampu merah
mengukur satu sama lain
lewat parau sumbang tamborin
asongan
kain lap kumal
sumpah-serapah
makian
kaca-kaca gelap berhenti sejenak
menghitung detik
melesat ke jalur cepat
tinggalkan sisa bunyi klakson
berkelindan dengan kerincing
logam di gelas plastik
hujan
kemudian reda
neraca
tetap tak seimbang
musimhujan 20-25
***
IBUKOTA
/I/
tergesa
berebut ruang. mengejar jarum jam
berdesakan dalam risau mimpi tentang
hari esok. di gerbong-gerbong kereta
jalan raya bising. lift
gedung-gedung
trotoar kaki lima
bimbang seberapa jauh harapan
mesti dikejar. lantaran kenyataan
menyuguhkan
keraguan
saban hari nafsu dan ketimpangan
hadir dalam berita. terminal.
stasiun.
gedung dewan
saksi negeri memerah
tubuhnya merekam amarah dan darah
saat kemanusiaan menjadi sejarah
ditumpas naluri purba yang
dibicarakan dalam
kitab-kitab suci
/II/
hari-hari penat
waktu lesap
dilahap kemacetan jalan
juga sumpah-serapah
masa depan tumbuh dalam tanya
anak-anak
tentang hulu kali
berair keruh. yang meluapi rumahnya
kala hujan datang
dendam rindukah
pada yang mampu membaca tubuh
dan merawat luka-luka
waktu?
2025
Fajar R. Ayuningtyas, seorang
perempuan desa pesisir Kulon Progo, lahir pada 29 April, penikmat sastra yang
kadang-kadang menulis. Tulisannya berupa puisi, cerita pendek, esai dan
belakangan juga menulis novel. Beberapa puisinya diterbitkan dalam buku-buku
antologi bersama antara lain Antariksa
Dada (2007), Nyanyian Bukit Menoreh
(2015), Kluwung Lukisan Maha Cahaya
(2020), Duhkita
(2021) dan Ibu
Bumi Bapa Angkasa (2021). Cerpen-cerpennya diterbitkan dalam
antologi bersama Kembar Mayang (2017)
dan kumpulan cerpen Sebuah Babak Kehidupan
Lajang yang Sendirian (2018) serta Lukisan Gelombang (2020). Menjajaki
menulis novel melalui karya novel pertamanya Penyeduh Bara (2024).


